Regina Pacis Jakarta: 67 Tahun Membangun Manusia Damai

2025-08-22 18:27:44 | Diperbaharui: 2025-08-22 18:27:44
Regina Pacis Jakarta: 67 Tahun Membangun Manusia Damai
Perayaan Pesta Nama Sekolah Regina Pacis

Sekolah Regina Pacis Jakarta lahir pada masa ketika Indonesia tengah membangun fondasi kebangsaan pasca-kemerdekaan. Kehadirannya merupakan bagian dari karya pendidikan para Suster Fransiskanes Misi Maria (FMM), yang melihat pendidikan bukan hanya sebagai transmisi ilmu, tetapi juga sebagai cara menghadirkan shalom di tengah masyarakat plural. Dengan semangat Santo Fransiskus Asisi—Pax et Bonum (Damai dan Kebaikan)—sekolah ini sejak awal menempatkan nilai spiritualitas, keberpihakan pada yang kecil, dan pengembangan potensi manusia sebagai inti panggilannya.

Pada awal berdirinya, sekolah ini diperuntukkan bagi masyarakat Tionghoa di Jakarta yang saat itu masih menghadapi keterbatasan akses pendidikan. Dalam perjalanan sejarahnya, Regina Pacis kemudian berkembang menjadi sekolah multikultural yang terbuka untuk semua latar belakang. Identitas ini menjadikan Regina Pacis bukan sekadar institusi pendidikan, melainkan juga ruang perjumpaan, laboratorium kebersamaan, dan rumah persaudaraan bagi banyak generasi.

Hari ini, Regina Pacis—atau akrab disebut Recis—telah berusia 67 tahun. Usia yang menandai perjalanan panjang sekaligus dedikasi tanpa henti dalam membentuk pribadi cerdas, tangguh, beriman, dan pembawa damai. Perayaan pesta nama tahun ini menjadi momen istimewa untuk merefleksikan jejak sejarah sekaligus meneguhkan panggilan ke depan.

 

Refleksi Visi: Cerdas, Tangguh, Beriman, Pembawa Damai

Empat pilar visi Regina Pacis menjadi semacam “kompas moral” dalam mengarungi dunia pendidikan. Cerdas (intellectus) tidak hanya berarti menguasai akademik, tetapi juga kemampuan reflektif, kritis, dan kreatif. Paulo Freire (1970) menekankan bahwa pendidikan harus membebaskan manusia dari “kebisuan.” Dalam konteks Regina Pacis, kecerdasan berarti keberanian untuk bertanya, berdialog, dan mencari kebenaran.

Tangguh (fortitudo) adalah jawaban atas tantangan dunia modern yang sarat ketidakpastian. Pilar ini melatih generasi muda agar memiliki daya tahan moral dan sosial tanpa kehilangan integritas. Sebagaimana dikatakan Ki Hadjar Dewantara (1936), pendidikan sejati adalah “menuntun segala kodrat anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”

Beriman (fides) menjadi pondasi yang memberi makna terdalam pada hidup. Iman di sini bukan sekadar ritual formalitas, tetapi spiritualitas yang menumbuhkan kasih dan keterbukaan. Aristoteles pernah mengingatkan, “Educating the mind without educating the heart is no education at all.” Itulah sebabnya, beriman dalam visi Recis berarti menghubungkan intelektualitas dengan hati, serta menghormati keberagaman.

Akhirnya, Pembawa Damai (pacem ferentes) menjadi inti dari nama Regina Pacis—Maria Ratu Damai. Damai bukan hanya semboyan, melainkan orientasi hidup. John Dewey (1916) menulis bahwa demokrasi sejati hanya mungkin jika setiap individu belajar hidup bersama dalam damai. Sekolah adalah ruang belajar itu, dan Regina Pacis mewujudkannya dalam dinamika sehari-hari.

Menghidupi Nilai-Nilai Regina Pacis dalam Kehidupan Sekolah

Nilai sebuah sekolah tidak akan hidup jika hanya berhenti di visi-misi. Ia harus dihidupi oleh seluruh ekosistem sekolah. Yayasan hadir sebagai penjamin arah spiritual, menjaga agar pendidikan tidak terjebak dalam sekadar pragmatisme, melainkan tetap berpijak pada misi damai. Manajemen dan pimpinan unit mengintegrasikan nilai damai dalam kebijakan, tata kelola, dan inovasi pendidikan.

Para guru dipanggil menjadi living curriculum, teladan hidup yang menghadirkan wajah kasih dalam pembelajaran. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi pendidik hati. Admin dan staf, melalui integritas pelayanan dan keramahan sehari-hari, menghadirkan wajah Regina Pacis dalam detail kecil yang sering luput dari perhatian. Murid pun menjadi pusat, dengan dinamika belajar, persahabatan, dan organisasi yang diwarnai kecerdasan, ketangguhan, iman, dan perdamaian.

Bahkan security dan pegawai kebersihan, yang sering dipandang di pinggiran, justru menjadi wajah nyata Regina Pacis yang penuh pelayanan dan kehangatan. Orangtua, sebagai mitra utama, ikut membangun komunitas damai dengan kepercayaan dan keterlibatan mereka. Pendidikan sejati, pada akhirnya, adalah kerja sama tiga pilar: sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Contoh konkret penghidupan nilai ini tampak, misalnya, ketika siswa bersama guru dan staf melakukan kegiatan charity day untuk warga sekitar sekolah. Dalam kegiatan itu, mereka tidak hanya membagikan sembako, tetapi juga berinteraksi dengan penuh hormat dan persaudaraan. Di sanalah, visi Recis menemukan bentuk nyatanya.

Pesta Nama: Sukacita Bersama 67 Tahun Recis

Perayaan pesta nama tahun ini menjadi wujud nyata bagaimana seluruh komunitas Recis menghidupi semangat damai. Pada pagi hari, seluruh warga sekolah mengawali dengan Misa Syukur. Unit SD merayakannya bersama TK, sementara Unit SMA bersama SMP. Yang menarik, di SMA dan SMP diadakan perarakan arca Patung Regina Pacis—Maria Ratu Damai—dari lapangan menuju auditorium tempat misa.

Perarakan ini bukan hanya simbol, melainkan pernyataan iman bahwa sekolah ini berdiri dan bertumbuh dalam lindungan Maria. Misa dipimpin oleh Rm. Dedie, OFM, dengan khidmat, dan dimeriahkan oleh koor Vox Regina dari Unit SMA yang menghadirkan nuansa liturgi indah. Seluruh suasana misa memancarkan sukacita syukur atas perjalanan panjang Recis yang kini menapaki usia 67 tahun.

Setelah misa, seluruh siswa larut dalam kegembiraan pesta. Kue pesta dibagikan kepada seluruh warga sekolah sebagai tanda syukur dan perayaan sederhana. Suasana semakin hidup ketika anak-anak SMP berlarian ke depan sekolah untuk menikmati es doger, menciptakan momen kebersamaan yang akrab dan penuh tawa. Detail kecil ini memperlihatkan bahwa perayaan iman dan kebersamaan selalu menemukan bentuknya yang hangat dalam tradisi Recis.

Menatap Masa Depan dengan Harapan

Enam puluh tujuh tahun adalah usia yang sarat pengalaman. Regina Pacis Jakarta telah menorehkan jejak sebagai sekolah yang bukan hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga menghadirkan wajah damai di tengah masyarakat. Di usia yang semakin matang ini, Recis ditantang untuk terus menafsirkan ulang misinya dalam konteks zaman baru: era digital, globalisasi, dan keberagaman yang semakin kompleks.

Semangat itu juga terwujud dalam agenda besar tahun ini: reuni 60 tahun yang akan digelar pada 27 September 2025. Reuni ini akan dibuka dengan Misa kudus yang dipimpin oleh Romo Superior General SMM—seorang alumni Regina Pacis Jakarta yang kini berkarya bagi Gereja universal. Momen ini bukan hanya perayaan nostalgia lintas generasi, melainkan juga tanda bahwa benih pendidikan dan formasi iman yang ditabur para Suster FMM telah berbuah menjadi panggilan hidup yang melampaui batas bangsa.

Namun, dengan fondasi yang kokoh pada visi “Cerdas, Tangguh, Beriman, Pembawa Damai,” Regina Pacis Jakarta tetap relevan sekaligus profetik. Ia akan terus menjadi ruang di mana anak-anak belajar, bertumbuh, dan pada akhirnya menjadi pribadi yang mampu menghadirkan damai di tengah dunia. Dalam bahasa Fransiskus: Pax et Bonum. Damai dan Kebaikan—itulah warisan Recis yang abadi. ***

SELAMAT PESTA NAMA SEKOLAH REGINA PACIS


Salam Ad Veritatem Per Caritatem 
Yulius Maran




Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar