Ketika pesawat kita mendarat dan berhenti secara sempurna di bandara tujuan liburan, kita pastinya ingin segera memulai kegiatan liburan yang sudah tersusun rapi ataupun segera beristirahat di penginapan -- baik itu villa, hotel, motel dan lainnya.
Dan ketika dalam perjalanan dari bandara, pemandangan yang kita lalui tidak saja berupa pantai, resto, cafe, pusat perbelanjaan serta bangunan lainnya saja tapi juga beberapa sudut kawasan atau kota dimana terdapat beberapa orang berkumpul yang ternyata adalah tunawisma.
Bagaimana kita melihat mereka ini yang berada di tengah tengah kawasan destinasi wisata ataupun perkotaan dengan hiruk pikuk dan segala kegiatan ekonominya, apakah kita secara stereotype memandang mereka sebagai tunawisma semata serta tidak punya andil dalam kegiatan ekonomi?
Bila ada yang demikian, mari kita melihat di sebuah pulau di Indonesia yang sudah terkenal di dunia sebagai destinasi wisata dunia serta barometer destinasi wisata di Indonesia.
Pulau ini dihuni oleh orang orang dari daerah lain di Indonesia serta dari negara negara di dunia, serta juga dari segala tingkatan sosial serta ekonomi termasuk tingkat bawah.
Di beberapa sudut di kawasan kawasan pulau tidak sedikit kita lihat orang orang yang tidur di luar seperti terminal, depan pertokoan dan lainnya.
Sekilas mungkin kita melihat mereka tidak memiliki rumah dan pekerjaan (homeless dan jobless), namun ada baiknya jika kita melihat mereka lebih dalam lagi.
Mereka ini berasal dari luar pulau yang datang ke pulau ini untuk bekerja sebagai pekerja bangunan, ada beberapa dari pemberi kerja mereka memberikan fasilitas mes namun bila tidak maka pilihan lainnya adalah mencari tempat berteduh di malam hari di sudut sudut kawasan.
Mengapa tidak menyewa, mengontrak, atau kost ? jawabannya adalah karena agar mereka dapat lebih banyak mengirimkan uang dari penghasilan mereka ke istri, anak ataupun orang tua di kampung halaman.
Biaya sewa kamar ataupun kost mungkin akan menguras sebagian besar penghasilan mereka, untuk itu mereka lebih memilih untuk tidur di sudut sudut kawasan ataupun perkotaan.
Dari sini kita mungkin mengatakan bahwa mereka tidak memiliki tempat tinggal dan bahkan mungkin ada yang mengira mereka juga tidak punya pekerjaan a.k.a pengangguran namun sebenarnya tidak sepenuhnya dan selamanya keduanya tepat.
Apa yang terlihat tidak selamanya menggambarkan kenyataan yang sebenarnya akan tetapi dikala kesimpulan diambil hanya berdasarkan apa yang terlihat, kesimpulan tersebut adakalanya adalah kenyataan namun kenyataan yang keliru (false reality).
Bisa jadi persepsi kita terhadap mereka telah mengantarkan kita kepada pseudoreality ini yang pada akhirnya bahkan mungkin bisa membuat kita sebagai sosok yang judgemental.
Namun di lain sisi, tidaklah keliru pula bila persepsi itu tercipta ketika kita berada di sebuah kawasan dengan hiruk pikuk dan kegiatan ekonomi yang berputar sangat cepat, sehingga ekspektasi kita akan mengatakan bahwa semua orang di kawasan tersebut -- terutama di kawasan dengan kegiatan ekonomi yang tinggi -- akan terpenuhi kebutuhan dasar pangan, sandang dan papan nya.
Akan tetapi pula kita mungkin melupakan satu hal di sini yaitu liku liku kehidupan (walk of life) yang juga ada di kawasan tersebut, dimana tidak semua jalan kehidupan masing masing orang akan sesuai dengan kegiatan ekonominya.
Di sini kita mungkin juga tidak menyadari bahwa orang orang yang tidak berteduh di bawah sebuah atap rumah adalah para pekerja yang mungkin ikut membangun resto/cafe yang kita kunjungi, penginapan ataupun pusat cinderamata dimana kita membeli oleh oleh.
Mereka mungkin terlihat tidak memiliki tempat tinggal ataupun pekerjaan, mereka bisa jadi bukan pemicu peningkatan kejahatan, juga mungkin bukan pahlawan akan tetapi mereka memiliki andil pada pembangunan ataupun pengembangan sebuah kawasan termasuk kawasan wisata'
Pilihan mereka untuk meninggalkan keluarga untuk beberapa waktu serta tidak berteduh di bawah atap rumah di lain daerah justru untuk menyambung hidup serta agar istri, ataupun orang tua mereka dapat lebih baik kehidupannnya.
Keberadaan mereka juga adakalanya menjadi subyek operasi yuridiksi kependudukan yang dilakukan oleh pihak administrator kawasan seperti desa, kelurahan dan lainnya, walau operasi ini terbilang sangat baik untuk menjaga ketertiban kawasan.
Mencari pekerjaan di luar daerah sendiri tanpa beristirahat di bawah sebuah atap adalah pilihan dan jalan kehidupan masing masing manusia, ini adalah realitas kehidupan mereka , namun demikian realitas ini terkadang sebagai sebuah pseudoreality bagi beberapa orang.
Disamping itu, gambaran ini bisa menjadi sebuah ironi kehidupan di sebuah destinasi wisata kelas dunia.
Salam Pariwisata
==Wd==