Indonesia sedang berpacu menjadi raja nikel dunia untuk menyokong ambisi kendaraan listrik global. Namun, di balik euforia industrialisasi, ada harga mahal yang harus dibayar: hutan yang gundul, sungai yang tercemar, dan komunitas lokal yang terusir.
Pemerintah menggencarkan hilirisasi dan menjadikan nikel sebagai motor Proyek Strategis Nasional. Tapi, apakah kita benar-benar siap menghadapi konsekuensi ekologis dan sosialnya?
- Apakah green energy harus dibayar dengan kerusakan lingkungan lokal?
- Bagaimana nasib masyarakat adat di lingkar tambang?
- Apakah pertumbuhan ekonomi sepadan dengan hilangnya ekosistem?
Yuk diskusikan di grup “Isu Terkini” Kompasiana. Saatnya kita kritis, bukan pesimis.