Pesawat Listrik dan Pesawat Konvensional

2024-09-23 23:01:31 | Diperbaharui: 2024-09-23 23:14:53
Pesawat Listrik dan Pesawat Konvensional
Sumber : Pixabay.com

Pesawat merupakan benda yang lebih berat dari udara, ini artinya sebuah pesawat membutuhkan tenaga berupa daya dorong yang kuat agar dapat mengangkat pesawat saat lepas landas dan mempertahankan pesawat saat crusing di angkasa.

Mengapa harus kuat daya dorongnya ? 

Karena pesawat lebih berat dari udara maka daya dorong nya harus lebih besar dari daya tariknya (drag) saat pesawat melaju serta juga perlu melawan gravitasi dimana pesawat memilki berat (weight).

Pesawat yang kita kenal saat ini menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan bakar fosil agar dapat terbang dari poin ke poin, sedangkan untuk daya dorongnya (thrust) dihasilkan dari sistem propulsi berupa mesin pesawat dengan sistem pembakaran (combustion) yang pada akhirnya menghasilkan lift kepada pesawat untuk mengangkasa.

Dalam perkembangannya, pesawat dengan bahan bakar fosil mencemari langit dunia dengan meninggalkan jejak emisi co2 nya sehingga banyak kalangan memikirkan untuk mencari bahan bakar alternatif.

Contohnya adalah Sustainable Aviation Fuel (SAF) serta listrik (electric) yang bisa ditenagai oleh sel surya, baterai dan lainnya.

Khusus untuk yang ditenagai baterai, perkembangannya sepertinya penuh tantangan, hal ini karena ada dua hal dari baterai yang sangat dibutuhkan oleh pesawat yang bertenaga listrik, apa kedua hal tersebut ?.

Jawabannya adalah power dan energi.

Power dari baterai dibutuhkan pesawat listrik agar dapat menghasilkan daya dorong (ke depan) agar dapat menghasilkan daya angkat (lift), sedangkan energi ini layaknya bahan bakar pada pesawat konvensional yaitu agar dapat mencapai dari satu titik ke titik lain pada setiap penerbangan.

Semakin banyak sebuah baterai menyimpan power dan energi, semakin harus ringan (biasanya akan lebih berat) karena agar tidak melebihi batas maksimum pesawat saat takeoff (MTOW) maupun saat mendarat.

Disini tantangan yang perlu masih dicari solusinya agar sebuah baterai bisa lebih padat (dense) menyimpan power dan energi.

Ilustrasi pada energi adalah apabila sebuah baterai boros dalam konsumsinya (discharge energy) maka sebuah baterai perlu ditambah, dan ini pasti akan mempengaruhi berat.

Juga perlu dipikiran cadangan energi yang dibutuhkan pesawat pada setiap kali penerbangan -- layaknya pada bahan bakar avtur dimana sebuah pesawat harus memiliki cadangan avtur pada setiap penerbangan.

Aturan dari FAA, setiap pesawat listrik harus memiliki cadangan energy selama 30--35 menit untuk setiap penerbangan, hal ini untuk mengantisipasi bila pesawat mengalami gangguan atau padatnya trafik bandara sehingga pesawat perlu berputar putar di sebuah sektor ruang udara (holding pattern).

Bisa dibayangkan berapa baterai atau berapa berat baterai yang perlu dibawa pesawat jika melakukan perjalanan lebih dari satu jam serta dengan cadangannya ?

Disinilah tantangan pengembangan pesawat listrik yang sebenarnya akan lebih menghijaukan langit di udara.

Kita harapkan akan lahir pesawat listrik di masa mendatang khususnya untuk pesawat penumpang dan kargo (airliner)

Salam Aviasi

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar