Kotekatalk-205: Nias, Negeri Lompat Batu dan Megalitikum
Ke Nias, yuk! (dok. Febriwan/Gana)

Kotekatalk-205: Nias, Negeri Lompat Batu dan Megalitikum

Mulai : Sabtu, 7 Desember 2024 16:00 WIB
Selesai : Sabtu, 7 Desember 2024 16:40 WIB
Zoom
00
00
00
00
Hari Jam Menit Detik
0 Peserta Mendaftar

Hi, Koteker dan Kompasianer, apa kabar? Masih sehat dan bahagia,  bukan.

Hari Minggu lalu, ada admin Koteka Palupi Mustajab yang berbagi cerita bagaimana ia menari bedhayan Ajang Gayung di Candi Pawon. Candi yang dulunya merupakan tempat penyimpanan abu zaman Syailendra abad 9 itu, menjadi lokasi mbak Palupi bersama kawan-kawan dalam melestarikan budaya tanah air, menari!

Mbak Palupi, eks diplomat yang pernah bekerja di KBRI Brussel dan Wina itu menyukai tari sejak SMP. Saat kuliah sudah nggak lagi. Tapi pada tahun 2011, ia belajar tari Bedaya di Jogjakarta. Tahun 2024, belajar gaya Surakarta. Menurutnya, ia bersyukur bahwa Jayasupraya mulai memasyarakatkan bedhayan, supaya bisa dinikmati masyarakat di luar istana. Ada festival bedhayan tahunan yang mulai dikenal masyarakat. Ada tarian Bedhayan Bedok Madiun, Bedhayan Wilwatika, Bedhayan Ajang Gayung dan Bedhayan Pangkur yang dikenalkan. 

Ide menari di Candi Pawon, murni dari mbak Palupi dan kawan-kawan. Ada yang dosen ISI, pensiunan dan anak SMA. Menarik, ada aroma wangi yang menyengat saat mereka menari di candi. Merekapun segera ambil air wudlu, apalagi sebentar lagi maghrib. Sekuat itukah, roh tari yang terbawa? Nggak usah merinding, walau ada yang lewat....

Menurut perempuan Jogja itu, menari di atas rumput itu berbeda dengan di atas lantai yang bersih dan licin. Meskipun demikian, nggak mengurangi semangat mbak Palupi dan kawan-kawan dalam menari. Mana tariannya lama, 15 menit! Tari Ajang Gayung yang menggambarkan asmara raja. Bajunya sendiri menggambarkan makna tarian yang mendalam. Kebaya kecil bagian atas, kemben dan sampur atau selendang. Cunduk misalnya, tidak hanya sebagai hiasan rambut tapi juga alat perang. Ditambahkan untuk bea make -up dan peminjaman kostum, mereka mencari sponsor dan juga ada dana pribadi yang keluar. Misalnya untuk dokumentasi video dan foto, supaya bagus, harus ada yang pengerjaan profesional. Ini mandiri!

Kalian ingin belajar tari seperti mbak Palupi? Jangan khawatir, di Jakarta tersebar banyak sanggar tari. Ada yang 100 ribu per bulan, ada juga yang sampai 600 ribu. Silakan pilih.

Dari Candi Pawon, Jawa Tengah, Mimin ajak kalian ke Pulau Nias. Ada Febriwan Harefa. Seorang guru, traveler, penulis, guide, translator itu banyak mengunjungi tempat-tempat wisata menarik di sana. Kalian pasti ingat tradisi lompat batu yang terkenal, bahkan diabadikan dalam uang kertas RI? Tarian dan makanannya luar biasa. Pulau yang pernah dihantam Tsunami itu memiliki keindahan pantai yang luar biasa, bak surga dunia. English master education yang menjadi Duta Baca kota Gunung Sitoli 2024-2027 itu pernah mengelilingi Malaysia, Thailand, Srilanka dan Indonesia. 

Apakah Febri pernah belajar lompat batu? Kapan bisa melihat tradisi itu? Apa saja festival yang bisa kita kunjungi selama berada di sana? Bagaimana transportasi menuju ke sana dari Jakarta? Bagaimana dengan penginapan di sana? Apakah generasi mudanya banyak merantau? Bagaimana dengan pelestarian tradisi di sana? Tempat wisata mana saja yang harus kita kunjungi di Nias? Bagaimana kondisi peninggalan megalitikum di sana? Banyakkah turis asing di Nias? Kuliner dan buah lokal apa yang bisa kita cicipi di Nias? Ada nggak sih, restoran halal? Oleh-oleh apa yang harus kita bawa dari sana selain kenangan indah?

Untuk tahu jawabannya, simak perbincangan Komunitas Traveler Kompasiana bekerjasama dengan Pesanggrahan Indonesia e.V pada:

  • Hari/Tanggal: Sabtu/ 7 Desember 2024
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 10.00 CET Berlin
  • Link: DI SINI

Nias adalah salah satu "must visit" yang menjadi kebanggaan wisata lokal tanah air Indonesia. Kalau banyak orang asing yang sudah ke sana, masak kita orang Indonesia nggak tertarik untuk singgah ke sana? Mari menabung dan agendakan kunjungan ke Pulau Nias, setelah Kotekatalk-205 ini.

"Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, mari bangkitkan pariwisata Indonesia" (Menparekraf RI Sandiaga Uno, Kotekatalk-83, 2 April 2022).

Jumpa Sabtu.

Salam Koteka. (GS)

 

 

 

0 Peserta Mendaftar


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar