Tidak banyak anak dan orang tua yang bisa dan mau duduk bareng menyatukan apa yang mereka inginkan. Di satu sisi orang tua berdalih untuk kepentingan dan kebaikan anak hingga enggan mendengarkan apa yang anak inginkan. Di sisi lain sang anak merasa ragu untuk menyampaikan keinginan dan mimpinya karena ada rasa takut dan tidak ingin mengecewakan.
Konflik ini sering terjadi di masyarakat kita, yang tidak jarang malah menimbulkan luka trauma pada anak karena memendam keinginannya untuk didengar dan dimengerti. Renggangnya komunikasi antar orang tua dan anak yang membuat jarak antara mereka.
Hal itulah yang terjadi pada sosok Magnus, seorang anak laki-laki dari keluarga berada, anak tunggal yang terpaksa menuruti semua keinginan orang tuanya. Magnus yang pendiam menjadi semakin tertutup dan menyalahkan dirinya sendiri.
Baca ulasang lengkap @hiquds berjudul "Bertaut Rindu, Keresahan Anak akan Eksistensi Mimpinya yang Ingin Diwujudkan" di kompasiana.com/hiquds