Kotekatalk-206: Liburan Nataru di St. Moritz, Ketemu Syahrini
Liburan Nataru, yuk! (dok. Gana)

Kotekatalk-206: Liburan Nataru di St. Moritz, Ketemu Syahrini

Mulai : Sabtu, 14 Desember 2024 16:00 WIB
Selesai : Sabtu, 14 Desember 2024 16:40 WIB
Zoom
00
00
00
00
Hari Jam Menit Detik
1 Peserta Mendaftar

Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.

Hari Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana dan Pesanggrahan Indonesia e.V Bonn, sudah mengundang Kompasianer Febriwan Harefa untuk menceritakan keindahan Nias, negeri lompat batu dan megalitikum. Translator yang menjadi duta baca Gunung Sitoli 2024-2027 itu awalnya menceritakan sejarah di sana. Rupanya pernah ada Negara Republik of Nias yang didirikan oleh tentara Jerman zaman pendudukan Jepang. Selain ada mata uang sendiri dengan percetakan uang khusus, ada bendera dan hubungan yang kuat dengan misionaris.

Iwan mengiyakan jika orang segera mengaitkan Nias dengan lompat batu. Tradisi ini tekrenal di uang kertas RI. Orang sana sudah belajar sejak kecil. Mereka dilatih di OMO Sebua, di kolong rumahnya, lalu akan memakai tali pada usia 12-17 tahun. Setelahnya, baru dengan batu 2-2,5 meter. Oh, ya, Omo dibangun tanpa paku. Arsitek dan yang membangunnya zaman itu dipenggal kepalanya supaya tidak bisa ditiru desainnya. Omo kokoh sampai hari ini. Kuattt, kokohhh sekali! Terbuat dari kayu besi dan digunakan pada awalnya adalah sebagai tempat perlindungan dari musuh. Bangunan tanpa jendela.

Nias diguncang tsunami pada 26 Desember 2004 dan gempa 28 Maret 2005 dengan 8SR. Bencana ini rupanya membawa hikmah, munculnya 1 kabupaten menjadi 5 pemerintahan pada tahun 2008. Daerah menjadi mekar.

Lebih jauh tentang budaya Nias, Iwan mengingatkan kita untuk menyapa dengan "Yaahowu", mirip "Horas" di Batak. Ini anugerah! Warna kostum tradisionalnya banyak didominasi merah, hitam dan kuning. Mirip bendera Jerman! Konon, ada  hubungannya dengan misionaris dan tentara Jerman di sana zaman kolonial. Lain kali akan disambung lagi sama Iwan untuk  mengulik jejak Jerman ini, deh.

Para peserta sudah ngiler untuk mengunjungi pulau yang indah ini. Sayang, transportasi ke sana masih mahal. Bayangkan saja untuk pesawat saja dibandrol 1,3-1,5 juta. Kali dua sudah berapa? Belum akomodasi dan hotel (350-500 ribu per malam). Transportasi dengan Maxim gojek Rusia. Atau bisa juga menyewa mobil Rp 750.000 per hari. Ditaksir minimal 15 jutaan harus rela dirogoh dari kocek untuk 1 minggu berlibur di sana, nih. Nabung, yuk!

Seru pasti, ya, menapak tilas jejak panglima Polem. Di Nias, kuburan Aceh, kampung Mudik dan masih banyak lagi lainnya, menjadi bukti bahwa Nias sangat ramah kepada pendatang, khususnya dari Aceh. 

Ke sana, nggak boleh melewatkan megalitikum. Peninggalan sejarah seperti di Situs Behu Bitata (yang sudah diukir) atau Tetegowe adalah bukti bagaimana manusia Nias sudah budaya dan sejarah yang diwariskan ke generasi berikutnya. Jangan lupa mampir di museum Nias yang didirikan oleh orang Jerman, Torelote (laut mati yang mengambang), air terjun Luaha Nahoi, taman wisata tani.

Selama di sana, cicipi Guwi Nifufu (kelapa muda), Hambare Nititi (kepiting), ya. Nendang!

Sudah ada yang siap-siap mau ke sana, disarankan bulan September. Itu waktu lomba surfing dan nikmati festival Mariamolo di mana ada acara lompat batu. Seru!

Nah, dari Nias, Mimin ajak kalian ke Swiss. Mbak Gana Stegmann akan menceritakan daerah kecil tapi indah ini. Tempat yang hari gini sedang banyak dikunjungi  orang untuk bermain ski atau berlibur nataru ini, ternyata menjadi kenangan manis Kompasianer of the year 2020 karena bertemu Syahrini pada tahun 2018 waktu dia masih singel.

Apa saja yang menarik dari St. Moritz. Dari Jerman berapa jam perjalanannya? Apa saja yang bisa dilakukan selama nataru di sana? Apakah transportasinya mudah untuk  ke sana? Apa yang bisa kita santap selama di sana? Makanan Asia ada nggak, ya? Karena dingin, apa tips untuk bertahan selama seminggu di sana? Apa yang bisa ditiru Indonesia dari tempat wisata St. Moritz? Apa saja yang dilakukan mbak Gana bersama Syahrini selama di sana? Bagaimana rasanya 1 cm berada di dekat artis kondang?

Untuk tahu jawabannya, simak Kotekatalk-206 pada:

  • Hari/Tanggal: Sabtu, 14 Desember 2024
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 10.00 CET Berlin
  • Link: DI SINI

St. Moritz, ternyata juga dikunjungi beberapa orang Indonesia. Jangan heran, kalau sedang asyik kedinginan, mendengar suara orang menggunakan bahasa Indonesia. Ternyata orang Indonesia jugaaaa. Seneng banget, pastinya. Bahasa Indonesia, menyalaaa!

"Buah durian harum  baunya, buah manggis manis rasanya. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita keliling dunia."

Jumpa Sabtu.

Salam Koteka. (GS)

1 Peserta Mendaftar


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar