Guru adalah ujung tombak pendidikan. Namun, sebelum mereka berdiri di depan kelas untuk mencerdaskan murid, seringkali ada sederet masalah sepele yang mengganggu konsentrasi dan kesiapan mengajar. Masalah-masalah ini kerap dianggap remeh, padahal jika tidak ditangani, dapat menurunkan kualitas pembelajaran.
Mulai dari persiapan alat mengajar yang kurang optimal, gangguan teknis, hingga masalah psikologis seperti kecemasan, masalah-masalah ini jarang mendapat perhatian serius dari pihak sekolah atau dinas pendidikan. Padahal, menurut penelitian, faktor-faktor kecil seperti ini bisa memengaruhi efektivitas pengajaran (Kyriacou, 2001).
Berikut beberapa masalah sepele yang sering dialami guru sebelum mengajar dan solusi yang bisa dipertimbangkan.
1. Alat Mengajar Tidak Siap atau Rusak
Sebelum masuk kelas, guru harus memastikan semua alat peraga, spidol, proyektor, atau laptop berfungsi dengan baik. Namun, tak jarang mereka menemukan spidol sudah kering, remote proyektor hilang, atau laptop tiba-tiba error.
Menurut survei dari Education Support Partnership (2022), 65% guru di Inggris mengaku pernah mengalami gangguan teknis sebelum mengajar yang mengganggu alur pembelajaran. Di Indonesia, masalah serupa sering terjadi karena kurangnya perawatan peralatan sekolah.
Solusi:
-
Sekolah perlu menyediakan petugas khusus yang memeriksa kelengkapan alat mengajar setiap hari.
-
Guru bisa menyiapkan backup plan, seperti membawa spidol cadangan atau menyimpan materi dalam bentuk cetak.
2. Suasana Hati yang Tidak Stabil karena Masalah Pribadi
Guru juga manusia. Mereka bisa datang ke sekolah dengan pikiran penuh beban—mulai dari masalah keluarga, keuangan, hingga kesehatan. Jika tidak dikelola, emosi ini bisa terbawa ke kelas dan memengaruhi interaksi dengan siswa.
Dr. Richard Churches, peneliti pendidikan dari Education Development Trust, menyatakan bahwa 40% guru mengalami stres sebelum mengajar karena tekanan eksternal. Jika tidak diatasi, hal ini dapat memicu burnout (Churches, 2018).
Solusi:
-
Sekolah bisa menyediakan konseling rutin untuk guru.
-
Teknik mindfulness atau pernapasan selama 5 menit sebelum mengajar bisa membantu menenangkan pikiran.
3. Kelas Berantakan atau Kurang Nyaman
Masuk ke kelas yang berantakan, kursi tidak tertata, atau AC mati bisa langsung menurunkan semangat mengajar. Lingkungan fisik yang tidak mendukung membuat guru harus membuang waktu untuk menata ulang sebelum memulai pelajaran.
Penelitian University of Salford (2015) menunjukkan bahwa ruang kelas yang nyaman meningkatkan konsentrasi siswa hingga 25%. Artinya, jika guru sudah merasa tidak nyaman sejak awal, dampaknya bisa berantai pada murid.
Solusi:
-
Membuat jadwal piket harian untuk siswa membersihkan kelas sebelum pelajaran dimulai.
-
Sekolah perlu memastikan fasilitas kelas seperti ventilasi dan pencahayaan layak.
4. Administrasi yang Menumpuk
Sebelum mengajar, banyak guru harus menyelesaikan laporan, absensi, atau RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang menumpuk. Beban administratif ini seringkali mengurangi waktu persiapan mengajar yang optimal.
Menurut OECD (2019), guru di Indonesia menghabiskan 20-30% waktu kerja untuk urusan administratif, lebih tinggi daripada rata-rata global (15%). Hal ini membuat banyak guru kelelahan sebelum masuk kelas.
Solusi:
-
Sekolah bisa mengurangi beban administratif dengan sistem digital.
-
Pemerintah perlu mengevaluasi efisiensi pelaporan agar tidak membebani guru.
5. Kurangnya Dukungan dari Rekan atau Atasan
Terkadang, guru merasa tidak didukung oleh rekan kerja atau kepala sekolah. Misalnya, ketika membutuhkan bantuan mengatasi siswa yang sulit diatur, tetapi tidak ada kolaborasi dari pihak lain.
Studi dari University of Melbourne (2020) menemukan bahwa dukungan sosial di sekolah adalah faktor utama yang memengaruhi kepuasan kerja guru. Tanpa itu, motivasi mengajar bisa menurun drastis.
Solusi:
-
Membangun komunitas guru di sekolah untuk saling berbagi solusi.
-
Kepala sekolah perlu lebih proaktif dalam mendengarkan keluhan guru.
Kesimpulan
Masalah-masalah sepele sebelum mengajar mungkin terlihat kecil, tetapi jika dibiarkan terus-menerus, dapat menggerogoti kinerja guru. Sekolah dan pemangku kebijakan perlu lebih peka terhadap hal-hal ini, karena kualitas pendidikan dimulai dari kenyamanan dan kesiapan para pengajar.
Dengan solusi sederhana seperti perbaikan fasilitas, dukungan mental, dan pengurangan beban administratif, guru bisa lebih fokus pada tugas utama mereka: mendidik generasi masa depan dengan optimal.
#SalamLiterasi