Hai, Koteker dan Kompasianer.
Apa kabar? Masih sehat dan bahagia?
Sabtu lalu, mimin sudah mengajak kalian semua ke Tuban. Bersama seniman Sari Koeswoyo, Komunitas Traveler Kompasiana bekerjasama dengan Universitas Ronggolawe Tuban telah menggelar Kotekatalk-128 tersebut. Bahasan tentang keindahan Tuban, pelabuhan zaman Majapahit. Adakah sisa peninggalan yang membuktikan jejak Majapahit di Tuban?
Setidaknya pantainya yang indah merupakan bukti nyata yang masih bisa kita nikmati sampai hari ini. Mulai dari pantai Desa Remen, kecamatan Jemu dan pantai Kelapa berpasir putih yang sangat menawan tapi perlu ditingkatkan lagi fasilitas untuk wisatawan lokal dan mancanegara, sampai dengan pesona lain yang sangat erat dengan sejarah walisongo, khususnya Sunan Bonang. Sejarah terpatri di goa sunan Bonang, di pertapaan Andang Tumapak, yang ternyata berada di bawah pasar Tuban. Keunikan Gawang Marabaya, goa akbar Tuban ini memiliki makna tersendiri. Gawang berarti pintu dan marabaya sama dengan bahaya. Lorong panjangnya akan mengajak kita ke sebuah sumur. Yang menarik lagi adalah mbak Sari berkisah tentang sebuah makam tua, di mana ada sebuah pohon besar dan tua di salah satu sudutnya. Sayang sekali, tidak ada informasi tentangnya. Berapa umurnya? Apa jenis pohonnya? Dan informasi lain yang mungkin akan sangat penting dan menarik bagi wisatawan atau pengunjung makam.
Selain tentang tempat wisata, mbak Sari membuat kita ngiler dengan cerita makan-makannya bahwa dia sudah mencicipi Rajungan mercon dan lobster sandal yang rasanya luar biasa mak nyos. Bahkan saking lezatnya, kalau pulang Jakarta, ia pesan untuk difreezer sebagai oleh-oleh. Bisnis yang menjanjikan sekali. Masakan Tuban lainnya yang direkomendasikan mbak Sari adalah mangut ndas manyung bu Tik dan jangan gori pasar Baru.
Terakhir sebelum berpisah, mbak Sari memperlihatkan koleksi cantiknya, kain batik gedog dari Tuban. Perempuan yang merupakan salah satu klan Koeswoyo itu merupakan keturunan Tuban, nggak salah kalau rasa cinta pada warisan leluhurnya nggak ada matinya.
Acara yang disambut oleh rektor Unirow, Prof. Dr. Supiana Dian Nurtjahyana ini diikuti para dosen dan mahasiswa termasuk para Koteker. Terima kasih Koteka kepada ibu Christine Panggabean selaku direktur International Office yang meluluskan permintaan Koteka untuk kerjasama perbincangan seru yang hampir 2 jam berjalan. Juga semua yang hadir, tak lupa mimin mengucapkan beribu terima kasih.
Sabtu minggu ini, giliran Yogyakarta yang akan dibahas dalam seri "Wonderful Indonesia." Eduwisata dan promosi seni Yogyakarta di Jerman akan dikupas bersama mas Nugroho Noe sebagai inisiator Gerakan Ekonomi Kolaborasi dan moderator, mbak Siti Asia si artis Bonn, Jerman. Untuk itu, mimin mengundang kalian pada:
- · Hari/Tanggal: Sabtu: 3 Juni 2023
- · Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
- · Tempat: zoom
- · Link: akan disebar di medsos Koteka dan whatsapp group zooming Koteka.
Nah, kalian yang Sabtu belum ada acara atau pengen tahu banyak tentang tema yang diangkat, gabung, ya. “Yogyakarta ….Pulang ke kotamu …“
“Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Kompasiana, kita bangkitkan pariwisata Indonesia.“ (Sandiaga Uno dalam Kotekatalk-83, 2 April 2022).
Jumpa Sabtu di Kotekatalk-129.
Salam Koteka. (GS)