Di Mana Kita Bisa Santai Sebelum Terbang?

2023-09-04 15:42:36 | Diperbaharui: 2023-09-04 18:37:00
Di Mana Kita Bisa Santai Sebelum Terbang?
Check-in di hotel airport (image by freepik)

Suatu malam menjelang larut, kami kedatangan para penumpang pesawat dari salah satu airlines.

“Rei, ada grup mendadak nih”, ucap Neta.

“Oh, ada apa gerangan?”, tanyaku.

Konon mesin pesawat yang bermasalah pada penerbangan terakhir Medan tujuan Jakarta itu mengharuskan pesawat mendarat di Bandara Supadio.

Seluruh penumpang dan kru menginap di Golden Tulip Pontianak yang berlokasi di tengah kota. Mereka terpaksa transit di kota itu selama 7 jam.

Pukul 23:00 rombongan pun datang. Wajah-wajah pucat dan lesu memasuki lobi.

Mereka tak menduga bakalan bermalam di hotel. Namun ada juga yang tak percaya. Bungah bukan karena bermalam di hotel, tapi karena baru pertama kali melihat kota Pontianak. Aw!

Dua nama dipasangkan sekamar, tentu saja menurut gender yang sama. Tamu tak boleh menolak dipasangkan sekamar. jadi ya pasrah saja.

“Saya boleh minta kamar sendirian, Non?”, tanya penumpang wanita.

“Boleh Bu, tapi pembayaran tidak ditanggung airlines”.

“Ya gak masalah, saya ambil”, jawab Naomi, merasa risi dipasangkan dengan teman asing yang baru dikenalnya.

Apa daya hampir semua tamu menerima ketentuan ini kecuali Naomi, perempuan paruh baya itu.

“Daripada boncos. Sudah badan lelah, harus keluar biaya lagi”, celetuk penumpang pria didekatku.

Kagumnya, sebagaian besar tamu ini tertib, gak bawel. Mungkin letih.

Wake up call disiapkan. Pukul 07:00 tepat, mereka kembali menuju bandara.

Kisah nyata di atas terjadi karena keadaan darurat, tapi coba tengok kisah kawanku ini.

Mr. Ben dalam perjalanan bisnis dari UK ke Indonesia. Ia transit di Singapura pukul 02:00 pagi sebab jadwal pesawat ke Jakarta paling awal terbang pukul 08:00.

Tiba di Changi, tinggal melangkah saja menuju gerbang Hotel Crowne Plaza, kamar yang telah dipesannya jauh-jauh hari.

Ben tidak khawatir jika terlelap tidur. Resepsionis akan menanyakan wake up call saat registrasi.

“May I have your flight schedule, Mr. Ben?” tanya resepsionis.

“Do you need wake up call?”, lanjutnya.

Dua pertanyaan itu amat penting saat tamu check-in ketika transit.

Pukul 07.00, Mr. Ben check-out mengejar pesawat berikutnya. Ia membayar sewa 5 jam di hotel airport.

Mr. Ben, traveler itu santai saja. Meski kepo urusan bisnis, ia menikmati aktifitasnya setiap bepergian. Namun jika ketinggalan pesawat? Ah, yang satu ini, ia super disiplin.

Jika ketinggalan pesawat dalam penerbangan domestik tak sepanik keberangkatan luar negri. Tiket yang mahal dapat dibeli jikalau ada biaya cadangan. Jika tidak? 

Seperti ulasan menarik dari Kompasianer Eko Adri Wahyudiono berjudul   Pengalaman Tertinggal Penerbangan. Panik nggak? Ya, Paniklah! Sila dibaca ya.

Membaca judulnya saja, membuatku panik, teringat saatku tertinggal pesawat menuju Penang, Malaysia. Duh!

Hotel Airport vs hotel transit

Jika hotel budget, berbintang 3, 4, 5, hotel mewah, adalah tipe hotel berdasarkan tingkatan pelayanan maka hotel airport adalah jenis hotel menurut lokasi serta tipe pelanggan.

Misalnya saat kita check-in di hotel Bintang 1 atau hotel melati, tiadanya bellboy, bukanlah keharusan. Tak berharap pula ada daftar menu lengkap di kamar. Nah, itu namanya tingkat pelayanan.

Hotel airport juga dapat disebut hotel transit. Hotel airport bisa berada di bandara atau di area sekitar bandara.

Sedangkan hotel transit bisa berlokasi di bandara, di tengah kota, di pinggir kota bahkan jauh dari bandara.

 

Hotel airport diperuntukkan bagi mereka yang hendak bepergian atau melanjutkan traveling (image by freepik)

Hotel airport berkonsep minimalis, simpel dengan fasilitas wifi, air minum, handuk, cukuplah.

Namanya transit tentulah dalam penantian sementara. Tersebab lama tinggal hanya beberapa jam saja maka keluarlah istilah day use, short time.

Dengan lama sewa kamar minimum 3 hingga 6 jam, kita dapat melanjutkan perjalanan tanpa tegang dan panik.

Saya membaca beberapa tulisan di media mengenai anggapan miring hotel transit. Penggunaan kata transit yang nada-nadanya tidak tepat.

Publik beranggapan, mendengar hotel transit seolah kamar yang dijadikan tempat berasyik masyuk.

