Nikel: Emas Baru atau Bom Waktu Ekologis?

2025-06-16 09:29:47 | Diperbaharui: 2025-06-16 09:29:47
Nikel: Emas Baru atau Bom Waktu Ekologis?
CaptionPenampakan bekas aktivitas penambangan nikel di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. (Foto: Dok. Greenpeace Indonesia). sumber link: Inilah,com

Indonesia sedang berpacu menjadi raja nikel dunia untuk menyokong ambisi kendaraan listrik global. Namun, di balik euforia industrialisasi, ada harga mahal yang harus dibayar: hutan yang gundul, sungai yang tercemar, dan komunitas lokal yang terusir.

Pemerintah menggencarkan hilirisasi dan menjadikan nikel sebagai motor Proyek Strategis Nasional. Tapi, apakah kita benar-benar siap menghadapi konsekuensi ekologis dan sosialnya?

  • Apakah green energy harus dibayar dengan kerusakan lingkungan lokal?
  • Bagaimana nasib masyarakat adat di lingkar tambang?
  • Apakah pertumbuhan ekonomi sepadan dengan hilangnya ekosistem?

Yuk diskusikan di grup “Isu Terkini” Kompasiana. Saatnya kita kritis, bukan pesimis.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar