Panduan Bikin Press Release Lingkungan yang Nggak Garing dan Dilirik Media

2025-07-22 19:49:17 | Diperbaharui: 2025-07-22 19:49:17
Panduan Bikin Press Release Lingkungan yang Nggak Garing dan Dilirik Media
Tips membuat press release lingkungan yang menarik bagi media (Foto: Freepik)

Setiap tahun, ribuan mahasiswa, kelompok Praktik Kerja Lapangan (PKL), komunitas, akademisi, dan aktivis lingkungan membuat program keren. Ada yang menanam pohon, kampanye bersih sungai, diskusi tentang perubahan iklim, atau pelatihan daur ulang sampah. 

Sayangnya, sebanyak apapun kegiatannya, banyak yang mengeluh, “Kok media nggak pernah meliput ya?”

Nah, salah satu penyebabnya adalah press release yang dikirim ke redaksi seringkali… basi, hambar, dan terlalu kaku. Akhirnya, rilis itu cuma berakhir di folder spam, atau dibaca sekilas lalu diabaikan.

Padahal, isu lingkungan penting banget untuk diangkat ke media. Masalahnya, bagaimana caranya agar berita tentang lingkungan bisa menarik perhatian media, bahkan pembaca umum?

Nah, semoga artikel ini bisa membantu kamu untuk belajar menulis press release bertema lingkungan yang menarik, mudah dibaca, dan bikin media mau melirik.

Kenapa Banyak Press Release Lingkungan Nggak Dilirik Media?

Sebelum belajar menulis, kita harus tahu dulu, kenapa press release sering diabaikan? Beberapa alasannya sebagai berikut.

1. Judulnya Hambar

Judul adalah pintu pertama yang menentukan apakah wartawan akan membaca rilis kamu atau langsung melewatkannya. Sayangnya, banyak press release lingkungan punya judul seperti laporan PKL atau skripsi. 

Misalnya: Mahasiswa KKN Kampus X Melaksanakan Penanaman Pohon di Desa Sukamakmur

Judul seperti ini tidak menggugah rasa ingin tahu. Tidak ada konflik, tidak ada urgensi, dan terasa datar. Padahal, wartawan butuh cerita yang menarik sejak dari judulnya.

2. Terlalu Formal, Seperti Laporan Kegiatan.

Press release itu beda dengan laporan kegiatan. Wartawan butuh bahan berita, bukan daftar rundown acara. 

Kalau rilis kamu isinya cuma, "pukul 08.00 pembukaan, pukul 09.00 penanaman pohon," tentu saja media akan bosan. Berita butuh cerita, bukan jadwal.

3. Berita Basi

Wartawan bekerja dengan prinsip aktualitas. Semakin cepat dikirim, semakin besar peluang diliput. 

Sayangnya, banyak yang mengirim press release tiga hari setelah acara selesai. Ketika itu, media sudah move on ke berita lain.

4. Tidak Ada Nilai Berita

Kegiatan lingkungan itu penting, tapi media selalu bertanya, apa yang menarik dari kegiatan ini? 

Kalau press release hanya menceritakan “penanaman pohon” tanpa cerita unik, data pendukung, atau sisi human interest, ya akhirnya dianggap biasa saja.

5. Tidak Menyebut Dampaknya

Sering kali press release lingkungan hanya berhenti di kegiatan tanpa menjelaskan dampaknya. Misalnya, apakah penanaman pohon ini mencegah longsor? Berapa hektar lahan yang direboisasi? Bagaimana keterlibatan warga lokal?

Jika press release tidak menjawab "kenapa ini penting," media dan pembaca pun enggan peduli.

Prinsip Dasar Press Release Lingkungan

Coba posisikan sejenak dirimu sebagai seorang wartawan. Setiap hari, kotak masuk emailmu dibanjiri ratusan press release dari berbagai pihak, mulai dari instansi pemerintah, perusahaan, kampus, komunitas, hingga kelompok mahasiswa. 

Pertanyaannya, dari sekian banyak itu, press release mana yang akan kamu baca? Jawabannya tentu sederhana, yaitu press release yang menarik, jelas, dan punya nilai berita.

Wartawan tidak sekadar mencari kegiatan. Mereka mencari cerita yang layak dibagikan ke publik. Kalau press release yang kamu kirim hanya berisi laporan kaku, penuh jargon, dan tidak jelas apa pentingnya untuk masyarakat, ya jangan heran kalau akhirnya diabaikan.

Jadi, saat menulis press release, terutama yang bertema lingkungan, kamu harus mengubah mindset. Anggap dirimu sedang membantu wartawan untuk menceritakan sesuatu yang berdampak ke publik.

Tugasmu bukan sekadar melaporkan kegiatan, tetapi menjawab satu pertanyaan penting, kenapa kegiatan ini layak diketahui orang banyak?

