Simulasi Magang Editorial: Lebih Relevan di Kampus atau di Kompasiana?

2025-10-13 01:23:54 | Diperbaharui: 2025-10-13 01:58:30
Simulasi Magang Editorial: Lebih Relevan di Kampus atau di Kompasiana?
Caption Sumber: SDGs teringat SDM terangkat: UM melalui Program Magang di Diskominfo Kota Batu ; Tersedia https://kumparan.com/fajar-firmansyah- 1723814914862278763/sdgs-teringat-sdm-terangkat-um-melalui-program-magang-di-diskominfo-kota-batu-

 

Oleh: A. Rusdiana

Semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026 dimulai pada 1 September hingga 19 Desember 2025. Di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dosen mengampu mata kuliah Metode Penelitian di S1 dan Manajemen Sumber Daya Pendidikan serta Sistem Informasi Manajemen Pendidikan di S2. Seluruh perkuliahan diarahkan pada rangkaian tugas esai berbasis templat untuk diterbitkan di dua media daring: BeritaDisdik berbahasa Indonesia dan Kompasiana berbahasa Inggris. Pendekatan ini bukan sekadar latihan menulis, melainkan bentuk simulasi magang editorial. Mahasiswa tidak hanya belajar teori akademik, tetapi langsung mempraktikkan proses penerbitan: dari drafting, editing, revisi, validasi kelayakan tayang, hingga berinteraksi dengan pembaca publik. Inilah bentuk nyata dari pembelajaran community of practice sebagaimana dijelaskan oleh Etienne Wenger bahwa belajar yang efektif lahir dari komunitas yang saling berbagi praktik. Sejalan dengan Vygotsky, proses menulis kolaboratif di ruang publik digital merupakan bentuk social learning di mana mahasiswa saling belajar dan membentuk identitas akademik kolektif.

Dari perspektif Job Demand–Job Resources Theory (JD-R), Kompasiana menawarkan job resources baru: umpan balik pembaca, sistem kurasi, dan kesempatan branding akademik yang menumbuhkan work engagement. Dengan kata lain, magang editorial digital ini menyiapkan mahasiswa menghadapi dunia profesional yang menuntut kombinasi literasi, kreativitas, dan kolaborasi.

Namun, masih ada gap yang perlu dijembatani: banyak mahasiswa belum memahami bahwa menulis di media publik membutuhkan mind match antara integritas akademik dan kecermatan editorial. Tulisan ini berupaya menunjukkan tiga pembelajaran utama dari simulasi magang editorial sebagai jembatan antara dunia akademik dan profesional. Berikut, Tiga Pilar Pembelajaran dari Simulasi Magang Editorial:

Pilar Pertama: Menulis Sebagai Latihan Profesionalisme Akademik; Simulasi magang editorial menuntut mahasiswa menulis bukan sekadar untuk nilai, tetapi untuk publik. Dalam ruang terbuka seperti Kompasiana, tulisan harus melewati seleksi, revisi, dan pertanggungjawaban argumentatif. Proses ini menanamkan sikap profesional: disiplin terhadap tenggat waktu, etis terhadap sumber, dan terbuka terhadap kritik pembaca. Bagi dosen, pengalaman ini memperkuat komitmen Gerakan Literasi Nasional melalui praktik nyata tidak hanya memberi tugas menulis, tetapi menemani mahasiswa menghadapi proses editorial sebagaimana jurnalis dan akademisi profesional.

Pilar Kedua: Kolaborasi dan Peer Review sebagai Soft Skills Global; Magang editorial di Kompasiana memfasilitasi peer review alami. Mahasiswa belajar mengoreksi, memberi masukan, dan menilai tulisan teman sekelas. Ini sejalan dengan prinsip Wenger bahwa community of practice mendorong pembelajaran sejawat. Kolaborasi lintas strata  antara mahasiswa, tutor muda, dan dosen  melatih empati intelektual, komunikasi lintas generasi, serta kepemimpinan tanpa otoritas. Soft skills global seperti critical feedback, time management, dan team communication tumbuh secara organik. Proses ini jauh lebih hidup dibandingkan magang formal yang hanya administratif.

Pilar Ketiga: Branding Akademik dan Simulasi Dunia Kerja Digital; Kompasiana berperan sebagai laboratorium branding akademik. Setiap tulisan yang tayang menjadi portfolio digital mahasiswa. Interaksi dengan editor dan pembaca memperkenalkan mahasiswa pada digital journalism workflow mulai dari kurasi, narasi publik, hingga analitik pembaca. Melalui simulasi ini, mahasiswa belajar tiga keterampilan penting: (1) berpikir sistematis seperti peneliti, (2) menulis komunikatif seperti jurnalis, dan (3) membangun citra profesional seperti praktisi. Inilah esensi magang editorial: mengintegrasikan dunia akademik dan dunia kerja dalam satu pengalaman belajar adaptif.

Simulasi magang editorial melalui Kompasiana menandai transformasi penting dalam pendidikan tinggi: dari tugas tertutup menuju publikasi terbuka. Mahasiswa tidak hanya belajar menulis, tetapi juga memahami proses komunikasi ilmiah, tanggung jawab etika, dan dinamika profesi penulis digital. Rekomendasi: 1) Mahasiswa perlu menjadikan publikasi digital sebagai latihan membangun portofolio profesional; 2) Dosen sebaiknya mengintegrasikan umpan balik pembaca sebagai bahan refleksi akademik; 3) Kampus perlu mengakui aktivitas menulis di platform publik sebagai bentuk magang non-konvensional yang sah dan terukur.

Ketika Kompasiana dijadikan laboratorium akademik, mahasiswa tidak lagi sekadar penulis tugas, tetapi 

 Simulasi magang editorial membentuk mereka menjadi pembelajar adaptif: menulis dengan nurani, berpikir dengan data, dan berbagi dengan integritas. Dari kelas menuju Kompasiana, lahirlah generasi penulis yang bukan hanya bisa menulis  tapi bisa mendidik bangsa melalui tulisan. Wallhu A'lam

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
1 Orang menyukai Artikel Ini
avatar