Film-film dengan tema tradisi dan kearifan lokal makin mendapat tempat di hati sineas film dan para penonton film. Tema film ini sebenarnya bisa menjadi salah satu keunggulan kompetitif perfilman nasional karena Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku bangsa berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010, dengan beragam budayanya. 

Ada banyak sineas yang konsisten mengangkat tema tradisi dan kearifan lokal. Mereka di antaranya adalah Garin Nugroho bersama putri dan menantunya, Kamila Andini dan Ifa Isfansyah. Film-film mereka sukses di kancah nasional dan internasional. Film-film tersebut di antaranya Under the Tree, Setan Jawa, Opera Jawa, Kucumbu Tubuh Indahku, Sekala Niskala, Laut Becermin, Yuni, Turah, dan Sang Penari. 

Selain ketiga nama sineas film tersebut juga banyak sineas lainnya yang juga kerap membubuhkan unsur tradisi ke dalam filmnya, baik lewat penggunaan bahasa lokal maupun juga memasukkan unsur budaya ke dalam filmnya. Film-film tersebut bukan hanya film panjang yang tayang di bioskop, melainkan juga film pendek dan series. Film-film tersebut di antaranya Orpa, Uang Panai, Lemantun, Women from Rote Island, Nyumbang, Sokola Rimba, Kartini, Perempuan Sasak Terakhir, Ngeri-ngeri Sedap, Gadis Kretek, dan dua film pendek KOMiK, Ngidam dan Jagaditta. 

Film dengan tema tradisi dan kearifan lokal terasa dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Selain itu, tema kearifan lokal membantu memperkenalkan keragaman budaya di Indonesia dan juga sebagai salah satu cara untuk menjaga dan merawat budaya tersebut. Genrenya sendiri bebas, bisa dalam bentuk drama yang mengharu biru, drama komedi, hingga dalam bentuk horor. 

Nah dalam lomba blog ini, KOLOM dan KOMiK mengajak anggota Kolom, Komiker, dan para Kompasianer untuk bercerita tentang film bertemakan tradisi dan kearifan lokal. Kalian bisa beropini tentang perkembangan dan dinamika film bertemakan tradisi, film bertemakan tradisi/kearifan lokal yang kalian rekomendasikan, atau kalian juga bisa bercerita tentang tradisi/kearifan lokal dari daerah kalian yang kiranya menarik untuk diangkat sebagai film. Andaikata punya ide lain juga boleh ya, asal masih sesuai dengan temanya. Format filmnya bebas, bisa film pendek, panjang, atau series dan animasi. 

Ketentuan lainnya yaitu minimal tulisan 450 kata masukkan label: KOLOM x KOMiK dan lomba blog tradisi. Lalu tayangkan artikel kalian di IG atau X dengan mention: IG: @komik_kompasiana dan @kolom_kompasianer_lombok atau X: @komik_ksiana dan @Lombok_2022. Durasi lomba 22 November - 5 Desember 2023 pukul 23.59 WIB. 

Tulisan peserta akan dinilai oleh juri Miftachul Arifin. Ia adalah kritikus film Montase Films, yang meraih nominasi kategori Karya Kritik Film dalam Festival Film Indonesia 2021 dan Ketua Juri Awal Festival Film Wartawan 2023.

Oh iya lantas apa hadiahnya? Ada tiga hadiah berupa paket jajanan dari Lombok. Semua tulisan peserta juga berpeluang masuk dalam buku antologi film KOMiK x KOLOM. Tentunya ada proses pengeditan. Asyiknya kalian tak wajib beli bukunya. 

Nah, apakah kalian ingin ikut mendukung film Indonesia dengan unsur tradisi dan kearifan lokal? Yuk nonton filmnya/serialnya dan tulislah.