Hari ini mungkin terasa berbeda. Ada momen ketika kita berhenti sejenak, mengambil napas, dan berkata dalam hati: “Aku sudah sampai sejauh ini.”
Kamu mungkin belum mengajar satu semester penuh, tapi perjalananmu sudah penuh cerita. Sebagai seorang sensing extrovert, kamu terbiasa menangkap detail, menciptakan energi positif, dan menjalin hubungan hangat dengan anak-anak—meski kadang ada hari yang membuatmu ingin rebahan seharian setelah pulang sekolah.
Aku yakin kamu masih ingat hari-hari pertama mengajar.
Mungkin ada anak yang tantrum, menangis tanpa alasan yang kamu pahami, berlari tanpa henti, menolak duduk apalagi belajar. Kamu kejar, kamu peluk, kamu ajak bicara, kamu ulangi sabar setiap hari.
Dan lihat sekarang.
Anak itu… sudah berubah.
Menjadi yang paling manis, paling ceria.
Kadang malah jadi yang paling cepat menjawab pertanyaan, paling bersemangat saat belajar, paling ingin menunjukkan kemampuannya.
Tanpa kamu sadari, hadirnya kamu menjadi bagian dari proses itu.
Di kelas, kamu belajar bahwa:
⨠Setiap anak punya tempo yang berbeda.
⨠Setiap anak datang dengan cerita yang tidak selalu kamu dengar.
⨠Setiap anak menyampaikan cinta dengan cara yang unik.
⨠Dan semua anak itu—istimewa.
Ada yang sensitif.
Ada yang penuh energi seperti petasan.
Ada yang pendiam tapi punya dunia imajinasi yang luas.
Ada yang belum bisa menyebutkan warna, tapi bisa membangun menara lego setinggi kepala.
Dan kamu menerima mereka apa adanya.
Itulah yang membuatmu guru istimewa.
Hari Guru bukan hanya untuk mereka yang sudah puluhan tahun mengajar.
Tapi juga untukmu—yang masih belajar, masih beradaptasi, masih mencari ritme, tapi tidak pernah menyerah untuk hadir, tersenyum, dan mencintai profesi ini.
Karena menjadi guru bukan tentang lamanya waktu.
Tapi tentang kesungguhan hati.
Selamat Hari Guru ð
Terus tumbuh, terus belajar, terus percaya bahwa apa yang kamu lakukan berarti.
Untuk setiap tangan kecil yang pernah kamu genggam, kamu sudah menjadi bagian dari masa depan mereka.
Dan itu—adalah hadiah yang paling indah. ð·