Apa Saja yang Dicari Wartawan dari Press Release?

Mungkin kamu bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dicari wartawan dari selembar press release? Setidaknya ada empat hal.

1. Judul yang Menarik

Judul itu seperti pintu rumah. Kalau pintunya membosankan, orang malas masuk. 
Contoh judul yang hambar dan sering ditemui:

Mahasiswa KKN Kampus X Menanam Pohon di Desa Sukamakmur.

Judul ini terdengar biasa saja. Kegiatan tanam pohon memang baik, tapi di mata wartawan, judul seperti ini sudah terlalu sering mereka lihat. Tidak ada pembeda, tidak ada emosi.

Bandingkan dengan judul yang lebih hidup:

Puluhan Mahasiswa Tanam 500 Bibit di Lahan Kritis: Warga Desa Sukamakmur Kini Punya Harapan Baru

Atau:

Aksi Hijau: Mahasiswa Ubah Lahan Tandus Jadi Kebun Raya Mini

Judul seperti ini membuat pembaca (termasuk wartawan) penasaran. Ada aksi, ada dampak, ada cerita di baliknya.

2. Lead yang Jelas dan Ringkas

Lead adalah paragraf pembuka. Di sini kamu harus langsung menjawab 5W+1H:

  • Apa yang terjadi?
  • Siapa yang melakukannya?
  • Kapan dan di mana?
  • Kenapa ini penting?
  • Bagaimana dampaknya?

Contoh lead yang efektif:

Sebanyak 500 bibit pohon sengon dan mahoni ditanam oleh 50 mahasiswa KKN Universitas Hijau Lestari di Desa Sukamakmur, Minggu (21/7). Penanaman ini dilakukan di lahan kritis yang sebelumnya rawan longsor. Program ini diharapkan bisa mencegah bencana sekaligus memperbaiki ekosistem lokal.

Lead ini efektif karena langsung memberikan informasi utama dalam satu tarikan napas. Tidak bertele-tele.

3. Paragraf Isi Punya Detail yang Menarik

Setelah lead, masuk ke isi. Di sinilah kamu bisa menjelaskan lebih lanjut setidaknya tentang tiga hal. Pertama, latar belakang masalah. Kenapa kegiatan ini dilakukan? Apakah ada data tentang deforestasi? Apakah ini bagian dari solusi perubahan iklim lokal?

Kedua, proses kegiatan. Jelaskan singkat, jangan seperti laporan PKL. Misalnya, berapa jumlah bibit? Pohon jenis apa? Siapa yang terlibat?

Ketiga, harus ada kutipan (quote). Tambahkan pernyataan dari narasumber. Ini penting supaya berita terasa hidup, bukan sekadar data mati.

Contoh kutipan:

Ketua kelompok KKN, Dita Ayu mengatakan, aksi ini bukan sekadar seremonial. “Kami ingin kegiatan ini berdampak nyata. Makanya kami juga mengadakan pelatihan perawatan pohon untuk warga,” ujar Dita.

Bisa juga tambahkan kutipan dari pihak lain, misalnya:

Kepala Desa Sukamakmur, Bapak Arifin, menyambut baik kegiatan ini. “Dulu kami takut longsor tiap musim hujan. Semoga dengan pohon-pohon ini, desa kami lebih aman.”

Kutipan seperti ini membuat berita lebih humanis dan relatable.

Press release yang baik bukan cuma menceritakan apa yang sudah dilakukan, tapi juga memberi tahu, apa rencana selanjutnya?

Media suka berita yang punya kesinambungan atau dampak jangka panjang (future impact). Jadi, tutuplah press release dengan kalimat yang menjelaskan harapan atau tindak lanjut.

Contoh:

Program penanaman ini akan dilanjutkan dengan monitoring selama enam bulan ke depan. Mahasiswa KKN juga akan bekerja sama dengan warga desa untuk memastikan bibit yang ditanam tetap terawat dan tumbuh dengan baik.

Dengan begitu, pesan yang tersampaikan bukan sekadar, “Kami sudah menanam pohon,” tapi, “Kami berkomitmen menjaga pohon itu agar bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.”

Isu lingkungan memang mulia, tapi kalau penyampaiannya membosankan, media (dan masyarakat) bisa kehilangan minat.

Ingat, wartawan butuh cerita, bukan sekadar laporan kegiatan. Jadi, mulai sekarang, tulislah press release lingkungan dengan cara yang lebih hidup, lebih manusiawi, dan lebih berdampak.

Dengan begitu, bukan cuma media yang mau meliput, tapi masyarakat juga akan lebih peduli. Karena lingkungan bukan sekadar tentang pohon yang ditanam, tapi tentang cerita perubahan yang menginspirasi.***

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar