Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan?
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana dan Pesanggrahan Indonesia, telah mengundang Ananda Perkuhn untuk menjadi narasumber berkenaan dengan tema Halloween di Jerman. Sayang, putra admin Koteka tersebut enggan untuk menyampaikan presentasi yang sudah disiapkan dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, mbak Siti menggantikan Ananda untuk menyampaikan gambaran perayaan budaya Amerika itu.
Mula-mula mbak Siti menceritakan bagaimana ia mengumpulkan dekorasi Halloween dari perang diskon di tiap tahunnya. Ia yang memiliki 3 putra itu akhirnya punya banyak koleksi, yang selalu dipasang di depan rumah, setiap tanggal 31 Oktober. Dekorasi yang mayorita berwarna oranye dan hitam itu memang jarang kita lihat di Indonesia.
Kata mbak Siti, pernah ada juga yang usil pada malam Halloween, dengan melempar telur. Untung ada tetangga yang memiliki CCTV sehingga bisa mendeteksi siapa yang melakukannya.
Minggu kemarin itu, mbak Siti usai bekerja, merayakan Halloween bersama anak-anak muda Jerman. Mereka yang seharian bekerja tampak melepas lelah dengan pertemuan santai itu. Makanan yang tersedia ternyata tak hanya masakan Jerman tapi juga Indonesia, buah tangan mbak Siti.
Dalam diskusi, salah satu peserta zoom, pak Suharyadi dari Bandung mengusulkan supaya mbak Siti juga mengenalkan profil horor seperti pocong, kuntilanak, suster kesot, Nyai Roro Kidul atau si manis jembatan Ancol. Ini tentu saja menjadi soft diplomacy diaspora Indonesia yang mengenalkan sosok tersebut kepada warga Jerman setiap tahun.
Sudah lumrah kalau pada acara serem itu, semua orang berdandan aneh, serem sehingga nggak bisa dikenali wajah aslinya. Waktu itu, mbak Siti yang datang dengan wajah polos, berhasil dirias menjadi wajah yang menyeramkan. Berubah!
Memang perayaan ini juga pro dan kontra di Jerman. Namun, anak-anak muda masih giat untuk menyelenggarakan pesta baik pribadi atau golongan.
Dari Bonn, Komunitas Traveler Kompasiana dan Pesanggrahan Indonesia e.V akan mengajak kalian untuk mengikuti obrolan yang mengangkat thema mengajari tarian Indonesia di Kelheim, Jerman pada:
- Hari/Tanggal: Sabtu/ 8 November 2025
- Pukul: 16.00 WIB Jakarta atau 10.00 CET Berlin
- Link: Di SINI
Ria Bavaria adalah perempuan kelahiran Semarang, pendiri akademi Ria Bavaria di Kelheim, Jerman yang mengirimkan ratusan WNI ke Jerman dalam rangka Ausbildung untuk menjadi perawat dan guru TK. Diharapkan supaya semakin banyak generasi Indonesia yang go international dan menuntut ilmu sampai ke negeri Jerman.
Darimana mbak Ria belajar menari? Bagaimana ia bisa mengajarkan tarian Indonesia di Kelheim? Tarian apa saja yang diajarkan? Apa tanggapan pemda dan masyarakat tentang kursus tari gratis ini? Untuk tahu jawabannya, jangan lupa save the date dan menyimak acara pada hari H.
"Buah durian harum baunya, buah manggis manis rasanya. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, mari kita keliling dunia."
Jumpa Sabtu sore.
Salam Koteka. (Gana Stegmann)