Terkadang yang membuat sakit bukan hanya perbuatannya, tetapi kesadaran bahwa luka itu datang dari orang yang kita percaya dan ternyata meskipun berbeda, pola itu tetap terasa familiar.
Pernahkah kamu merasa terjebak dalam pola yang sama, meski dengan orang yang berbeda? seperti deja vu yang menyakitkan, hubungan baru yang seharusnya membawa kebahagiaan justru menghadirkan luka yang serupa. Bedanya hanya pada cara luka itu diberikan, tetapi rasanya tetap sama, yaitu perih, menghancurkan, dan menyisakan pertanyaan kenapa semuanya harus terjadi lagi.
Kamu mungkin pernah berpikir bahwa kali ini akan berbeda. Orang baru, cerita baru, dan mungkin akhir yang lebih bahagia. Namun, ternyata tidak semua janji membawa ketulusan. Diawal, segalanya terasa begitu menjanjikan, kata-kata manis, perhatian tanpa batas, dan janji bahwa kamu akan dijaga dengan lebih baik. Tetapi seiring berjalannya waktu, topeng itu mulai retak dan sifat aslinya mulai terlihat.
Cara mereka menyakitimu mungkin berbeda, mungkin lebih halus, lebih manipulatif, atau justru lebih terang-terangan. Namun, hasil akhirnya tetap sama. Kamu merasa terkuras secara emosional, kehilangan kepercayaan, dan mulai meragukan nilai dirimu sendiri dan yang paling menyakitkan? mereka adalah orang yang kamu pikir berbeda dari yang sebelumnya.
Perbedaan cara menyakiti ini sering kali membuat kita kebingungan. Apakah ini salah kita yang terus menerus memilih orang yang salah? atau apakah ini hanya takdir yang berulang untuk mengajarkan kita sesuatu? pada kenyataannya, pola ini mungkin tidak sepenuhnya salah mereka atau kamu. Kadang luka itu lahir dari harapan yang terlalu tinggi, komunikasi yang tidak terbangun, atau keinginan untuk tetap bertahan meski hati sudah meminta untuk berhenti.
Namun, ini bukan tentang menyalahkan diri sendiri atau mereka. Ini tentang menyadari bahwa luka yang sama tidak seharusnya diulang terus-menerus. Memahami pola-pola ini adalah langkah awal untuk melepaskan diri darinya. Kamu layak untuk dicintai tanpa harus merasa takut akan luka baru.
Kamu juga perlu menyadari bahwa tidak semua orang yang menyakitimu melakukannya dengan niat buruk. Terkadang mereka pun memiliki luka mereka sendiri yang tidak sengaja menyentuh luka yang kamu miliki. Namun, itu bukan alasan untuk terus bertahan jika hubungan tersebut hanya membawa lebih banyak kesakitan daripada kebahagiaan.
Luka yang kamu alami mungkin terasa seperti pengkhianatan, tetapi itu juga bisa menjadi pelajaran. Pelajaran untuk lebih peka terhadap tanda-tanda awal, untuk lebih mencintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain, dan untuk tidak lagi mentolerir hubungan yang hanya memberikan rasa sakit.
Pada akhirnya, kamu berhak untuk sembuh, untuk menemukan cinta yang tidak melukai, dan untuk berada dalam hubungan yang benar-benar berbeda tidak hanya pada orangnya, tetapi juga pada caranya memperlakukanmu. Jangan takut untuk memilih kebahagiaanmu sendiri. Jika mereka menyakitimu, mungkin inilah saatnya untuk membiarkan mereka pergi meski itu terasa sulit. Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu karena percaya. Percayalah cinta yang tepat akan datang dan itu tidak akan pernah menyakitimu dengan cara apa pun.