Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia?
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana dan International Office Universitas PGRI Semarang telah mengundang M. Khoiron Ferdiansyah. Dosen UPGRIS yang sedang menempuh pendidikan S3 di Universitas Jeoun Korsel itu mengisahkan isi bukunya "Inpirasi Negeri Ppalli-Ppalli; Ragam Rupa Kehidupan Korea Selatan." Awalnya, buku itu sudah didahului buku yang bersifat pribadi dalam buku pertamanya "Mengejar Matahari di Langit Korea."
Apa saja yang termaktub dalam buku kedua berjumlah 200 an halaman itu?
- Budaya di tengah kemoderenan
- Fondasi pendidikan
- Sarana dan prasarana
- Fashion dan lifestyle
- Kebersihan dan kesehatan
Semua itu terkait dengan budaya ppalli-ppalli atau budaya turbo, serba cepat. Semua orang melakukan pekerjaan dengan sigap dan cepat. Gambarannya, sebelum membeli ikan tapi mata atau tangan kita memilih-milih, penjual sudah siap membungkusnya. Mas Khoiron menganggap ini sebagai dampak dari budaya negeri tetangga; Jepang dan China. Sehingga merasa persaingan ketat, jadi harus memiliki budaya yang selaras sesuai kondisi.
Sisi positif dari Korsel adalah bagaimana mereka maju tapi tetap memegang budaya supaya lestari. Kata kuncinya; hanok, hanbok dan hangeul. Sedangkan kunci makan pelan-pelan atau Banchan, menjadi resep panjang umur warganya.
Sisi negatif dari kehidupan negeri ginseng itu, banyak stress. Beberapa warganya harus mengkonsumsi pil penenang dan berkonsultasi dengan psikiater.
Peraih beasiswa GKS atau Global Korea Scholarship itu menambahkan bahwa Korsel juga ramah difabel dan orang tua. Ini contoh yang baik bagi Indonesia. Pesannya, silakan ke Korea dengan program GKS atau lainnya. Negeri itu memang Asia tapi sekelas dengan Eropa.
Tips untuk mendapatkan GKS:
- Dapat informasi dari mulut ke mulut
- Kenal dengan profesor lebih baik
- Mereka yang dari ITB dan UI banyak yang mendapatkannya
- Dapatan informasi dari kedutaan Korsel di Jakarta (bisa melamar 3 kampus tapi harus berkompetisi dengan banyak mahasiswa di Indonesia)
- Dapat informasi dari Universitas di Korsel (tapi hanya boleh melamar 1 kampus saja)
- Memilih universitas yang nggak favorit (di desa/ kota kecil)
- Memiliki portfolio yang rapi dan menarik
- Bahasa Korea yang bagus
- Legalisir sesuai aturan
"Sayur ginseng bikin kuat badan, Kimchi pedas, semua tetap mau. Ayo gang, kita ke Koreat Selatan. Mari ngegas, supaya kita maju."
Dari Korea Selatan, Mimin ajak kalian kembal ke tanah air. Kali ini ke Ciracas, tempat di mana Komunitas Traveler Kompasiana dan Rumah Batik Ciracas mengadakan Kotekatrip-27.
Adalah Inong Islamiyati. Kompasianer yang beberapa kali mengikuti kegiatan offline di Komunitas Traveler Kompasiana itu, menikmati keseruan trip ke RBC dan bertemu Kompasianer Nathalia, pemilik UMKM itu.
Mengapa ia mendaftar trip membatik? Bagaimana perjalanan dari rumah menuju RBC? Apa saja yang dikerjakan selama trip? Bagaimana hasil membatik? Dalam rangka hari batik nasional, apa harapannya? Apa Inong punya koleksi batik di rumah? Kapan ia memakainya? Rasanya bagaimana mengenakannya? Apa sarannya, supaya UMKM batik di tanah air maju? Apa sarannya untuk trip di Koteka di masa mendatang?
Untuk tahu jawabannya, Mimin mengundang Inong dan kalian untuk hadir pada:
- Hari/Tanggal: Minggu, 6 Oktober 2024
- Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
- Link: Di SINI
"Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita bangkitkan pariwisata Indonesia" (Menparekraf Sandiaga Uno dalam Kotekatalk-83, 2 April 2022).
Kalian ada yang punya pengalaman belajar membatik atau merayakan hari batik nasional? Mari bergabung.
Jumpa Sabtu.
Salam Koteka. (GS)