Ini mirip istilah staycation yang mesti diluruskan. Saat media menulis istilah staycation ketika memberitakan seorang bos dari salah satu perusahaan mengajak karyawati baru untuk staycation di hotel. Ah. Ini tidak tepat!

Staycation kepanjangan dari stay dan vacation. Artinya liburan atau tinggal di hotel untuk rileks semalam atau 2 malam. Istilah yang hit kala pandemi, perihal isolasi mandiri yang membosankan.

Istilah hotel yang dipelintir akan memperburuk citra bisnis. Perihal ini saya tak sepikiran.

Jadi sebenarnya hotel transit diperlukan agar penumpang pesawat yang dalam kondisi lelah, keadaan darurat, bisa beristirahat sementara waktu untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.

Dimana kita bisa santai sebelum terbang?

Dalam penerbangan domestik, jika kita transit dibawah 3 jam gak perlu check-in di hotel airport. Penumpang bisa santai di airport lounge.

Ada penumpang yang walk-in ke lounge, ada pula yang jalan-jalan di bandara.

Di Jakarta, biaya masuk lounge mulai dari Rp 250 hingga 350 ribu per orang untuk tamu walk-in. Ada pula harga member per tahun.

Kita bisa duduk manis, tenang membaca atau mendengarkan musik.

Penumpang yang transit takkan bosan. Di ruang santai itu  tersedia Indonesian buffet, ada pula stall makanan gorengan, kudapan ringan plus rehat kopi.

Konsep lounge yang nyaman membuat tamu betah duduk.  Tak heran ada saja tamu yang tertidur. Tapi jangan sampai tertidur pulas ya, nanti ketinggalan pesawat.

Ruang sejuk di lounge membuat kita terkantuk. Namun tak perlu kuatir, manager lounge akan mengingatkan jadwal keberangkatan, bila diminta.

Kemudian mengantar kita ke pintu keberangkatan. Santuy aja.

Kamar di airport berkonsep minimalis. Kebutuhan akan kamar simpel ini akhirnya memunculkan hotel yang amat minimalis yaitu hotel kapsul di bandara. Ya, inovasi kamar dengan desain unik.

Dapatkah hotel kapsul disebut hotel transit? Ya, lokasinya bisa berada tepat di bandara dan di area bandara.

jika Anda merasa aman di sana, kenapa tidak? Anda pernah coba? Saya tunggu Anda berbagi kisah ya karena saya belum pernah bermalam di hotel kapsul. Hehe

Di Indonesia, hotel kapsul digemari para pelancong yang serba simpel dan cepat terutama kawula muda sesuai jiwa petualang yang menantang.

Saya pernah mengulas hotel kapsul, sila dibaca tulisan ini Kamar Kapsul Bukanlah Peti ....

Lobi hotel airport (image by freepik)

Kapan masa okupansi tinggi di hotel airport?

1.  Musim libur panjang & masa umrah/naik haji

Saat libur panjang, hotel transit dipenuhi holiday tour ke Eropa, Amerika, Jepang, Australia, China, Thailand, Korsel. Baik group maupun perorangan.

Wisatawan domestik menuju Bali, Lombok, dan kota-kota wisata lain.

Inbound dan out bond tour operator tumpah ruah di Bandara Soeta, menjamin keberangkatan grup dengan aman.

Ketika musim umrah, naik haji, rombongan bermalam di hotel transit dengan aman.

Dalam rombongan besar agar teratur, tidak terburu-buru, dipilihlah hotel transit dekat bandara. Di Jakarta, hotel airport bertebaran. Ada  Mercure, Ibis Style, Swiss-Belinn, Zest Airport, DPrima, dan lain-lainnya.

2.   Saat penyelenggaraan international event.

Bali masih mendominasi event-event bergengsi baik nasional maupun internasional.

3.   Ketika pesawat delay lebih dari 6 jam

Ketika pesawat Lion Air yang dijadwalkan delay selama 5 jam menjelang larut malam dari Jakarta menuju Pontianak, sedangkan tenagaku sudah loyo, saya memilih check-in di hotel airport.

Resiko hilang jadwal, tak berkabar dari pihak airlines, itulah yang harus kutanggung.

Sembari menyendiri, meski tidur tak lelap setidaknya melepas lelah fisik, pikiran dan memulihkan energi positif.

Penundaan jam terbang dampak dari cuaca buruk, badai, kabut, asap hutan umumnya dalam penantian singkat.

Singgah di hotel transit dalam kondisi darurat bukanlah keinginan penumpang. Namun kita dituntut sabar saat tehnisi mesin sibuk karena mesin pesawat bermasalah.

Sayangnya, ada saja gangguan lain seperti polusi udara, hujan lebat, asap hutan sehingga langit pekat.

Hotel airport, hotel transit, akan menjadi jawaban saat dihadang gangguan ini.

Ketika jadwal kedatangan dan keberangkatan pesawat terganggu, bahkan ketika para penumpang menunggu pesawat yang tak kunjung tiba.

Setiap traveler dapat singgah ke sana agar pikiran jernih, tubuh bugar selama di perjalanan.

Salam hospitality

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
4 Orang menyukai Artikel Ini
avatar
Tidur di lobi ga boleh ya? 🤗🤫
2023-09-04 20:08:48
Lobi manakah? Kalau di Airport biasanya sih boleh aja. Duduk tapi mata merem hehe. Sukses selalu!
2023-09-04 21:05:39