MENULIS BUKAN LAGI TARGET, TETAPI PROSES MENJADI

2025-12-25 06:23:43 | Diperbaharui: 2025-12-25 06:24:01
MENULIS BUKAN LAGI TARGET, TETAPI  PROSES MENJADI
Caption: Sumber: Dikejar Target Skripsi? Tersedia di https://ubharajaya.ac.id/dikejar-target-skripsi-pastikan-karyamu-bukan-hasil-plagiasi

 

Menulis Bukan Lagi Target, tetapi Proses Menjadi

Oleh: A. Rusdiana

Dalam tradisi pemikiran Milton H. Erickson, perubahan tidak diarahkan secara kaku menuju target tertentu. Ia dipahami sebagai proses menjadi bertumbuh perlahan melalui pengalaman yang bermakna. Cara pandang ini memberi pelajaran penting bagi dunia menulis, terutama bagi mereka yang kerap terjebak pada angka, jadwal, dan capaian.

Menulis sering diperlakukan sebagai target: harus selesai hari ini, harus tayang minggu ini, harus konsisten sekian hari. Target memang memberi arah, tetapi ketika ia menjadi satu-satunya tolok ukur, menulis kehilangan ruhnya. Proses kreatif berubah menjadi beban. Pikiran bawah sadar, yang seharusnya menjadi sumber daya utama, justru menutup diri karena tekanan.

Erickson memandang pikiran bawah sadar bukan sebagai objek yang harus dikontrol, tetapi sebagai mitra yang perlu diajak bekerja sama. Dalam menulis, kemitraan ini terwujud ketika penulis hadir penuh pada proses, bukan terobsesi pada hasil. Menulis satu paragraf yang bermakna lebih bernilai daripada memaksakan satu halaman kosong makna.

Proses menjadi dalam menulis berarti memberi izin pada diri untuk berkembang melalui tulisan itu sendiri. Setiap tulisan, meski sederhana, adalah langkah pembentukan diri. Penulis tidak hanya menghasilkan teks, tetapi sedang membangun kepekaan, kejujuran, dan ketahanan batin. Inilah perubahan yang tidak selalu terlihat, tetapi terasa.

Ketika menulis dijalani sebagai proses menjadi, relasi dengan waktu juga berubah. Tidak ada lagi kecemasan tertinggal atau keharusan mengejar. Yang ada adalah ritme. Ada hari menulis panjang, ada hari menulis singkat, bahkan ada hari hanya berpikir. Semua itu bagian dari proses, bukan penyimpangan.

Banyak penulis berhenti bukan karena tidak mampu, tetapi karena lelah mengejar target yang tidak selaras dengan kondisi batin. Erickson mengajarkan bahwa perubahan efektif terjadi ketika intervensi selaras dengan kesiapan individu. Dalam menulis, kesiapan itu muncul ketika penulis jujur pada ritmenya sendiri.

Menulis sebagai proses menjadi juga membuka ruang refleksi. Tulisan tidak lagi dituntut selalu benar atau berdampak besar. Ia cukup jujur dan bertumbuh. Dari kejujuran itulah kedalaman lahir. Dan dari kedalaman, dampak sering datang tanpa direncanakan.

Pada akhirnya, menulis bukan soal seberapa sering atau seberapa banyak, tetapi seberapa hadir. Ketika penulis berhenti mengejar dan mulai mengalami, tulisan menemukan maknanya. Ia tidak lagi sekadar produk, tetapi jejak perjalanan. Menulis yang bertahan lama adalah menulis yang membentuk. Bukan karena target, tetapi karena proses menjadi.

Teaser (±150 karakter)

“Menulis bukan sekadar target produktivitas. Saat dijalani sebagai proses menjadi, tulisan membentuk penulisnya—pelan, jujur, dan berkelanjutan.”

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar