Inovasi SOP Berbasis HKI Karya Dosen Indonesia Diterapkan di SD Negeri Surakarta

2025-12-17 16:01:15 | Diperbaharui: 2025-12-17 16:01:15
Inovasi SOP Berbasis HKI Karya Dosen Indonesia Diterapkan di SD Negeri Surakarta
Kolaborasi dua dosen rilis inovasi pengembangan SOP/Foto: Redaksi

Surakarta - Sebuah terobosan penting lahir dari kolaborasi lintas keilmuan dosen pendidikan dan kesehatan. Dua akademisi Indonesia berhasil menghadirkan inovasi Standar Operasional Prosedur (SOP) berbasis Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang tidak hanya dibahas di forum internasional, tetapi telah diterapkan langsung di Sekolah Dasar Negeri di Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Inovasi tersebut mengintegrasikan pendekatan kesehatan dan pendidikan secara praktis dalam satu sistem yang terstruktur, aplikatif, dan ramah bagi lingkungan sekolah dasar. Peluncuran inovasi ini dilakukan pada Minggu (7/12) dengan tajuk inovasi pengembangan SOP Inovasi Pengembangan School Health Literacy Tool-Kit untuk Sekolah Dasar, menandai langkah baru dalam penguatan literasi kesehatan sejak usia dini.

Pengembangan SOP ini digagas oleh Dr. Elinda Rizkasari, S.Pd., M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta, berkolaborasi dengan Prima Trisna Aji, dosen Program Studi Spesialis Medikal Bedah Universitas Muhammadiyah Semarang.

Dr. Elinda menjelaskan, inovasi tersebut berangkat dari kebutuhan riil sekolah dasar akan panduan layanan kesehatan yang edukatif, sistematis, dan mudah diimplementasikan oleh guru maupun tenaga kependidikan. Menurutnya, selama ini praktik kesehatan di sekolah sering berjalan parsial dan belum memiliki standar operasional yang kuat serta terlindungi secara hukum.

“Inovasi pengembangan SOP ini lahir dari kerja kolaboratif dua bidang keilmuan yang berbeda, namun saling menguatkan. Kami memastikan SOP ini tidak hanya berhenti sebagai gagasan akademik, tetapi benar-benar diterapkan di sekolah dasar negeri di Surakarta. Ke depan, tentu akan terus kami kembangkan agar dapat diadaptasi lebih luas,” ungkapnya.

Ia menekankan, keberadaan inovasi pengembangan SOP yang terstandar dan telah dilindungi HKI menjadi fondasi penting untuk menjamin praktik kesehatan sekolah berjalan aman, konsisten, dan berkelanjutan. Lebih dari itu, inovasi pengembangan SOP ini menjadi instrumen strategis untuk menanamkan literasi kesehatan kepada peserta didik sejak dini.

Sementara itu, Prima Trisna Aji menilai kolaborasi lintas disiplin menjadi kekuatan utama dalam menghadirkan inovasi yang berdampak langsung bagi masyarakat. Ia menyebut keterlibatan keilmuan kesehatan klinis memastikan setiap prosedur yang disusun memiliki dasar ilmiah yang kuat, namun tetap kontekstual dengan dunia pendidikan dasar.

“Kami bersyukur inovasi pengembangan SOP ini dapat diselesaikan dan diimplementasikan dengan baik. Bahkan, inovasi ini telah dipresentasikan dalam seminar internasional di Malaysia dan mendapat respons positif. Banyak peserta menilai pendekatan ini unik karena memadukan kesehatan klinis dengan strategi pendidikan sekolah dasar,” jelasnya.

Menurut Prima, inovasi tersebut menunjukkan bahwa praktik kesehatan berbasis sekolah tidak harus rumit, tetapi harus tepat, terstandar, dan mudah diterapkan. Kehadiran inovasi pengembangan SOP ini diharapkan mampu menjembatani kebutuhan dunia pendidikan dengan standar pelayanan kesehatan yang aman dan berbasis bukti.

Tak hanya berhenti di tingkat lokal, inovasi pengembangan SOP berbasis HKI ini telah diperkenalkan dalam forum internasional, menandakan bahwa gagasan tersebut memiliki relevansi global, khususnya dalam upaya promosi dan pencegahan kesehatan berbasis sekolah. Para pengembang berharap inovasi ini dapat menjadi rujukan nasional dalam membangun sinergi antara sektor pendidikan dan kesehatan.

Kolaborasi ini sekaligus menegaskan peran strategis perguruan tinggi sebagai pusat lahirnya solusi nyata bagi masyarakat. Melalui pengembangan SOP berbasis HKI, dosen dari dua disiplin ilmu berbeda berhasil menghadirkan inovasi aplikatif yang tidak hanya memperkuat layanan kesehatan sekolah, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan peserta didik sejak usia dini.

 
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar