Apa Kepinginanmu, Gusti Allah Ora Kudu Nuruti

2025-05-06 07:26:07 | Diperbaharui: 2025-05-06 07:26:07
Apa Kepinginanmu, Gusti Allah Ora Kudu Nuruti
Caption

 

Oleh: Wong Embuh

Embuh ya, kita ini sering kelewat PD sama doa-doa sendiri. Ndongak sak banter-banter, sak ngotot-ngotot, sak dramatis-dramatisnya, dikira Gusti Allah itu kayak admin online shop: selalu ready, 24 jam, fast respon, tinggal transfer doa, langsung kirim kabul. Ya kali.

Padahal, Gusti Allah Ta'ala itu bukan vending machine spiritual. Sampeyan masukin harapan, terus keluar hasil sesuai kemauanmu. Mosok Gusti disuruh ikut skenario hidupmu? Lah, Gusti itu justru sutradarane. Lha kok pemain figuran macam kita ini sok nyuruh-nyuruh yang nulis naskah?

Kita ini cuma peran. Dan yang namanya peran itu ya, ada yang jadi tokoh utama, ada yang cuma lewat, ada yang kelihatan sukses, ada yang jeblok mulu. Ada yang dilahirkan untuk ketawa, ada yang dibuat nangis, ada juga yang hidupnya kayak sinetron Indosiar—tiap hari penuh derita, tapi ratingnya tinggi di langit, insyaAllah.

Eh tapi jangan salah, peran apapun bisa diridhai Gusti Allah, lho. Mau jadi penjahat di mata manusia, kalau niatmu lillah, bisa jadi justru kamu ditulis pahalanya. Sebaliknya, kelihatan jadi pahlawan, tapi niatmu ujub, bisa jadi malah digeret ke neraka. Gusti Allah itu nggak butuh acting, Dia cuma lihat niat.

Jadi ya, embuh lah mau dikasih peran apaan. Pokoknya, jalani aja peranmu seikhlasmu, sambil tetap sadar, bahwa ini panggung, bukan surga.


Hidup Nggak Harus Bahagia

Hidup itu bukan FTV. Ending-nya nggak selalu pelukan di taman sambil pelan-pelan turun hujan gerimis. Kadang ya ngelus dada, kadang nelan ludah, kadang nelan kenyataan pahit sambil tetep pura-pura kuat. Tapi ya itu tadi: bahagia itu bukan tujuan utama, tapi bonus.

Tujuan utama kita bukan nyari bahagia dunia, tapi nyari ridhoNya yang punya dunia. Dan ridho itu bisa datang bahkan dari sakit hati, gagal nikah, ditikung partner, disalahpahami, sampai disepikan dari story orang.

Yang penting bukan apa yang terjadi, tapi gimana kita merespon. Mau sabar atau ngamuk. Mau istighfar atau nyumpahin. Nah, dari situlah pahala dan dosa ditimbang. Bukan dari hasil akhirnya, tapi dari prosesnya.


Main Dulu Aja, Belum Tentu Lama

Gusti Allah masih kasih kesempatan kita untuk “main” di dunia. Meski kadang kayak figuran, kadang jadi badut, kadang ngerasa kayak yang dibuang di naskah. Tapi hei, selama masih bisa main, ya main aja dulu.

Perankan aja hidup ini, sebagaimana adanya. Mau jadi siapa, jalani dengan baik. Mau posisi apapun, tetap bisa jadi ladang amal atau ladang dosa, tergantung caramu merespon. Dan percaya deh, peran terbaik itu bukan yang paling banyak dialognya, tapi yang paling jujur ngejalaninnya.


Penutup: Wong Embuh Ora Gampang

Hidup itu nggak harus selalu dapat apa yang kita inginkan. Karena kalau semua keinginan dikabulin, kita bisa jadi makhluk manja tak bertulang. Dan Gusti Allah bukan pencipta manusia manja, tapi hamba yang tangguh, yang sabar, yang ngerti bahwa ridhoNya jauh lebih penting dari sekadar kenyamanan sesaat.

Jadi, wis to. Jalani aja hidupmu dengan sadar. Gagal ya biasa, sedih ya wajar. Yang penting jangan sampai lupa peran utama kita: jadi hamba. Sisanya? Embuh priben carane, kersane Gusti Allah.



Brebes, 06 Mei 2025
Aziz Amin | Wong Embuh - Brebes
Trainer & Profesional Hipnoterapis
Griya Hipnoterapi MPC

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar