Bulutangkis, Sepakbola, dan Lembaga

2024-05-05 06:18:02 | Diperbaharui: 2024-05-05 06:18:02
Bulutangkis, Sepakbola, dan Lembaga

Bulutangkis Indonesia menorehkan rekor. Masuk ke Final Piala Thomas dan Piala Uber secara bersamaan. Inilah prestasi anak bangsa yang konsisten dan perlu dibanggakan. Melebihi bangga sepakbola yang persaingan nya lebih ketat. Tetapi fanatisme sepakbola sangat tinggi. Langkah terakhir Timnas U23 yang ditunggu adalah laga kontra Guinea. Semoga menang. 

Sepakbola dan bulutangkis adalah dua jenis olahraga yang berbeda. Keterampilan individu sangat penting pada bulutangkis, sedangkan pada sepakbola individu dan kelompok menjadi kesatuan yang penting. Maka peran pelatih menjadi penting. Penyakit sepakbola adalah judi. Pelaksanaan match fixing karena permintaan bandar judi pernah terbongkar. Dan hal yang sama ternyata pernah ada di bulutangkis. 

Bulutangkis Indonesia berprestasi karena pembinaan yang konsisten, serta iklim kompetisi yang sudah bergulir dengan profesional. Banyak klub yang menjadi pemasok kandidat juara. Prestasi yang paling menonjol di pemain pria, pemain wanita belum banyak berbicara di forum internasional. Saat ini mulai kembali eksis. 

Seorang pegiat basket Indonesia mengatakan, untuk membuat cabang olahraga berprestasi, maka iklim kompetisi harus dikembangkan secara konsisten dan profesional. Dimulai dari amatir sampai ke profesional. Konsisten dengan Liga Pelajar, Honda DBL, prestasi ujung nya adalah bola basket Indonesia menjadi juara di kawasan Asia Tenggara. 

Pelajaran yang bisa diambil dari dunia olahraga profesional adalah, bahwa untuk berprestasi selain bakat diperlukan profesionalisme orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sebuah lembaga pendidikan dapat berprestasi apabila sumber daya insani nya mengelola secara profesional, dan menghasilkan karya profesional. Ditambah dengan sense of belonging yang tinggi. Karena dalam mengembangkan lembaga, tidak semuanya diukur dengan uang. 

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar