Lahirnya Puisi. Pada masa lalu, Bahasa (dalam, saat, pada waktu) percakapan, bertutur, bercerita, orasi dan narasi; serta Garis-garis, Gambar, Simbol, Ukiran, dinilai mudah (dan sangat mudah) dimengerti, langsung dipahami, bahkan menyinggung perasaan (orang yang tersinggung dan juga tak mampu memahami dengan baik serta benar).
Karena kemudahan itu, maka para Genius Masa Lalu, di/dalam Komunitasnya (pada frame waktu, tempat, dan sikon masing-masing) menciptakan "Gaya Bertutur Pendek" (yang merupakan simpulan dari cerita, legenda, serta narasi-narasi panjang). Panjangnya hanya satu dua kalimat atau lebih (bahkan hingga 400-500 kalimat; sehingga orang (hanya) bisa memahaminya jika ia/mereka berpikir (olah pikiran) pada hal-hal yang tersirat pada apa yang didengar atau dibaca. Ini adalah awalnya kelahiran Puisi, Perumpamaan, Ibarat, kiasan, serta Syair-syair.
Gaya Berbahasa Puisi, Perumpamaan, Ibarat, serta Syair-syair itu, kemudian, berkembang (seturut mobilitas dan penyebaran manusia) pada Komunitas di pelbagai penjuru Dunia. Mulai dari Yunani (Kuno), Romawi, Sumeria, Pedalaman Afrika, Mesir, Mesopotamia, China, Babel, Indian, Maori, Aborigin, Aztec, India, hingga Komunitas Asli Etnisitas di Nusantara.
Puisi (dan juga Syair-syair) tersebut, bisa disebut, memiliki "kekuatan" magis, misteri, pesan-pesan misterius, bahkan mampu "merobah" siapa pun yang membaca atau mendengarnya. Di dalamnya juga tersirat pesan-pesan Dewa, Roh, Tuhan (dalam tataran Religiusitas), serta himne, pujian, formula-formula ritus, pergumulan batin, ungkapan kepedihan hidup (dan kehidupan), penyembahan, ratapan, tangisan (dengan dan tanpa) airmata.
Puisi-puisi di Alkitab
Alkitab bukan Buku yang berisi deskripsi orasi dan narasi dari Musa, Daud, Salomo, dan Yesus, (yang mereka terima dari Allah) seperti yang dipahami (serta disalahpahami dan ngawur mengerti) pada banyak orang. Sederhananya, Alkitab, yang dikenal sekarang,
- berisi hasil refleksi pemahaman teologis para penulis (sekitar 50 Orang)
- orasi, narasi, puisi, syair-syair di dalamnya ada yang sangat tua atau lama, bahkan melebihi keberadaan para penulisnya
- orasi, narasi, kisah, puisi, syair di Alkitab dipengaruhi oleh Sastera (wilayah atau daerah) para penulis (ketika menulis) berada
- umumnya (...) tersebut dipengaruhi atau berakar dari Bahasa dan Sastera Ibrani, Yunani, Aram, Sumeria, Persia, Mesir, Ugarit, Babelonia, dan Wilayah-wilayah Pax Romana
Itulah sebabnya, pada Era kekinian, bisa menemukan puisi-puisi di Alkitab sangat mirip dengan gaya bahasa serta puisi-puisi bukan dari Sastera Ibrani, Aram, dan Yunani (Bahasa dan Sastera yang dominan pada Alkitab).
Bahkan, tidak sedikit struktur puisi Perjanjian Lama, memiliki kesamaan tata bahasa, kosakata, dan kiasan dengan Sastera (daerah, wilayah, sikon, tempat, waktu) yang berkembang pada saat penulis menulis.
Walau seperti itu, karena pengaruh Religiusitas (ritus, penyembahan, ajaran, dan tradisi religius) El, Al-ilah, YHWH, puisi-puisi di Alkitab memiliki keunggulan spiritualitas, keilahian, ungkapan artistik, konsep-konsep moral, moral, etika, dan rohani; termasuk hubungan baru dengan Ilahi serta sesama manusia dan kemanusiaannya.
Jadi, jika ingin memahami puisi-puisi di Alkitab, apalagi untuk dikhotbahkan, maka tak sekedar baca ayat, kemudian tafsir seenaknya berdasarkan hasil olah pikir sendiri. Itu akan menghantarkan pada homolia yang jauh dari pesan dan makna yang terkandung pada puisi-puisi tersebut; bahkan menyesatkan umat.
Perlu diingat bahwa, para penulis (yang mendeskripsikan pesan Tuhan pada mereka), sering sekaligus sebagai seorang Penyair.
Mereka mengungkapkan perasaan pribadinya melalui tulisan, yang bersifat syair, puisi lirik, hikmat; dan juga sebagai penyampai suara kenabian, sejarah, peristiwa-peristiwa nyata dari masa lalu sebagai epik.
Ciri-ciri Puisi-puisi Ibrani di Alkitab (yang dipengaruhi Sastera Aram, Babel, Yunani, Latin atau pun tidak), antara lain
- Akrostik, memulai tiap baris dari syair dengan sebuah huruf yang berbeda dari alfabet Ibrani. Contoh dalam Mazmur 119, dibagi dalam 22 set. Masing-masing set terdiri 8 ayat; satu set untuk tiap huruf dari alfabet Ibrani. Setiap ayat pada setiap set dimulai huruf Ibrani yang sama, Aleph, atau A, pada alfabet Ibrani; Semua ayat set kedua, dimulai Beth, huruf kedua alfabet Ibrani, dan seterusnya. Juga memulai tiap baris dari syair dengan hurufl berbeda dari alfabet Ibrani
- Mengulang bunyi dari tiap kata. Tujuannya, membuat aliterasi. Kadang pengulangan terjadi pada akhir tiap kata
- Antropomorfisme. Menggunakan kiasan agar menolong pembaca memahami pesan penyair. Sering penyair Ibrani menggambarkan Allah dengan memakai istilah-istilah yang sesuai dengan manusia, dengan perasaan dan ciri-ciri tubuh seperti manusia. Misalnya, "Hal itu memilukan hati-Nya" (Kej. 6:6) dan "telinga-Nya" (II Sam. 22:7)
- Hiperbol (membesar-besarkan fakta), simile (menyamakan orang dengan objek), metafora, dan metonimia (penggunaan simbol secara puitis)
- Syir, syair yang diiringi alat musik
- Mizmor, nyanyian, atau himne ibadah
- Qina, nyanyian penguburan/syair ratapan
- Tehilla, himne pujian
- Masyal: amsal/nyanyian sindiran
- Puisi singkat dan tegas. Mazmur, Ratapan, dan Kidung Agung, Amsal, Ayub, dan Pengkhotbah
- Ayub, Amsal, dan Pengkhotbah, terdapat bagian terbesar dari puisi hikmat PL. Puisi hikmat lainnya terdapat dalam Mazmur 1; 4; 10; 14; 18:21-27; 19; 37; 90; 112, dan juga dalam Habakuk 3
- Puisi hikmat, Amsal-amsal populer, Teka-teki/perumpamaan, Pembahasan panjang lebar mengenai masalah-masalah hidup
- Puisi Yahudi berisi hikmat ilahi, yaitu kebenaran Allah yang dinyatakan. Pada masa hakim-hakim, para pemimpin Yahudi memakai amsal, dongeng perumpamaan, dan teka-teki untuk menyampaikan kebenaran Allah (Hak. 14:14, 18; 8:21; 9:6-21)
- Banyak puisi hikmat dari daerah Timur Dekat zaman dahulu mencoba membuat persamaan antara dunia alami dengan kehidupan rohani manusia. Contohnya, Amsal orang Mesir tentang Amen-emopet (1150-950 sM) yang mirip dengan Amsal 22:17-23:23.
- Sastra hikmat PL disusun dari kumpulan tulisan orang-orang yang mencatat ajaran orang-orang bijaksana (Amsal 1:6; 22:17) yang sedang memberi nasihat kepada raja
- Hikmat Populer, yaitu hikmat yang dimiliki oleh orang bijaksana yang tidak melayani di istana. Orang-orang bijak seperti ini memiliki andil sepanjang zaman PL
Penting untuk Memahani Puisi Perjanjian Lama. Para penulis Puisi di PL menggunakan berbagai cara penulisan, antara lain
- Rhyme berkaitan dengan bunyi kata-kata
- Irama syair berkaitan dengan pemakaian aksen dari kata-kata penyair untuk menetapkan irama dalam tiap baris dan suatu pola irama di seluruh syair
- Paralelisme, teknik yang paling sering dipakai oleh para penyair di PL
- Paralelisme Lengkap. Pengulangan pikiran yang tepat atau pikiran yang berlawanan dari satu baris dalam baris yang berikut: Israel tidak mengenal. Umat-Ku tidak memahaminya (Yes. 1:3). Israel adalah sama dengan umat-Ku. Kata "tidak mengenal" adalah sejajar dengan "tidak memahaminya". Terdapat kata-kata yang berbeda dalam tiap baris untuk mengungkapkan gagasan yang sama
- Paralelisme Antitesis, pengungkapan gagasan dalam satu baris dan gagasan yang bertentangan dalam baris berikutnya. Contoh: Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya (Amsal 15:20)
- Paralelisme Lengkap, yang mengulang gagasan dalam suatu baris dengan istilah-istilah kiasan atau simbolis atau paralelisme emblematic. Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan (Amsal 26:21)
- Paralelisme Memuncak. Paralelisme yang paling menarik adalah paralelisme "tangga" atau memuncak. (1) Sebab sesungguhnya musuh-Mu, (2) ya Tuhan. (1) Sebab sesungguhnya musuh-Mu (3) Akan binasa. (1) Semua orang yang melakukan kejahatan (3) akan dicerai-beraikan (Mazmur 92:10).
Puisi-puisi di Perjanjian Baru
- Tidak Ada Surat atau Kitab di PB yang bersifat puisi. Jika menemukan puisi di PB, maka itu merupakan copy paste dari Perjanjian Lama, dengan sedikit gubahan atau pun Kontekstualisasi
- Pada Surat-Surat, ada juga puisi yang disampaikan secara bersemangat dan mengalir. Contohnya, Khotbah di Bukit. Yesus tampil sebagai seorang pengajar dari PL yang mengajarkan hikmat. Bagian pembukaan dari khotbah-Nya (Ucapan Bahagia) menggunakan paralelisme. Seluruh nada penyajian-Nya berlawanan dengan apa yang biasanya terdapat dalam sastra klasik. Jelas, Yesus sedang menetapkan patokan-patokan ideal yang berbeda dari patokan-patokan yang didukung dalam kesusastraan
- Beberapa ayat pada Yakobus mengingatkan irama dan sifat-sifat sastra dari Khotbah di Bukit
- Kitab Wahyu yang berisi banyak mazmur/himne. Juga menggunakan bermacam-macam paralelisme, yang mengingatkan pada puisi kenabian di PL. Namun, syair-syair tersebut berbeda dari Perjanjian Lama, sebab mempertalikan berbagai gelar, nama, dan kesempurnaan Allah dengan Yesus Kristus
- Kitab Wahyu juga ditandai oleh simbolisme yang kuat, pengulangan, struktur paralelisme, dan lain sebagainya. Semua materi penglihatannya dituliskan dalam jenis prosa puitis yang gembira
- Di PB, ada lebih dari 200 copy paste petikan ladari Perjanjian Lama; dan sekaligus merupakan sisipan (sekitar 2000) sastera; dan mendapat pengaruh Sastera Aram serta Romawi atau Latin. Misalnya, Lukas 1:46-55, Magnificat Jiwaku memuliakan Tuhan; Lukas 1:67-79, Benedictus atau terpujilah; Lukas 2:14 Gloria in Excelsis, Kemuliaan di tempat yang mahatinggi; Lukas 2:29-32, Nunc Dimitis. Sekarang, biarkanlah pergi ..."
Dari Sana-sini oleh Opa Jappy
https://youtu.be/-AGenw8EAN0?si=Uei9uPE3oAQOoBRl