Rabu Bertemu #1 - Jabat Kerabat Antropolog Pangan

2024-11-19 00:35:58 | Diperbaharui: 2024-11-20 11:10:44
Rabu Bertemu #1 - Jabat Kerabat Antropolog Pangan
Diversifikasi Latar Belakang Kerabat Antropolog Pangan 

Halo, Kerabat ! 

Sampai pada tanggal 20 November 2024 ini pkl. 07.00 WIB tidak menyangka bahwa yang berkenan bergabung sudah sampai 501 jumlahnya dan sepertinya terus bertambah dari postingan pada tanggal 13 November 2024 yang pada saat itu masih 320-an. Sejak dimulai ruang daring ini dibuat pada tanggal 28 Oktober 2024 yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda di temu kompasiana (waktu itu belum ada logonya lagi), terimakasih banyak untuk antusiasnya karena telah menjadi bagian dari para pemikir antropologis pangan inklusif yang berbudaya, yang awalnya kami juga tidak yakin bisa melihat sebanyak ini yang bergabung, proyeksi kami :

"palingan 30 orang itu udah maksimal banget, soalnya antropologi itu ga menarik kalau dilihat dari satu sisi yaitu jurusan kuliah dan para antropolog di Indonesia itu mentok cuma dikenal sebagai : Dosen antropologi, Guru mata pelajaran antropologi dan penulis itu pun dosen antropologi yang rajin menulis atau peneliti yang sisi antropologinya justru tidak terekspos karena tuntutan pekerjaan yang tidak ada hal-hal antropologisnya namun selalu menyumbangkan pikiran antropologisnya dalam penelitian, dan paling umum terkenal dengan alumni jurusan antropologi saja walau pekerjaannya sebagai : jurnalis, fotografer, pebisnis dll, berbeda dengan negara maju antropolog itu disebut he/she is anthropologist dengan spesifikasi keahliannya walau latar belakang pendidikannya campur-campur tapi tetap bisa disebut secara profesional antropolog, mengapa Indonesia tidak selentur itu dalam siklus kehidupan antropologisnya?"

Namun melihat antusiasme ini ternyata antropologi itu bukan milik entitas tertentu yang sulit diakses apalagi harus ada tagihan tiket/uang pendaftaran/dibatasi nominal-nominal rupiah yang tidak terjangkau bahkan oleh level mahasiswa dan dosen pemula hanya untuk hadir di ruang akademis antropologi (memang yang kami lihat forum-forum antropologi dari level global saja mahalnya ga ketulungan seakan menyiratkan ekslusivitas disisi lain mau jadi antropolog kok kontradiktif dengan misinya yaitu keberpihakan pada kelompok lemah, memang secara historis jurusan kuliah antropologi lebih banyak diisi oleh orang-orang yang memiliki latar belakang kondisi ekonomi yang mapan dibanding dengan sosiologi yang lebih bisa menjangkau keluarga proletariat/kaum buruh dan kami memandang antropologi kalau terus-terusan ekslusif tidak akan bisa bergaul dengan berbagai kalangan sedangkan permasalahan sosial selalu hadir dari berbagai elemen, dari sinilah semoga perkumpulan ini menjadi perkumpulan yang solid dan bisa dikenal secara multidimensional dengan kekuatan keberagaman latar belakang seseorang yang memang sifatnya seperti layaknya kerabat dengan hubungan kekerabatan dengan disatukannya :

"kita semua makan dari tanah yang katanya agraris, maka kita punya kondisi alat pencernaan yang sama, mengolah sistem pencernaan dari pangan dan makanan dari hasil kebijakan pangan namun bentuk pengeluarannya yang berbeda, dibedakan, dibuat beda sehingga hal inilah yang menjauhkan relasi antar manusia"

Sejenak menelisik singkat dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), tentang pemikir (orang yang berpikir menggunakan akal budi yang memanfaatkan ingatan, pertimbangan, bahkan memutuskan sesuatu bisa dengan dimulai dari angan-angan bahkan sampai pada pengetahuan berbekal pengalaman). 

