Literasi Digital sebagai Nafas Komunitas di Era Serba Terhubung

2025-08-03 08:22:58 | Diperbaharui: 2025-08-03 08:22:58
Literasi Digital sebagai Nafas Komunitas di Era Serba Terhubung
Literasi Digital , Created By Ai ChatGPT 4o  Prompt By Jody Aryono

Kenapa Literasi Itu Perlu, Bukan Cuma Seru?

Literasi digital bukan hanya kemampuan mengoperasikan HP atau membuat status Facebook. Literasi berarti kemampuan memahami, memverifikasi, dan menyaring informasi. Di tengah derasnya arus hoaks, provokasi, dan konten sensasional, komunitas butuh kemampuan untuk membaca secara kritis. Tanpa itu, grup warga bisa jadi sarang kesalahpahaman.

Ketika Warga Menjadi Korban dan Pelaku

Banyak warga membagikan informasi karena ingin membantu... tapi tidak sadar bahwa mereka turut menyebar hoaks. Ini bukan soal niat buruk, tapi soal ketiadaan keterampilan digital. Kita pun sering melihat, dalam satu RT bisa terjadi keributan hanya karena pesan yang salah ditafsirkan. Di sinilah urgensi membangun pemahaman bersama tentang etika dan etos bermedia.

Apa Peran Komunitas dalam Literasi Digital?

Komunitas adalah simpul perubahan. Saat satu orang belajar, ia bisa menularkan ke tetangganya. Diskusi tentang berita viral bisa dijadikan momen edukatif, bukan sekadar pergunjingan. Pelatihan sederhana seperti cara mengecek hoaks, membuat Google Form, atau mengakses layanan daring bisa membuka peluang dan solusi.

Kekuatan Kolaborasi Lokal

Tidak perlu menunggu pemerintah. Komunitas bisa memulai dari hal kecil: membuat grup edukasi warga, membagikan tips digital sehat, atau mengundang narasumber dari kampus atau komunitas IT lokal. Anak muda yang paham teknologi bisa menjadi jembatan literasi bagi orang tua. Inilah gotong royong gaya baru.

Fakta dan Data yang Mencengangkan

Menurut data UNESCO dan Kemendikbudristek, Indonesia mengalami peningkatan penggunaan internet desa hingga 75% dalam lima tahun terakhir. Namun peningkatan akses tidak selalu dibarengi dengan pemahaman. Studi oleh MAFINDO menunjukkan bahwa kelompok usia 40+ adalah penyumbang terbesar dalam penyebaran hoaks, bukan karena jahat... tapi karena mereka belum terbiasa verifikasi.

Langkah Kecil yang Menyelamatkan Komunitas

Satu warga yang tahu cara mengecek kebenaran berita bisa menyelamatkan satu RT dari konflik. Pelatihan singkat di mushola, arisan, atau posyandu bisa menjadi alat perubahan. Bahkan, memanfaatkan grup WA sebagai sarana edukasi bukan hanya mungkin, tapi sangat strategis.

Bergerak dari Pasif ke Progresif

Daripada menunggu disuruh, komunitas bisa menciptakan budaya saling mengingatkan, saling mendidik, dan saling belajar. Literasi digital bukan proyek pemerintah saja, tapi bagian dari menjaga keharmonisan warga. Ketika komunitas melek digital, maka mereka punya alat untuk bertahan... bahkan tumbuh.

Refleksi: Komunitas Saya, Tanggung Jawab Saya

Saya sendiri merasakan perubahannya. Dahulu, grup WA hanya tempat share stiker dan video receh. Tapi setelah ada pelatihan kecil, kini kami mulai membagikan info layanan publik, jadwal kajian, dan tutorial daring. Literasi digital bukan teori... ia nyata dan berdampak.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
1 Orang menyukai Artikel Ini
avatar