Hi, Koteker dan Kompasianer, apa kabar? Masih sehat dan bahagia.
Kita turut berduka atas bencana alam dan musibah di Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini. Semoga semua pelan tapi pasti diberi kekuatan dan bantuan.
Hari Minggu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana dan Pesanggrahan Indonesia e.V sudah mengundang Kompasianer Ikhwanul Farissa untuk menggambarkan situasi terkini di Aceh pasca bencana alam banjir.
Aceh dibagi dalam 23 kabupaten/kota. Tempat di mana Farissa tinggal, Aceh Barat, tidak terdampak musibah. Kalau dulu waktu tsunami tahun 2004, Aceh Barat dan Selatan sangat rusak. Saat ini, justru Aceh Timur dan Utara yang parah. Tamiang, merupakan wilayah paling rusak.
Menempuh perjalanan 30 menit dari rumah, Farissa sampai di daerah yang terkena bencana. Namun, karena akses jalan tertutup dan sinyal internet kurang bagus, Farissa kembali ke suatu titik di mana ada tempat warung, yang menjadi tempat berteduh para ibu-ibu. Terlihat di jalanan, banyak orang berlalu lalang, mencari bahan bakar dan sembako.
Dikabarkan sudah banyak penggalangan bantuan sebagai wujud dari simpati dan empati kepada mereka yang kesusahan. Diantaranya dari Muhammadiyah, ormas dan pemerintah sudah mendirikan titik pengungsian.
Ditanya tentang banjir yang menyapu batang-batang kayu yang dipotong illegal, Farissa membenarkan bahwa deforestasi untuk kelapa sawit tidak diimbangi dengan reboisasi yang rutin dan cepat. Sehingga, alam marah karena alih fungsi lahan sebagai area hutan penyerap air diganti.
Ini tentu saja tidak hanya merugikan manusia, sebagai penduduk sekitar tetapi juga makhluk hidup lainnya seperti harimau, gajah dan sejenisnya. Banyak sosial media yang menangkap bagaimana mereka menyelamatkan diri dari banjir.
Semoga bencana segera berlalu dan kondisi akan pulih seperti semula.
Dari Aceh, kita ke Jerman. Bulan Desember menjadi bulan terakhir tahun ini dan menjadi momen penting sebagian manusia di bumi yang merayakan natal. Jerman yang mayoritas penduduknya adalah Katolik Roma, mulai mempercantik sudut-sudut kotanya dengan lampu dan hiasan natal. Banyak acara yang digelar demi menyongsong hari penting tanggal 24 Desember. Termasuk, pasar natal.
Pasar natal Jerman tertua ada di Nuernberg. Namun, kali ini akan dikupas pasar natal di Stuttgart, kota yang nggak jauh dari tempat tinggal narasumber, Gana Stegmann.
Berapa jam perjalanan dari rumah ke pasar natal? Selain pasar natal, apa yang bisa dilihat di Stuttgart? Kuliner apa yang bisa dicicipi dan cocok di lidah? Berapa harga makanan di sana? Berapa pengunjung yang hadir? Kapan pasar natal ini digelar?
Untuk tahu jawabannya, simak Kotekatalk-258 pada:
- Hari/Tanggal: Sabtu, 13 Desember 2025
- Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 10.00 CET Berlin
- Link: DI SINI
"Buah durian harum baunya, buah manggis manis rasanya. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana kita keliling dunia."
Jumpa Sabtu sore, kita ke Jerman.
Salam Koteka. (Gana Stegmann)