Sedangkan pemikir antropologis itu apa ? kata antropologis disematkan bagi setiap orang yang tertarik dan memiliki kemampuan mempelajari atau mengeksplorasi "antropologi" dalam hal ini mendefinisikan keilmuan, informasi, pengetahuan bahkan berita yang menghubungkan : manusia dari segi biologis (fisiknya bahkan rangka tubuhnya), budaya (latar belakang etnis, asal-muasal sejarah manusia itu hadir di tengah-tengah masyarakat), sosial (intinya berhubungan dengan sosial, responsif pada permasalahan sosial, dan mampu bermasyarakat), serta sejarah (ini lentur sekali dalam realita, sejarah ini bisa dimulai dari catatan masa lampau, data sejarah, bahkan berita dari mulut kemulut secara turun-temurun namun seperti biasa ada yang terdokumentasikan atau tidak). 

Inklusif sendiri artinya semua golongan, semua pihak, keterlibatan semua orang tanpa pengecualian bahkan menuju pada kesetaraan, bahkan orang terpinggirkan sekalipun tidak dibedakan dari atribut status sosial ekonominya. 

JABAT KERABAT 

Istiah jabat kerabat ini sudah lama tidak digunakan dalam kepopulerannya karena istilah ini akan hadir pada hubungan erat antar kerabat yang menandakan penghormatan atas beberapa hal seperti : interaksi sosial (sekarang ditambah interaksi dunia maya dan selalu terhubung dengan internet di berbagai ruang maya), saling jabat tangan untuk melepas kerinduan dengan bertanya kabar kerabat diakhiri dengan saling berpelukan karena kuatnya hubungan kekeluargaan yang dibina, rasa rindu ini dimiliki oleh setiap manusia bahkan makhluk hidup, maka akan banyak ekspresi sosial yang menjadi gelagat kerabat ketika bertemu secara fisik atau daring, jabat kerabat pun sering diperlihatkan oleh saling rangkul dan menepuk-nepuk pundak sebagai pertanda manusia adalah makhluk sosial dan mengisyaratkan kekuatan kehidupan dimulai dari modal sosial dan kebersamaan, itulah yang luput hari ini kerabat (adanya kecanggungan untuk jabat kerabat yang luntur karena begitu cepatnya perubahan sosial ini dan akhirnya kita semua canggung melakukan jabat kerabat yang orang-orang terdahulu dari setiap beragam etnis punya jabat kerabat masing-masing).

Hari ini silakan kerabat refleksikan pada kehidupan keseharian sebagai perubahan kecil untuk memulai kembali : 

  • Saling sapa, dari sapa jadi tanya, dari tanya bisa saja saling berkata-kata dan berakhir cinta sesama dan lambat laun menjadi budaya saling sapa dan saling jaga (ini disebut dengan solidaritas interaksi sosial). 

Solidaritas Interaksi Sosial (Perspektif Antropologi Sosial/Antropologi Sosiologi). 

Dalam antropologi sosial, hal ini akan sangat kompleks jika dirunut asal-muasalnya karena kerabat akan bolak-balik mempelajari dan mencari istilah ini dari perspektif sosiologi dan antropologi, memang itulah antropologi sosial padu-padan multidisipliner, jadi memang tidak ada batasan kungkungan/belenggu apalagi terdikte pada sesuatu yang saklek dalam disiplin ilmu, disebut dengan antropologi sosial/antropologi sosiologi dikarenakan terminologinya (definisi istilah) yaitu kajian/ilmu/studi yang berhubungan dengan masyarakat dan kebudayaan dari sekumpulan unit institusi sosial yang didalamnya bersentuhan dengan : struktur sosial (relasi terorganisir dalam masyarakat yang rutin terhubung), hubungan sosial antar individu baik yang terdekat sampai yang tidak kenal, dan norma sosial (aturan tidak tertulis yang diyakini oleh masyarakat, misalnya : "selalu ucapkan salam/ketuk pintu/bell jika mau bertamu ke rumah seseorang atau buat janji dulu dengan menelpon/berkabar"), dan nilai sosial (keyakinan yang diterima masyarakat, misalnya : kejujuran, memang hari ini menjadi perilaku elegan akhir-akhir ini ya). 

