Ulasan Cerpen "Renjana" Karya Dwicipta

2023-04-18 09:26:19 | Diperbaharui: 2023-04-18 09:26:19
Ulasan Cerpen "Renjana" Karya Dwicipta
Ilustrasi demonstran, sumber: Kompas/Achmad Faizal

Pernahkah pembaca menjadi demonstran melawan tirani penguasa? Lalu, di akhir perjuangan, justru dikhianati oleh teman-teman seperjuangan yang menjadi bagian dari penguasa?

Tragisnya juga, kemudian ditinggal kekasih hati yang juga teman seperjuangan melawan tirani. Bukan karena sang kekasih kecantol pria lain, tetapi akibat ayahanda kekasih hati menganggapnya sebagai pemuda tolol yang menjadi perusuh.

Ah, semoga tidak ada yang mengalami seperti itu. 

Kisah di atas tampaknya hanya sebuah khayalan belaka seperti pada cerpen "Renjana" karya Dwicipta yang termuat pada Cerpen Pilihan Kompas 2012.

Cerita pendek seperti karya sastra lainnya memang sebuah fiksi. Namun, bagaimanapun juga, penulisnya selalu dipengaruhi oleh keadaan masa dan budaya di mana ia hidup dan berada.

Cerpen "Renjana" ditulis pada tahun 2012, tapi menggambarkan kisah lima belas tahun sebelumnya. Tahun 1997, di mana terjadi demonstrasi mahasiswa seluruh Indonesia untuk menggulingkan tirani yang berkuasa dengan dukungan militer selama lebih dari tiga puluh tahun.

Tragis, tokoh yang tidak disebut namanya dalam cerpen ini harus hidup tanpa harapan masa depan. Teman-temannya mendapat kedudukan karena menjadi bagian dari penguasa. Dan kekasihnya dipaksa ayahnya meninggalkannya. 

Dikhianati teman seperjuangan memang menyesakkan. Tapi, mau bagaimana lagi. Itu pilihan mereka.

Tahun 1965-1967, sebagai anak ingusan, saya hanya menonton demonstrasi menentang PKI dan Sukarno di sepanjang Jalan Pemuda, Surabaya. Tahun 1977-1978, 1982, 1992, dan 1997-1998, barulah menjadi demonstran sungguhan. Sudah kutulis dan posted di Kompasiana dengan judul "Pengalaman Menjadi Demonstran".

Menjadi orang bebas dan konsisten mempertahankan prinsip memang pilihan penuh tantangan. Beda pilihan politik membuat putusan meninggalkan sebagai abdi masyarakat dan negara (pemerintah).

Bersuara lantang dan keras memaksa berpindah-pindah pekerjaan. Dan... ditinggal kekasih hati seperti yang kutulis di Kompasiana: Dream of Me, seperti sebuah lagu yang dilantunkan Mac & Katty Kissoon.

Tetap konsisten mempertahankan prinsip seperti para demonstran Angkatan 66 yang menentang penguasa tirani orde baru. Lalu, dianggap sebagai pengacau. Atau, menjadi bagian dari orde baru namun berjuang dari dalam, bukan ikut menjadi bagian hitamnya.

Hidup adalah pilihan.

 

Kreator Konten:

Mbah Ukik.

Orang desa pemerhati dan pengamat seni dan budaya, pertanian dan lingkungan hidup.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
4 Orang menyukai Artikel Ini
avatar
Menarik, Mbah.
2023-04-20 00:43:07
Ulasan yang mantap Mbah Ukik. Wah, saya jadi bersenandung lagu Dream of Me..
2023-04-19 18:43:12
Saya sangat sepakat, Mbah Ukik, bagian di mana sebagian kisah fiksi sangat dipengaruhi oleh masa dan budaya ketika penulis mengarang cerpen. Karena alasan itu pulalah, saya pernah menulis artikel tentang pentingnya tanggal penulisan cerpen. Terima kasih untuk ulasannya, Mbah Ukik.
2023-04-18 09:53:07