Japanese Fim Festival (JFF) yang diselenggarakan oleh The Japan Foundation sejak tahun 2016 kembali hadir di Indonesia. Pada gelaran kali ini, Komik Kompasiana menjadi salah satu media partner untuk pertama kalinya.
Tahun ini JFF 2025 akan diadakan di 9 kota dari awal November hingga Desember 2025. Rangkaian JFF pertama kali akan dilakukan di Jakarta pada 6-9 November 2025 sebelum kemudian berakhir di Surabaya pada 19-21 Desember 2025.
Seperti pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya, JFF senantiasa memberikan yang terbaik kepada para penggemar film Jepang. Oleh karena itu, JFF menyuguhkan berbagai film Jepang pilihan yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Berikut adalah fakta-fakta menarik tentang film-film di gelaran JFF 2025:
Peringati 70 Tahun Film Samurai Legendaris "Seven Samurai"
"Seven Samurai" menjadi salah satu film yang ditayangkan di JFF 2025. Dengan durasi 3,5 jam, film ini bercerita tentang 7 orang samurai yang direkrut untuk melindungi sebuah desa dari serangan perampok.
"Seven Samurai" juga spesial karena merupakan film tentang samurai legendaris pada tahun 1954 yang telah mendapatkan sejumlah penghargaan seperti Silver Lion di Festival Film Venesia ke-15 dan masuk dalam Canness Classics Official Selection 2024. Kedalaman cerita dan sinematografinya yang memukai tak salah jika film Hollywood meremakenya seperti dalam film "The Magnificent Seven".
Menandai peringatan dari 70 tahun karya ini diciptakan, "Seven Samurai" telah dirilis ulang dalam format 4K. Menonton film ini di JFF 2025 tentu menjadi momen langka karena film klasik ini akhirnya dapat disaksikan di bioskop dan tidak dapat ditonton di platform streaming resmi Indonesia.
Tayangkan Dokumenter Eksklusif "A Big Home"
Bagi penggemar film dokumenter, jangan lewatkan "A Big Home" di JFF 2025. Dengan waktu pengerjaan 4 tahun, film ini terbilang ekslusif karena hanya tayang di bioskop Jepang dan tidak akan dirilis secara daring sehingga menontonnya akan menjadi pengalaman tersendiri.
"A Big Home" berkisah tentang keseharian kehidupan anak-anak di penampungan di Jepang yang diproduseri dan disutradarai oleh Saitoh Takumi. Di sini penonton tak hanya diajak mengikuti keseharian anak-anak di penampungan, tetapi juga makna rumah dan keluarga bagi anak-anak yang tumbuh dengan cara berbeda dari kebanyakan.
Hadirkan Animasi Cyberpunk "Ghost in the Shell"
Bukan Jepang namanya jika tidak menampilkan animasi. Khusus penyelenggaraan kali ini, JFF 2025 menayangkan salah satu animasi paling berpengaruh di dunia, yakni "Ghost in the Shell" yang rilis pada 1995.
Berbeda dengan cerita animasi pada umumnya pada masa itu, "Ghost in the Shell" menawarkan cerita yang segar karena mengusung genre animasi siberpunk yang memiliki latar distopia futuristik yang cenderung berfokus pada "kombinasi dari low life dan high tech".
"Ghost in the Shell" bercerita tentang Mayor Motoko Kusanagi, seorang cyborg elit di bagian keamanan publik, yang menyelidiki kejahatan siber misterius. Film ini mendapatkan berbagai penghargaan dunia. Desain visual revolusioner dan musik ikonik karya Kawai Kenji yang melekat membuat film ini meninggalkan jejak mendalam dalam budaya populer global.