Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana, Perempuan Berkebaya Indonesia dan Pesanggrahan Indonesia e.V sudah mengajak kalian untuk mendengarkan perbincangan mengenai kebaya berkenaan dengan hari Kebaya nasional 24 Juli 2024 bersama PBI Eropa mbak Christiana Streiff di Swiss yang kebetulan sedang ada acara di Bali.
Mbak Chris sangat aktif dalam menggalakkan pemakaian kebaya di Eropa dan didaulat untuk mendirikan PBI Eropa, sehingga ia diberi Anugerah Kebaya tahun 2021. Perempuan kolektor paling tidak 100 kebaya itu menceritakan kisah perjuangan bangsa Indonesia dalam mendaftarkan kebaya sebagai warisan tak benda UNESO sejak 2016. Tahun 2024 ini, ia merasa bahwa Indonesia harus mengakui dulu pendaftaran kebaya yang dilakukan oleh negara tetangga. Walaupun perempuan Indonesia sudah sejak abad 17 memakai kebaya sebagai baju tradisional tapi kita tidak bisa serta merta mendaftarkan sebagai warisan tak benda single nomination lantaran multiple nomination liscence masih belum diakui. Sebuah dilema yang tentunya pelik. Politis sekali.
Ketika ditanya mengapa mbak Chris mencintai kebaya. Ia mengatakan sudah sejak kecil menyukai kebaya. Dalam acara Kartinian, ia selalu memakai wastra nusantara secara bergantian. Moment ini selalu ia tunggu, walau satu tahun lamanya. Dan ketika ia bersekolah di SMA Loyola, di mana siswanya diharuskan memakai batik, perempuan kelahiran 1972 itu bahagia menanti seminggu untuk mengenakannya.
Dari 100 kebaya yang ia punya ada beberapa yang memiliki kenangan tersendiri. Pertama, kebaya dari mama yang dibeli di Blok M yang dipakai saat ia wisuda di Australia. Sampai sekarang, ia suka mengangin-anginkannya bersama kain batik kontemporer sebagai pasangannya. Kedua, kebaya merah yang dipakai saat event di istana kepresidenan tahun 2022. Ia diundang oleh PBI untuk datang. Acara itu pastinya sangat menggugah gelora merah putih di dada. Saat itu jarak mbak Chris dengan Jokowi hanya 500 meter. Ketiga, kebaya dari tante Anne Avantie yang diselesaikan putrinya Intan Avantie. Keempat, kebaya dari oma. Oma blasteran Belanda. Sayang, kebaya nggak bisa dipakai karena nggak cukup di badan. Postur oma berbeda dengan tubuhnya, generasi berikutnya.
Bagaimana dengan kalian? Sudah berkebaya-kah selama ini? Masihkah ada orang-orang terdekat kalian yang masih berkebaya setiap hari? Ini warisan budaya!
Masih seri "Wonderful Indonesia", Mimin mengajak kalian untuk menyimak bagaimana serunya acara Kotekatrip-23 kerjasama Koteka dengan Country Choice dan Wisata Kreatif Jakarta di tempat-tempat kuliner tradisional di Cikini-Gondangdia, yang dimulai dari museum Juang 45.
Marla Lasappe adalah satu dari 50 peserta yang terpilih. Bersama 13 Kompasianer yang terjaring dalam seleksi Komunitas Traveler Kompasiana, ia akan menggambarkan jalan-jalan yang diikutinya.
Perempuan kelahiran Ujung Pandang itu berpendidikan diploma sekretaris. Dahulu, ia pernah bekerja di sektor wisata, tepatnya di pulau Kotok (Kotok Resort Island, kepulauan Seribu Jakarta) lalu berhenti bekerja demi mengurusi anak-anak.
Perempuan yang memiliki 3 anak dan 2 cucu itu bergabung bersama Kompasiana sejak 2010 dan aktif di Komunitas Desa Rangkat, Planet Kenthir, Fiksiana, Ketapel, KPK sebagai admin dan Koteka. Jadi, walau nggak bekerja, perempuan penyuka traveling, masak, ngeblog , nge-vlog, menulis cerpen itu tetap aktif dan fit.
Salah satu buku di mana perempuan bersuami dari Belitung itu adalah "DAYAT" kolaborasi Pidi baiq dengan Rumpies the club dan buku antologi kuliner nusantara bersama Komunitas Traveler Kompasiana. Wah, banyak banget pengalamannya, ya.
Untuk itu, Mimin undang kalian untuk hadir pada:
- Hari/Tanggal: Sabtu, 3 Agustus 2024
- Pukul: 16:00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
- Link: di SINI
Siapa saja 50 orang yang ikut dalam acara? Bagaimana proses pendaftarannya? Bagaimana rasanya jadi 1 dari 13 Koteka yang terpilih? Apa saja yang dilakukan selama trip? Apa persiapan yang kamu lakukan sebelum jalan? Kamu dapat apa saja (goodie bag dan lainnya)? Apa kewajiban setelah acara berakhir? Bagaimana caranya mengolah dokumentasi menjadi promosi wisata di Indonesia aja yang efektif? Capek nggak sih, jalan-jalan rombongan gitu? Apa saran untuk acara ke depan?
Kita akan bahas bersama dalam Kotekatrip-187.
"Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita bangkitkan pariwisata Indonesia." (Menparekraf RI Sandiaga Uno, dalam Kotekatalk-83, 2 April 2022).
Sampai jumpa Sabtu.
Salam Koteka. (GS)