Antropologi Sosial populer penyebutannya di negara Inggris dan negara persemakmurannya seperti Australia yang diawali dari tradisi akademis kolonial dimana pada saat itu kalau kerabat pernah membaca biografi antropolog seperti : Bronislaw Malinowski  (Latar belakang status ekonomi : menengah ke-atas, latar belakang pendidikannya eksakta : fisika, matematika dan dilanjutkan dengan sosial humaniora seperti filsafat dan barulah S3nya mengambil antropologi dan meneliti antropologi dengan etnografi). Etnografi sendiri adalah suatu metode penelitian yang secara mendalam menjelaskan kehidupan objek penelitian secara kompleks. Sedangkan Antropologi Sosiologi tidak terkenal penyebutannya namun negara-negara seperti Prancis, Jerman, dan Negara Monarki Konstitusional seperti Kanada masih sering menyebutkan istilah "Antropologi Sosiologi" ya ini karena idealisme akademis negara tersebut berada pada kedua disiplin ilmunya yang digabung enggan, dipisahkan tidak selalu harmonis, jadinya antropologi sosiologi itu hanya turunan saja karena menggabungkan perspektif antropologi dan sosiologi, antropolog sosiolog yang paling terkenal dengan pendekatan ini adalah Emile Durkheim (walaupun di kalangan akademis Durkheim lebih senang dipanggil sebagai Sosiolog Modern, tapi ketika membahas antropologi sosial atau antropologi sosiologi ya jadinya antropolog-sosiolog, selentur itukan suatu pengetahuan, jadi untuk apa diributkan sebegitunya, tokoh terdahulu saja sudah sedinamis itu). 

Solidaritas Interaksi Sosial Untuk Jabat Kerabat. 

Mengapa hal-hal seperti ini dibutuhkan di zaman sekarang ? sekarang zaman edan ? Ah, itu sebutan untuk respon ketidakteraturannya suatu kondisi negara antara pemerintah dengan rakyatnya. Untuk menerjemahkan zaman pada fase antropologi sendiri tahun 2024 itu banyak sebutannya, sejarahnya bisa diambil dari zaman post-modernisme (singkatnya diawali tahun 1970-an diakhiri tahun 2000-an, intinya : gerakan dari reaksi adanya modernisme, modernisme itu adalah gerakan budaya yang selalu menekankan masyarakatnya harus selalu rasional, inovatif, dan selalu dituntut untuk selalu menuju kemajuan tanpa peduli emosional masyarakat seperti dalam menghadapi inovasi misalnya dalam perubahan pangan dan pertanian pasti akan banyak kebutuhan seperti fasilitas teknologi pertanian dan mesin-mesin sederhana hingga kompleks untuk produktivitas pangan serta hal-hal tradisional sering dianggap tidak maju, post modernisme memberikan kritik tersendiri : mana kemajuan universal itu seperti apa ?).

Nah, kerabat setelah diawalinya zaman post modernisme inilah, zaman sekarang (2024) disebut zaman bisa disebut era postmo, zaman kontemporer (modern), zaman globalisasi (keterhubungan lebih dari satu elemen), zaman digital (berubahnya teknologi manual) , zaman teknologi digital (berkembangnya informasi digital langsung bisa diakses dari gawai/gadget kerabat yang entah sumber aslinya darimana),  zaman multikultural (beragamnya budaya saling bersatu) , zaman plural (keberagaman sosial baik agama, kepercayaan, dan pandangan politik dll), atau kalau ingin kompleks bisa disebut zaman antroposen (suatu kejadian dikarenakan ulah/dampak adanya manusia bertingkah di muka bumi), jika terjadi banyak kapitalisasi (peningkatan nilai yang mungkin saja ada eksploitasi/pemanfaatan sumber daya berlebihan) maka zaman ini disebut zaman kapitalosen (ekonomi kapital yang apa-apa duit lagi, pajak lagi, kaya tidak jadi, menderita bertambah, sumber daya dan kesempatan rebutan nah begitulah singkatnya kapitalosen kerabat). 

Zaman ini bisa didefinisikan tergantung : gejolak reaksi budaya pada perubahan, dinamika sosial, bahkan perlawanan ketidakpuasan masyarakat akan kondisi yang terjadi dan kerabat bisa mendefinisikannya sendiri sesuai dengan keadaan geografis dan ekologis kerabat. Sedang terjadi zaman apa di tempat kerabat ? 

