Menarik membaca tulisan Ketua Pengurus Yayasan Universitas Parahyangan 2010 – 2021, BS Kusbiantoro di Kompas edisi hari ini, 10 Januari 2024. Tulisan ini mengingatkan perguruan tinggi akan tugas utamanya yaitu mencerdaskan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup manusia, dan “memanusiakan” masyarakat. Perguruan tinggi jangan menjadikan peringkat sebagai tujuan utamanya, seperti versi QS, THE, Webometrics dan sebagainya.
Pada tulisan tersebut juga menyitir data beberapa perguruan tinggi terkemuka di China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Belanda yang menarik diri dari lembaga ranking luar negeri. Mereka keluar dari sistem dengan berbagai pertimbangan kritis seperti kritik terhadap trasparansi dan metodologi peringkat, dan masuknya lembaga peringkat ke ranah wilayah otonomi perguruan tinggi. Demikian juga kritik terhadap biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan kelengkapan data yang dibutuhkan lembaga peringkat.
Bagi perguruan tinggi swasta, status akreditasi program studi menjadi daya jual untuk menggaet calon mahasiswa. Oleh karena itu akan berusaha mendapatkan akreditasi yang terbaik berdasarkan sistem yang dibangun oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi maupun Lembaga Akreditasi Mandiri yang diakui oleh pemerintah. Penulis sepakat bahwa akreditasi penting, tapi yang lebih penting lagi adalah menjaga kualitas pelayanan pembelajaran yang diberikan oleh perguruan tinggi kepada para mahasiswanya. Peringkat merupakan hal lain, yang memerlukan sumber daya dan waktu dalam mempersiapkannya. Bagi perguruan tinggi swasta dilakukan sebagai bagian dari strategi pemasaran, dengan tidak menafikan kepentingan-kepentingan dasarnya yaitu memberikan layanan pembelajaran bgi mahasiswa dengan berkualitas, serta memberikan dukungan abgi para dosen untuk mengembangkan karir profesionalnya dengan sistematis. Masyarakat awam masih melihat bahwa peringkat itu bagus. Karena ada standar yang diakui dunia, dan perguruan tinggi sudah mampu untuk mendekati standar tersebut.
Di jaman ini, perguruan tinggi harus berubah. Karena dunia semakin berubah dengan sangat dinamis ditopang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan akademik dan vokasional menjadi dasar dalam reformasi perguruan tinggi agar dapat bertahan dan bahkan berkembang pesat di dunia perubahan disruptis seperti sekarang ini. Mengelola perguruan tinggi jaman sekarang memerlukan keterampilan dan visi yang berbeda dengan masa lalu. Juru kemudi perguruan tinggi harus bisa mendorong kemajuan dengan inovatif dan kreatif, jika tidak maka akan ditinggalkan oleh perkembangan jaman. Pemerintah memberikan peluang dan pembinaan bagi beragam perguruan tinggi swasta di Indonesia. Perguruan tinggi yang akan bertahan adalah yang mampu untuk berkembang dengan pola yang terus berkembang. Daya sinergi dan daya disrupsi menjadi titik tolak untuk berkemajuan. Pola-pola lama dalam mengelola perguruan tinggi akan ketinggalan jaman. Semoga pada periode pasca Joko Widodo, perguruan tinggi dapat memperoleh layanan pemerintah dengan lebih baik lagi, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.