Meninjau Proyek Terlama di Palembang

2025-06-30 16:29:41 | Diperbaharui: 2025-06-30 16:31:12
Meninjau Proyek Terlama di Palembang
Foto Bareng di Plaza Ampera (Dok. Palembang Destinasi)

 

“Wuy....lah dimano” teriak suara Mang Du di ujung telpon, bahkan sebelum Bikcik sempat mengucap salam. Mang Du kuatir beliau ditinggal budak-budak kompal. Maklumlah Mang Du masih budak korporat di Jaksel, dan sudah lama sekali tidak Kompal Kumpul.

“Masih di sinilah, di titik nol Plembang” sahut Bikcik mantap.

“Siplah, lah markirke mobel kami di Masjid Agung”.

“Hmmm... wong bingen nian masih nyebut Masjid Agung”, gumam bikcik sotoy.

Padahal planning mereka sederhana saja, hanya ingin meninjau proyek terlama di Palembang. Bayangkan saja lebih dari 6 dekade, sebutan proyek ini tetap eksis. Berada tepat di jantung utama kota Palembang. Bukan hanya karena berada di titik 0 kota Palembang. Proyek ini berada di jantung perekonomian Palembang, pasar 16. Lokasi bersejarah pusat perang 5 hari lima malam.

Sebuah bangunan megah yang membentang gagah yang semula bernama jembatan Soekarno lalu berganti nama sesuai masa peresmiannya, jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Jembatan yang menyatukan wilayah ulu dan ilir Palembang. Icon kebanggaan kota Palembang.

Orang Palembang, terutama generasi boomers akan menyebut Jembatan Ampera termasuk kawasan perdagangan di bawahnya sebagai proyek. Bahkan sebutan ini menjadi semacam ujian bagi orang di luar kota Palembang yang mengaku sebagai Wong Plembang, wong kito galo.

Cukup bertanya “Kapan terakhir ke proyek?”, jika ia bingung dapat dipastikan dia bukan asli orang Palembang. Boleh jadi ia berasal daerah Sumsel, bukan kota Palembang. Bisa jadi juga hanya keturunan orang Palembang, yang rasanya orangtuanya jarang sekali akan menjelaskan proyek ini.

Proyek Musi ini mulai dibangun pada bulan April 1962 dan selesai sampai Mei 1965. Tetapi sebagai proyek besar apalagi biayanya berasal dari kompensasi perang Jepang tampaknya menjadikan proyek ini selalu melekat di benak masyarakat Palembang. Bahkan setelah 60 tahun di masa selesainya.

Kami budak-budak kompal ingin merayakan 60 tahun selesainya proyek ini sekaligus memperingati hari ulang tahun Palembang ke-1342. Soal kenapa bisa setua itu akan kita ceritakan nanti.

Umumnya orang Palembang merasa gengsi berfoto di jembatan Ampera. Ada pelabelan “wong dusun” kalo berfoto di jembatan ampera jika dilakukan olah warlok. Namun tentu saja berbeda dengan turis, rasanya belum lengkap ke Palembang kalau belum berfoto di jembatan Ampera.

Budak Kompal Bawah Proyek

Pedagang pasar tumpah di bawah jembatan Ampera juga menjadikan daya tarik tersendiri untuk turis, termasuk menikmati pempek tumpah yang murah meriah nan sensasional di bawah proyek. Juga wisata kuliner di kapal terapung sungguh memikat.    

Belum lagi pemandangan Sungai Musi dengan kapal-kapal yang berlalu lalang dan berlabuh di dermaga, para pedagang hilir mudik, pemancing yang asik menyajikan pengalaman yang  tidak mudah untuk dilupakan.

Akses menikmati proyek ini juga tidak susah, cukup susuri jalan pasar 16, kita akan berada di bawah kaki-kaki jembatan ampera yang kokoh. Jika dari Bandara, dapat menggunakan LRT dan berhenti di stasiun Ampera.

Lalu kita dapat naik ke jembatan Ampera melalui tangga-tangga dengan akses yang terbuka. Berjalan kaki bersama, bersenda gurau dengan kolega menyusuri proyek “terlama” sepanjang sejarah Indonesia ini sungguh menyengkan.

Bahkan kami merasa seperti berada di lorong waktu yang menarik memori-memori masa kecil kami bersama orang tua masing-masing.

Dulu di bawah proyek ini sempat direvitalisasi, setiap malam minggu ada panggung pertunjukan seni. Bahkan ada arena skateboard. Baru-baru ini ada museum jembatan ampera yang membuka akses masyarakat untuk dapat naik ke menara dua jembatan ampera. Sungguh sebuah atraksi yang memukau jika masih berjalan.

Sayangnya, untuk saat ini atraksi pariwisata yang bagus itu masih menjadi kenangan saja. Perjalanan kami menyusuri jembatan berwarna merah menyala di bawah terik matahari kota Palembang yang menyengat tetap memberikan rasa bangga kami sebagai warga Palembang. Tentu saja kami tidak akan malu lagi berfoto di jembatan megah ini. Kalau bukan budak Palembang yang bangga dengan kotanya sendiri. Siapa lagi?

Habis ini mau kemana lagi kita?. Ikuti petualangan seru Kompal Kumpul Jalan Jajan Kulu Kilir Kota Palembang. Penasaran pengen rasakan langsung? Jangan tidak berkabar jika berada di Palembang.

Salam Kompal Selalu.

Befoto di Pucuk Proyek

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
1 Orang menyukai Artikel Ini
avatar
Mantab Kompal!
2025-06-30 20:10:07