Journaling dalam Bahasa Asing: Cara Menipu Otak agar Lebih Jujur

2025-03-02 08:59:03 | Diperbaharui: 2025-03-02 08:59:03
Journaling dalam Bahasa Asing: Cara Menipu Otak agar Lebih Jujur
Photo by Pixabay on Pexels.com

Kamu pernah ingin menulis sesuatu yang jujur tapi takut terbaca oleh orang lain? Atau justru takut membaca ulang tulisanmu sendiri dan menyadari betapa dalamnya luka yang kamu sembunyikan? Jika iya, mungkin kamu butuh trik journaling yang satu ini: menulis dalam bahasa asing.

Menulis, Tapi dengan Sedikit Jarak

Journaling sering direkomendasikan sebagai metode terapi karena membantu kita memahami diri sendiri. Tapi ada satu masalah: menulis dalam bahasa ibu terasa terlalu dekat dengan diri kita. Kata-kata yang keluar begitu jelas hingga tidak ada filter. Kadang, ini justru membuat kita enggan menulis.

Nah, di sinilah bahasa asing berperan. Ketika kamu menulis dalam bahasa yang bukan bahasa ibumu, otakmu akan memprosesnya dengan sedikit jarak emosional. Kamu tetap bisa mencurahkan perasaan, tapi tanpa merasa terlalu terpapar atau vulnerable. Seolah-olah kamu sedang menulis tentang orang lain—padahal tetap tentang dirimu sendiri.

Kenapa Bahasa Asing Bisa Membantu?

Penelitian menunjukkan bahwa berpikir dalam bahasa asing bisa mengurangi bias emosional. Ada teori yang disebut Foreign Language Effect, yang menyatakan bahwa ketika seseorang berpikir dalam bahasa kedua atau ketiga, mereka cenderung lebih rasional dan tidak terlalu emosional.

Jadi, jika kamu kesulitan menuliskan perasaan secara jujur, menulis dalam bahasa asing bisa menjadi solusi. Tidak perlu bahasa yang benar-benar asing seperti Prancis atau Jepang. Bahasa daerah yang cukup familiar tapi bukan bahasa ibumu juga bisa digunakan.

Misalnya, jika kamu seorang penutur bahasa Indonesia, coba journaling dalam bahasa Inggris, Jawa, atau Sunda—tergantung mana yang kamu cukup pahami. Jika biasanya kamu menulis:

"Aku lelah. Rasanya semua orang mengecewakanku."

Coba ubah ke bahasa Inggris:

"I'm tired. It feels like everyone has let me down."

Atau ke bahasa Jawa:

"Aku kesel. Koyo-koyo wong-wong ngapusi aku terus."

Efeknya? Bisa jadi kamu lebih berani mengungkapkan perasaan karena terasa ada ‘jarak’ dengan kata-kata itu.

Trik Ini Cocok untuk Siapa?

  1. Orang yang takut terlalu jujur.
    Jika kamu cenderung menahan diri saat menulis karena takut membaca kembali isi tulisanmu sendiri, menulis dalam bahasa asing bisa membuatnya terasa lebih netral.

  2. Orang yang khawatir tulisannya ditemukan orang lain.
    Menulis dalam bahasa yang tidak terlalu umum di sekitarmu bisa membuatnya lebih sulit dimengerti oleh orang lain yang tidak menguasai bahasa itu.

  3. Orang yang ingin melatih otak berpikir lebih rasional.
    Bahasa asing membantu otak memproses informasi dengan cara yang lebih terstruktur, sehingga kamu bisa melihat masalah dengan lebih objektif.

Journaling = Bukan Tugas Sekolah

Satu hal yang perlu diingat, ini bukan soal grammar atau tata bahasa yang sempurna. Jangan sampai kamu malah stres sendiri karena takut salah. Tidak ada yang akan menilai tulisanmu. Ini hanya untukmu.

Jika menulis dalam bahasa asing terasa canggung di awal, coba mulai dengan satu atau dua kalimat sederhana. Misalnya:

  • Today was hard. But I survived.
  • Aku kesel, nanging aku kudu kuat.
  • Aku wis kesel tenan, tapi aku isih iso urip.

Seiring waktu, kamu akan merasa lebih nyaman dan tidak perlu lagi berpikir panjang.

Menulis Tanpa Takut, Itu yang Terpenting

Journaling adalah tentang membebaskan diri, bukan mengekang diri dengan aturan yang rumit. Jika selama ini kamu merasa journaling terasa menakutkan atau terlalu intens, mungkin saatnya mencoba trik ini. Tidak ada salahnya menipu otak sedikit agar bisa lebih jujur, bukan?

Pada akhirnya, menulis bukan hanya soal bahasa, tapi soal keberanian untuk menghadapi perasaan kita sendiri. Jika bahasa asing bisa membantumu menulis lebih jujur, kenapa tidak mencobanya?

 

"Kadang kita butuh jarak untuk bisa melihat diri sendiri dengan lebih jelas."

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
2 Orang menyukai Artikel Ini
avatar