Sudah punya rencana untuk akhir minggu ini? Jika belum, yuk ikutan baca novel [Bukan] Pasaran Terakhir. Selesai membaca, silakan kalian bedah dan ulasan isinya, bukan resensi. Kritik paling pedas diperbolehkan.
Ulasannya silakan diposting di Kompasiana. Blog lain juga boleh. Tiga ulasan paling keren, akan mendapat pengganti kuota. Ingat ya, keren di sini bukan berarti puja-puji, tapi kedalaman dalam membahas tema novel, alur cerita, bahasa, dan lain-lain. Hindari pembahasan terkait layout, cover, karena itu di luar jangkauan penulis.
Berarti harus baca novelnya dulu dong? Ya iyalah ...
Bagi yang ingin mendapatkan novelnya secara gratis, silakan ambil di kantin Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta Pusat Kamis, 14 November 2024 pukul 13.00 WIB – 16.00 WIB. Bagi yang tinggal di luar kota dan ingin novelnya dikirim via jasa pengiriman kilat, diwajibkan bayar ongkos kirim sebesar Rp 25.000.
Ingin baca novel bersama sambil menikmati secangkir kopi hangat? Silakan isi form pendaftaran di bawah dan gabung ke WAG Litkom. Tempat dan waktu akan dikabari kemudian.
Ulasan novel diunggah mulai 20 - 25 November 2024. Pemenang diumumkan tanggal 30 Novemner 2024.
Sinopsis [Bukan] Pasaran Terakhir
Kario dan Riri Safitri adalah aktivis mahasiswa yang turut menumbangkan pemerintahan Orde Baru. Mereka berasal dari daerah yang sama, namun kuliah di universitas berbeda di Yogyakarta. Di era reformasi, Riri bergabung dengan partai politik dan terpilih sebagai anggota DPR. Kisah kasih mereka berakhir ketika Riri menikah dengan Priyo, rekan aktivis yang juga duduk di Senayan. Sementara Kario memilih pulang kampung mengurus sawah peninggalan orang tuanya.
Karir politik Riri mencapai puncaknya ketika terpilih menjadi bupati. Meski awalnya mendukung, namun ketika Riri tetap melanjutkan rencana penambangan Gunung Kapur dengan dalih Proyek Strategis Nasional (PSN), Kario tidak tinggal diam. Sebab gunung itu merupakan daerah tangkapan air yang menjadi sumber kehidupan penduduk sekitarnya, termasuk mengairi sawah Kario.
Dua mantan aktivis, sekaligus mantan kekasih, terlibat dalam perseteruan panjang, dibalut konflik, intrik hingga penggunaan narkoba untuk memengaruhi warga agar mendukung penambangan Gunung Kapur.
Tdak perlu mengerutkan kening untuk membacanya. Meski mengangkat tema serius, kisahnya dikemas dengan bahasa lugas ala novel remaja.