Kotekatalk-225: Bangganya Promosi Musik Indonesia di Bonn
Bangganya Promosi Musik Indonesia di Bonn (dok. Siti Asiyah)

Kotekatalk-225: Bangganya Promosi Musik Indonesia di Bonn

Mulai : Sabtu, 26 April 2025 16:00 WIB
Selesai : Sabtu, 26 April 2025 16:40 WIB
zoom
0
02
35
57
Hari Jam Menit Detik
0 Peserta Mendaftar

Hi, Koteker dan Kompasianer, apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan?

Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana dan Pesanggrahan Indonesia e.V. Bonn sudah mengajak kalian menyimak keseruan Kotekatrip-4 di Bonn bersama narasumber Gana Stegmann, ketua Koteka.

Awalnya, diceritakan tentang seluk-beluk Bonn:

  • Berumur lebih dari 2000 tahun
  • Masuk di negara bagian Nordrhein-Westfalen dengan luas area 141, 06 km persegi
  • Ibukota Jerman sampai tahun 1999
  • Sejak 1955 menjadi markas organisasi di bawah PBB atau disebut sebagai kota PBB
  • merupakan satu dari kota tertua di Jerman dengan penduduk 321.680 orang
  • menjadi tempat kelahiran Beethoven 
  • tempat universitas Bonn dibangun sejak 1818
  • dekat dengan perbatasan Belanda (Venlo)

Bagi kalian yang ingin ke sana, bisa menempuh transportasi sebagai berikut:

  1. Bus Flix
  2. KA Flix
  3. Pesawat, turun di Cologne, disambung KA
  4. Kendaraan pribadi

Akomodasi di sana juga mudah, banyak hotel digelar. Mbak Gana dan suami menginap di pusat kota, Hotel Belmont Classic dengan harga 110 Euro selama dua malam. 

Acara Kotekatrip-4 meliputi:

  1. Breakfast di Coffee Max di Maxstrasse. Menurut rencana, anak-anak mbak Siti dan teman mbak Gana ikut. Sayang batal, jadi hanya bertiga: mbak Siti, Gana dan suami yang ikut. Karena acaranya pagi menjelang siang, diawali dengan minum kopi. Rupanya nggak ada makanan utama atau roti, yang ada hanya kue dan kek.
  2. Menyusuri jalan Sakura di kota tua. Bulan April merupakan masa di mana Sakura mekar. Mumpung masih pagi, nggak banyak turis. Peserta asyik jalan-jalan sambil foto-foto dan ketawa-ketiwi. Begitu acara kelar, rombongan terus memenuhi jalanan. 
  3. Makan siang di Asia Viet Thai. Karena paginya hanya minum kopi, perut lapar. Mbak Siti usul pergi ke restoran China di atas kapal. Setelah dicek, ternyata sudah bangkrut karena corona. Alternatifnya adalah restoran di seberang jalan Sakura. Restoran sejenis menjamur di seantero Jerman. Harganya kompetitif. Untuk menu murmer dibandrol di harga 5 euroan. Sedangkan dari daftar menu, dua kalinya. 
  4. Belanja di Toko Asia. Itu adalah toko langganan mbak Siti. Nggak heran kalau begitu masuk, peserta disambut ramah. Karena Gana berencana melanjutkan trip ke Belanda dan belanja kebutuhan masak di sana, yang belanja hanya mbak Siti. Selain untuk acara musik hari Sabtu, mbak Siti ingin menjamu Gana dan suami di rumahnya. Di sana ada beberapa produk merek Indonesia. Namun, kebanyakan dari China, Vietnam dan Thailand. 
  5. Tur pusat kota (gereja tua, rumah Beethoven, Rathaus/balaikota, Marktplatz/alun-alun dan Gift shop. Sehari sebelumnya, Gana dan suami sudah ke sana, tapi sudah gelap. Hari itu, suasana lebih menarik dan terang. Jadinya, acara foto-foto didukung dengan pencahayaan yang bagus. Walaupun masih dingin, sudah banyak orang yang berlalu - lalang di sana. 

Nah, itu tadi sekilas obrolan tentang keseruan Kotekatrip. Masih dari Bonn, Mimin ingin mengajak kalian menilik mengenai bangganya mempromosikan musik Indonesia di sana. Narasumber mbak Siti Asiyah dari Pesanggrahan Indonesia e.V Bonn akan mengisahkan hebohnya acara.

Siapa yang memiliki ide ini? Siapa saja yang mendukung acara? Bagaimana persiapannya? Pada hari H, apa saja yang kurang dan perlu ditingkatkan lagi? Lagu apa saja yang dibawakan selama di sana? Siapa saja artis Indonesia yang andil dalam keseruannya? Ada orang asing juga yang ikut dan bermain musik, ya? Apa tanggapan penonton dan pemda? Apakah acara ini akan digelar rutin? 

Untuk tahu jawabannya, mari simak di Kotekatalk-225 pada:

  • Hari/Tanggal: Sabtu, 26 April 2025
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta atau 11.00 CEST Berlin
  • Link: DI SINI

Acara digelar oleh Pesanggrahan Indonesia, e.V Bonn, yang didirikan oleh mbak Siti Asiyah. Perempuan Purworejo yang pernah keliling 9 negara dengan sepeda bersama suami itu bertekat ingin mengenalkan musik dan lagu Indonesia di Jerman, pada khususnya dan EU pada umumnya. Banyak sekali acara budaya yang sudah membawa komunitasnya tampil. Ini tentu saja menjadi soft diplomacy yang mendukung aset wisata Indonesia. Diharapkan dengan mengenal musik dan lagu Indonesia, semakin banyak orang asing yang datang ke Indonesia untuk mengenal lebih jauh seni di negeri kita.

"Buah durian harum baunya, buah manggis manis rasanya. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana kita keliling dunia."

Jumpa Sabtu.

Salam Koteka. (Gana Stegmann)

 

0 Peserta Mendaftar


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar