Mengenang Cak Nur, menjadi Indonesia

2024-03-31 07:06:29 | Diperbaharui: 2024-03-31 07:07:00
Mengenang Cak Nur, menjadi Indonesia
Caption

Cak Nur, adalah panggilan umum kepada Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Pemikir muslim, Indonesianis yang modern, yang wafat 29 Agustus 2005. Beliau lahir di Bulan ini. Meminjam rujukan sebagaimana yang banyak beredar di media online, pada masa mudanya, Cak Nur adalah  aktivis & kemudian Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam. Ia menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Umum HMI selama dua periode. Di masa kepemimpinannya inilah, HMI kemudian memiliki Nilai identitas kader (NIK) yang kemudian menjadi karakter dan kekhasaran kader dan kepemimpinan di lingkungan HMI.

Bila merujuk pada gagasan yang dikembangkan selama hidupnya, kita dapat menemukan tiga pilar pemikiran yang hampir bisa dipastikan tidak bisa dilepaskan dari pemikirannya. Pemikiran-pemikiran itu, dituangkan dalam kara-karyanya. Ketiga komponen tersebut, yaitu kemodernan, dan Keindonesiaan serta keislaman sebagai bingkai inklusi pemikiran.

Dalam permainan kata-kata, kita bisa mengatakannya, bahwa Cak Nur menggagas keislaman dan keindonesiaan dengan spirit kemodernan. Bukan islam kuno, islam sontoloyo (istilah Sukarno), atau islam konservatif. Islam yang dikembangkannya, adalah islam yang mengusung jiwa dan spirit komedernan.

Pada sisi lain pula, dapat disebut, Cak Nur mengembangkan nalar Keislaman, dan kemodernan, dengan orientasi dan basis ke-Indonesiaan. Pendekatan pembumian, kontekstualisasi atau adaptasi dengan nilai dan budaya Nasional menjadi sangat penting. ISlam dan modernnya Indonesia adalah yang berjiwa Indonesia.

Di sisi lain pula, dapat pula dikatakan, kemodernan dan keindonesiaannya, tidak dilepaskan dari jiwa keislaman. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, diharapkan mampu menjadi warna khas dan unik dalam pengembangan dan pembangunan nasiona di Indonesia.

Bisa jadi ada yang khawatir dengan gagasan ini, misalnya, mengapa keindonesiana dan kemodernan harus berjiwa Islami ? percayalah, kekhawatiran itu, tidak perlu dikembangkan dan tidak perlu dibesarkan. Karena Islam yang dikembangkannya pun, adalah Islam yang modern dan indonesia. Dengan kata lain, ISLAM-MODERN dan INDONESIA, merupakan tiga pilar peradaban yang tidak dipisahkan, setidaknya demikianlah dalam pemahaman kita, saat menelaah gagasan dari Cak Nur.  

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar