Siapa yang tidak ingin dicintai dan disayangi?, semua orang menginginkannya. Namun terkadang tidak mudah dalam mempraktikannya. Ketika kita memiliki banyak rasa kasih dan sayang kepada sesama makhluk ciptaan Allah, tidak peduli agama, ras, apapun mereka, tidak peduli mereka miskin ataupun kaya, maka kita sedang dinaungi energi cinta yang kuat.
Pernahkah kamu disukai dan dirindukan oleh orang yang kamu sendiri tidak mengetahuinya?, dipuji dan dibela dibelakangmu?. Itulah energi cinta dalam hatimu, energi yang menyebar ke sekelilingmu, energi cinta ini bisa menyiksa orang lain karena merindukanmu, tanpa bantuan jin dan peralatan sihir. Rasamu kepada orang lainlah yang mengikat mereka masuk ke dalam kehidupanmu.
Ketika manusia memiliki muatan energi yang sangat kuat mengenai welas asih, maka segala bentuk kasih sayang akan mendatangimu, termasuk kasih sayang Allah menaungimu. Tapi apakah kita bisa tetap berada pada energi cinta ketika kita tidak memiliki rasa cinta kepada diri sendiri dan orang lain?, kepada Tuhan kita sendiri?. Rasa yang terlepas akan menarik rasa yang serupa. Ketika membenci orang lain maka orang yang gemar membenci akan hadir dalam hidup kita, demikian pula ketika menyayangi seluruh makhluk termasuk hewan dan tumbuhan maka kita akan menarik orang-orang yang memiliki rasa welas asih datang ke dalam kehidupan kita sendiri.
Tidak heran bahwa manusia yang penyayang akan berkumpul bersama dengan orang-orang yang penyayang, demikian sebaliknya. Law of Attraction bukan menarik apa yang kita inginkan, tetapi menarik apa yang serupa dengan kita. Sayang menarik sayang, benci menarik benci, bahkan dalam islam diajarkan bagaimana kita menggunakan ilmu alam semesta ini seperti bersedekah. Bersedekah uang akan menarik uang, bersedekah pakaian akan menarik pakaian, bersedekah makanan maka orang tersebut tidak akan kesulitan makanan dan seterusnya.
Tapi mengapa sedekah tidak langsung berbalas di dunia?, dikarenakan energi cinta belum terbentuk kuat di dalam jiwa. Maksudnya adalah ketika kita memberi tanpa menunggu balasan maka energi akan terkumpul di dalam wadah (tubuh) dan setelah energi cinta mulai terbentuk kuat maka hasil sedekah akan segera dirasakan. Menunggu adalah sikap yang meresahkan jiwa dan akhirnya energi bocor dan berkurang.
Segala kemudahan bisa diraih dengan mempraktikan ilmu agama yang diteliti oleh para ilmuwan mengenai alam semesta. Apakah kita harus selalu menjaga rasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan?, tentu saja. Namun rasa tidak bisa dikendalikan ketika terdapat banyak sampah kenangan buruk di masa lalu.
Sampah memori itu harus dibersihkan terlebih dahulu lalu kenangan indah yang baru diciptakan dan tersimpan otomatis di dalam amygdala kita. Membersihkan memori ini memang membutuhkan tenaga profesional, karena berhubungan dengan pikiran bawah sadar. Apakah bisa dibersihkan tanpa tenaga profesional?, kita akan kesulitan untuk menghancurkan kerangka memori walaupun secara emosi negatif bisa dirilis oleh kita sendiri, namun terdapat beberapa teknik yang diketahui oleh tenaga profesional.
Bila ingin melepaskan emosi negatif yang tersimpan bisa melakukannya sendiri di rumah, cobalah untuk memaafkan mereka yang pernah menyakiti. Mungkin sebagian dari kita mengatakan "mengapa saya harus memaafkan dia, yang menyakiti dia kok enak sekali dimaafkan, dia saja tidak minta maaf sama saya". Memaafkan orang yang menyakiti bukanlah untuk kebahagiaannya tetapi untuk kebahagiaan kita sendiri, meredakan alam bawah sadar yang terluka akibat dari kata-kata atau sikap orang lain pada kita.
Pada dasarnya alam bawah sadar manusia senang sekali dengan kalimat, "maafkan saya, saya sayang kamu, saya mencintaimu, saya ada untukmu". Kalimat ini meredakan luka di dalam jiwa. Namun lagi-lagi karena ego yang terlalu tinggi kalimat ini sulit keluar dari mulutnya dan membiarkan orang lain terus terluka karena sikap dan perbuatannya, katakan saja pada diri sendiri kalimat-kalimat yang menenangkan ini lama-kelamaan kemarahan akan mereda.
Saat hati kita telah tenang maka kita akan mudah memberikan kasih dan perhatian kita kepada orang lain, terutama orang-orang terkasih. Jiwa telah penuh dengan self love (mencintai diri sendiri) dan tidak lagi membutuhkan perhatian dari luar, justru kamu yang akan memberikannya kepada orang lain. Kita tidak lagi mencari perhatian dari orang tua, teman, pasangan hidup ataupun saudara.
Kita sering melihat beberapa orang yang kerap tertipu dengan pria hidung belang karena kurangnya perhatian dari dalam keluarganya dan tidak mengerti bagaimana agar tidak mudah tertipu dengan rayuan gombal yang menyesatkan. Self Love merupakan usaha preventif untuk menghindari tindak kejahatan para manipulator yang mencoba memanfaatkan kelemahan. Ketika manusia telah mencintai dirinya sendiri tidak akan mencari orang lain untuk mengisi jiwanya, karena telah terisi oleh dirinya sendiri.
Mencintai diri sendiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain ada di sekitar kita, tetapi kita tidak membutuhkan orang lain untuk mengisi jiwa. Luka batin juga berasal dari kebutuhan jiwa yang tidak terpenuhi, kita tidak akan bisa meminta orang lain yang sedang kosong jiwanya untuk mengisi jiwa kita yang mengering. Tapi rasa sedih juga bagian dari cara untuk menghidupkan hati, loh kok bisa?, kesedihan ada karena hati yang peka. Pernah melihat orang yang sulit menangis?, ada apa dengan jiwanya?, sekeras apa hantaman hidup yang sedang dialaminya hingga tidak ada lagi air mata yang menetes?, sulit menangis karena kemarahan yang sangat kuat hingga mendekati rasa dendam.
Rasa sedih hadir agar hati tidak "mengeras", semakin sering merasakan kesedihan maka hati akan semakin peka dan mudah untuk berempati kepada orang lain. Hati akan lebih sensitif melihat penderitaan orang lain, ingin menolongnya, namun jangan terjebak di kesedihan terlalu lama, karena kesedihan juga energi, kita akan menarik orang-orang yang sama atau orang-orang yang banyak penderitaan hidup. Hidup ini selalu memberikan pilihan pada kita, ingin yang mana maka kita bebas memilih dan menentukan kemana akan membawa diri kita mengikuti arahan yang telah tersedia di berbagai keilmuan.