Di tepi pantai yang terpencil, terdapat sebuah desa kecil di mana para nelayan hidup dalam kehidupan sederhana namun penuh dengan kekayaan alam. Salah satu anak nelayan di desa itu adalah Ani, seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun yang penuh dengan mimpi.
Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Ani bersama ayahnya, Pak Hadi, pergi ke laut untuk mencari ikan. Mereka berlayar dengan perahu kecil yang sudah usang namun tetap kokoh. Ani sangat menyukai momen-momen seperti ini, merasakan angin laut yang segar dan menikmati pemandangan matahari terbit di ufuk timur.
Suatu hari, ketika mereka sedang mencari ikan di tengah laut, Ani menemukan sebuah botol kaca yang terapung-apung di permukaan air. Dengan antusias, Ani mengambil botol tersebut dan membukanya. Di dalamnya terdapat selembar kertas kecil yang sudah lama terlipat. Ani dengan cermat membuka lipatannya dan membaca tulisan di dalamnya.
Ternyata, itu adalah pesan dari seorang penjelajah yang tersesat di laut bertahun-tahun yang lalu. Pesan itu berisi petunjuk tentang harta karun yang tersembunyi di sebuah pulau tak berpenghuni di seberang samudra. Ani terpesona dengan cerita itu dan segera bercerita kepada ayahnya.
Pak Hadi tersenyum melihat kegembiraan Ani, namun dia juga menasihatinya bahwa harta karun itu mungkin hanya legenda belaka. Meskipun begitu, Ani tak dapat melupakan impian untuk menemukan pulau itu dan melihat sendiri apa yang ada di sana.
Setiap malam sebelum tidur, Ani berdoa kepada Tuhan untuk memberinya petunjuk bagaimana cara menemukan pulau itu. Dia memikirkan tempat-tempat di sekitar desa yang mungkin menjadi kunci untuk menemukan rahasia itu.
Hari berganti menjadi minggu, minggu berganti menjadi bulan, dan Ani tidak pernah berhenti berharap dan berdoa. Suatu hari, ketika sedang mengumpulkan kerang di tepi pantai, Ani menemukan potongan peta kuno yang tersembunyi di balik batu besar. Peta itu menunjukkan garis pantai yang tidak biasa di bagian belakang pulau utara yang tidak pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Dengan penuh semangat, Ani segera berbagi penemuannya dengan ayahnya. Mereka berdua memutuskan untuk menjelajahi pulau itu pada hari berikutnya, meskipun mereka tahu bahwa perjalanan itu tidak mudah. Namun, mereka siap menghadapi tantangan tersebut, karena mereka percaya bahwa keberuntungan sedang bersama mereka.
Pada akhirnya, setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, Ani dan Pak Hadi tiba di pulau yang diharapkan. Mereka tidak menemukan harta karun seperti yang mereka bayangkan, tetapi mereka menemukan keindahan alam yang luar biasa, pantai yang bersih dengan air yang jernih, dan hutan yang hijau subur.
Mereka duduk bersama di pantai, menikmati sinar matahari yang hangat dan ombak yang tenang. Ani tersenyum melihat ayahnya, merasa bersyukur karena telah mengalami petualangan yang luar biasa bersamanya. Mereka menyadari bahwa keberuntungan sejati bukanlah harta benda, tetapi momen-momen indah yang mereka bagikan bersama.
Pulang ke desa dengan hati yang penuh dengan kebahagiaan dan kenangan indah, Ani dan Pak Hadi menyimpan potongan peta kuno itu sebagai kenangan berharga. Mereka belajar bahwa keberuntungan sejati adalah saat kita berani bermimpi dan berjuang untuk mewujudkannya, serta menghargai kehidupan yang sudah diberikan kepada kita.
Dan sejak saat itu, setiap kali matahari terbit di tepi pantai yang terpencil itu, Ani dan Pak Hadi selalu mengingat perjalanan mereka dan mengucap syukur atas keberuntungan mereka yang sesungguhnya: kehidupan yang penuh dengan cinta dan petualangan.