Jabat Kerabat ini adalah fondasi solidaritas interaksi sosial untuk menghadapi zaman sekarang (2024) ke depan apalagi menyoal tentang pangan dimana pangan ini masih jadi prioritas kebutuhan primer dan krusial dimana kalau melihat status kemerdekaan NKRI ini kan sudah mau memasuki usia 80 tahun, namun mengapa aksesnya seperti barang mewah saja bahkan masih bermain dengan istilah "hidangan kelas atas" ya berarti konflik kelas sosial masih terlihat bahkan sekelompok orang tidak mau inklusif tetap ingin lebih unggul, lantas 80 tahun merdeka ini apa yang dibenahi dari isi piring sehari-hari? selayaknya negara yang sudah merdeka 30 tahun pangan itu berlimpah karena ada proses perkembangan produktivitas, sangat aneh jika menyongsong 80 tahun NKRI merdeka masih ada 1 orang bahkan sekelompok orang bisa saja beberpa provinsi tidak menikmati keberagaman pangan yang ada di Indonesia, hal ini perlu dipertanyakan pada pemerintah daerah kerabat bisa dimulai dari keberadaan kelembagaan pangan terdekat misalnya : Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (terlebih gastronomi, jangan hanya dijadikan tontonan sewaktu saja gastronomi ini) dll. Jika kerabat berani mempertanyakan ini, maka kinerja pun terevaluasi oleh publik, hal ini akan melunturkan keberadaan : mafia pangan yang merugikan publik, dampak langsungnya : harga pangan melonjak. 

Seperti kajian studi dan penelitian antropolog-sosiolog/sosiolog modern Émile Durkheim (dibaca ala-ala prancis lebih mudah : imil jurkaem) pada bukunya yang berjudul The Division of Labor in Society , Durkheim menyebutkan bahwa solidaritas interaksi sosial akan menggabungkan hal-hal tradisional dari masyarakat dengan hal-hal modern dari masyarakat yang sudah lebih dulu berproses dan berkembang untuk relevan dengan berbagai zaman, sehingga masyarakat inilah yang bisa bersatu yang punya harapan bisa menghadapi kemajuan zaman karena mereka menghilangkan "gengsi sosial" pada kehidupannya, masyarakat seperti ini punya tujuan bersama. Solidaritas interaksi sosial akan membawa pada stabilitas masyarakat karena semuanya saling terhubung dan kolaborasi bukan dipisahkan oleh berbagai struktur sosial dan status sosial. Solidaritas interaksi sosial inilah akan membawa keberlangsungan kehidupan sosial dan berpengaruh kompleks, bisa berdampak baik untuk saling gotong royong bahkan bisa melawan kekuasaan yang menderitakan rakyat dalam sekejap. Contohnya adalah Revolusi Prancis.

Sekilas Revolusi Prancis dipicu karena adanya ketidakadilan sosial pada rakyat, banyaknya pajak-pajak yang harus ditanggung rakyat untuk memperkaya penguasa, krisis ekonomi, kemiskinan meningkat, dan ketidakpuasan atas monarki absolut/kekuasaan raja mutlak. Revolusi Prancis datang dari ide/gagasan rakyat yang solid untuk memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan. Cikal bakal : Liberté, égalité, fraternité (semboyan Revolusi Prancis) yang berarti kebebasan, kesetaraan, persaudaraan sebagai nilai perjuangan dari solidaritas interaksi sosial masyarakat. 

Melihat keberagaman latar belakang yang tergabung pada temu kompasiana kerabat antropolog pangan ini, rasanya pembahasan pangan itu tidak hanya makanan pokok saja yang selalu membosankan dan itu harusnya dijadikan hal umum saja yang tidak usah banyak permasalahan dari kategori harga pangan (beras, minyak, daging, cabai, bawang merah, bawang putih, gula, garam, rempah-rempah , sayuran, buah-buahan) rasanya jika terus-terusan terbelenggu pada harga pangan, bisa dipastikan minimnya kolaborasi partisipatif antara program pemerintah dan masyarakat dan mengapa tidak dimulai dari Solidaritas Interaksi Sosial bahwa keakraban sosial inilah yang nantinya akan membawa kesejahteraan dimulai dari perut yang kenyang atas anugerah berlimpahnya pangan yang bisa terakses oleh seluruh golongan karena kedekatan antara penguasa dengan rakyat, dan inilah yang disebut transparansi bernegara. 

Kalau bertemu di kemudian hari, mari "Jabat Kerabat", kita saudara sebangsa dan setanah air. 

Demikian - Hatur Nuhun. 

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
1 Orang menyukai Artikel Ini
avatar