Pendidikan Pembiasaan

2024-03-29 13:56:46 | Diperbaharui: 2024-03-29 13:56:46
Pendidikan Pembiasaan
Caption

Tidak banyak yang menyadari. Salah satu inspirasi atau hakikat dari kegiatan shaum ramadhan bagi seorang muslim, adalah pendidikan pembiasaan. Pembiasaan hidup, gaya hidup, orientasi hidup, atau apapun yang perlu ditanamkan kepada seseorang. Hal inilah, yang tampak, dan perlu dikemas, dikembangkan, dan juga ditindaklanjutinya.

Merujuk pada pengalaman, dan mengamati praktek ibadah shaum (puasa) nya umat Islam ini, setidaknya ada beberapa point penting, yang perlu dikaji ulang, dalam konteks strukturisasi pendidikan pembiasaan.

Pertama, time (waktu). Adalah nyata, bahwa yang perlu disusun adalah waktu pelaksanaan pembiasaan. Shaum ramadhan, menginspirasikannya selama 1 bulan. Hal ini mengingatkan kita pada praktek pendidikan dan latihan kepemimpinan (Diklatpim). Kalau kita mencoba berselancar di media online, akan ditemukan bahwa lamanya diklatpim itu ada yang 65 - 97 hari. Kenapa harus berlama-lama ? di sinilah, maka waktu menjadi sangat penting dalam konteks pembentukan karakter atau pembiasaan.

Tampaknya, Ramadhan merupakan contoh nyata dalam kegiatan pendidikan pembiasaan. Pembiasaan atau pembentukan karakter, tidak bisa dilakukan hanya sekali dan hanya dalam beberapa menit saja. Ini catatannya !

Kedua, berkelanjutan. Pendidikan pembiasaan shaum ramadhan, dilakukan secara berkelanjutan. Artinya, untuk membangun karakter, pengalaman kita tidak bisa dilakukan secara instan. Mungkin iya, ada yang bisa dilakukan instan. Tetapi karakternya tidak akan lama bertahan dalam pribadi seseorang. Hal itu, tampak dalam kegiatan Ramadhan. Sebagian ada yang berhasil mengubah karakter hidupnya, dan sebagian lagi ada yang tidak mengalami perubahan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penanaman nilai, tidak berhasil secara sempurna. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa pendidikan karakter, adalah pendidikan yang berkelanjutan.

Ketiga, membangun lingkungan yang kondusif. Seperti yang terjadi dalam bulan Ramadhan. Hampir bisa dipastikan, seluruh komponen 'dipaksa' untuk menjaga lingkungan. Inspirasi ini, mengingatkan kita, perlu ada dukungan seluruh komponen, dan lingkungan sosial dalam mensukseskan proses pendidikan pembiasaan.

Ada yang mengatakan bahwa "keragaman sikap di sekitar kita, akan menguci ketangguhan peserta didik yang belajar..".  Pernyataan ini betul. tetapi, dalam konteks pembenahan da pendidikan, ketahanan dan kekukuhan lingkungan yang kondusif tetap menjadi syarat penting dalam mensukseskan  proses pendidikan karakter. Sementara, selepas memberikan fondasi mental dan karakter yang baik, maka dapat dibangun sebuah sistem uji karakter atau praktek-pendidikan karakter ke lingkungan yang beragam.

Keempat, penentuan imajinasi atau fiksi keberhasilan. Seorang muslim yang berpuasa, memiliki imajinasi untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa. Hal ini, memberi gambaran ada imajinasi positif terhadap masa depan yang ideal dan visioner. Imajinasi ideal ini, bisa dimiliki oleh setiap umat beragama, atau masyarakat lain. Pokok soal yang perlu disampaikan di sini, adalah pentingnya membuat imajinasi-imajinasi ideal dalam benak anak muda, tentang visi  masa depannya. 

Indonesia adalah negara besar. Tetapi, jika tidak memiliki impian besar, atau imajinasi besar, maka negara ini akan menjadi negara kecil, yang tidak dibanggakan oleh generasi mudanya. Oleh karena itu, imajinasi menjadi negara maju, modern, berkeadaban, dan aman atau nyaman bagi semua golongan, gendaknya dapat disampaikan secara tuntas dan menyeluruh kepada seluruh kalangan masyarakat. karena hanya dengan seperti inilah, Indonesia akan menjadi sebuah negara besar dan berwibawa.

Pendidikan pembiasaan mengenai kesadaran berbangsa dan bernegara, akan sulit diwujudkan, manakala kita mengalami kesulitan dalam menanamkan nilai-nilai imajinatif dan fisik kebangsaan di masa depan. Inspirasi dari pelaksanaan ibadah shaum Ramadhan umat ISlam, setidaknya kita melihat dan mendengar mengenai pentingnya pencapaian kepada visi ideal masa depan oleh setiap orang, dan dijadikan sebagai imajinasi setiap orang.

Itulah, lima gagasan penting, yang setidaknya, dapat dijadikan sebagai inspirasi praktis dalam membangun Indonesia masa depan, dengan pendidikan pembiasaan.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar