Kemerdekaan tidak hanya dalam suatu negara tetapi dalam setiap jiwa. Kemerdekaan tidak hanya berupa tulisan, undang-undang dan sebatas ucapan saja, tetapi berkaitan dengan rasa. Merdeka tapi terjajah sering kali dialami oleh manusia, tampak dari luar kita memang telah merdeka tapi sudahkah kita merdeka dari dalam?.
Apa pentingnya membahas kemerdekaan di zaman yang telah "merdeka" sejak lama?. Kemerdekaan kita hanya secara tertulis dan perkataan saja, tetapi tidak dalam esensi kemerdekaan yang sebenarnya. Membungkam tidak hanya dilakukan oleh para penguasa, tetapi oleh segelintir orang yang kita anggap penting dalam keluarga juga acapkali dilakukan agar tidak bersuara, apakah dari orang tua pada anak, anak ke orangtua, pasangan hidup, saudara, dan sebagainya. Kemerdekaan dalam tekanan bukanlah kemerdekaan tetapi penyiksaan secara tidak langsung dan bisa disebut sebagai KDRT.
Mungkin kita berusaha keras untuk memerdekaan jiwa dari kezaliman, tapi upaya apa yang kita lakukan untuk memerdekakan diri?. Apa esensi kemerdekaan sesungguhnya?. Orang seperti apa yang bisa memerdekakan dirinya sendiri?, bagaimana proses yang harus dilalui?.
Memerdekakan Jiwa dan Esensinya
Arti kata merdeka menurut KBBI adalah bebas dari penghambaan, penjajahan, berdiri sendiri, tidak terikat dan bergantung. Merdeka bukan berarti lepas dari peraturan yang telah ditetapkan, peraturan digunakan agar kehidupan lebih teratur dan terarah, sedangkan kemerdekaan melepaskan diri dari belenggu tekanan yang diciptakan. Dari mana asal penjajahan di diri setiap individu?, dari pikiran dan perasaannya sendiri. Penjajah itu adalah apa yang kita pikirkan terus menerus merubah perasaan menjadi tidak nyaman, marah, dendam, dan selalu melakukan hal yang tidak baik pada diri sendiri, merdeka ialah memerangi sesuatu yang membuat jiwa terpenjara.
Musuh terbesar kita adalah pikiran kita sendiri. Ketakutan yang menimbulkan kecemasan, orang yang mengalami kecemasan terfokus pada sensasi yang ia rasakan dan bahkan seperti selalu menemukan sensasi di dalam dirinya setiap saat. Saya pernah bertemu dengan klien yang mengalami kecemasan tinggi, sangat memprihatinkan dan ingin sekali melihat dia sembuh saat itu.
Ketika melakukan terapi, satu persatu saya bongkar apa yang menjadi penyebab kecemasannya tersebut. Pada mulanya, ia mengalami kejadian yang tidak seharusnya ia alami, pengalaman yang sangat mengiris hati. Sebelum mengalami kecemasan hanya ada rasa ketakutan tidak diterima oleh orang sekitarnya, terutama pasangan dan keluarganya sendiri, ada rasa benci yang kuat terhadap orang yang menyiksanya dan sayangnya ia terus menerus ada di sekitar orang-orang tersebut.
Luka-luka batin yang terus menerus di alaminya tanpa mengetahui bagaimana cara menyelesaikannya membuat ia semakin terjerat dalam ketakutan, kesedihan dan kemarahan menjadi satu, yang akhirnya menjadi sebuah kecemasan yang kronis. Luka batin seolah bisa hanya dengan melalui kata-kata "tidak apa-apa, waktu yang akan menyembuhkan segalanya". Faktanya tidak sembuh, justru malah bertambah dengan kejadian-kejadian baru yang dialami terus menerus.
Mengapa mengalami terus-menerus, sedangkan ia telah berusaha untuk memaafkan dan melupakan kejadian tersebut. Memori luka batin tidak bisa sembuh dengan sendirinya karena memori luka batin tersimpan kuat di dalam amygdala, tidak bisa lepas, yang ada malah mengendap jauh ke bawah dan tertimpa oleh memori baru yang juga menyakitkannya. Lalu apa bisa dilepas dengan alami?, sulit sekali sebelum kita menerima bahwa setiap manusia mempunyai jalan cerita hidup untuk bisa sampai pada titik-titik tertentu.
Kejadian yang dialami adalah bagian dari takdir yang harus diterima terlebih dahulu, ketika kita tidak menerimanya dan terus-menerus menolak seolah kejadian itu tidak seharusnya ia alami, akhirnya menimbulkan kecemasan. Takdir atau cerita hidup manusia tidak selalu indah, terkadang penuh tantangan, berliku dan menyakitkan. Semua proses hidup bila diterima dengan lapang dada membuat kita menjadi lebih ringan menyikapinya.
Pernahkah kamu menginginkan minuman jus?, sebelum menjadi sebuah minuman yang menyegarkan dan menyehatkan dibutuhkan proses dari beberapa buah utuh menjadi segelas sari buah yang menyegarkan. Segelas jus dibutuhkan proses mengupas buah terlebih dahulu, terkadang jari juga terkelupas karena tajamnya pisau, memotongnya agar masuk ke dalam wadah dan memudahkan alat untuk menghancurkannya, alat akan memisahkkan antara ampas dan air dari buah tersebut, lalu kita tuang ke dalam gelas. Setelah menjadi air jus dari buah baru kita bisa meminumnya dan rasa yang menyegarkan juga menyehatkan tubuh, buah tidak tiba-tiba menjadi segelas air jus, tetapi mengalami waktu untuk memprosesnya menjadi sesuatu yang kita inginkan.
Orang yang mengalami kecemasan tidak memerdekakan dirinya dari belenggu ketakutan, kesedihan dan kemarahan menahun. Luka batin bisa dialami sejak dalam kandungan ibu, ketika sang ibu mengalami proses hidup yang tidak menyenangkan atau ketakutan, kesedihan juga kemarahan karena berbagai situasi bisa mempengaruhi janin di dalam rahimnya. Luka hati itu terbawa hingga sang anak dewasa, dan mengalami hal baru di tahap kehidupannya.
Mengapa penting sekali untuk keluar dari persoalan batin, kita seperti membawa ransel yang berisi batu besar dan segala sampah di dalamnya kemana-mana. Bayangkan kalau semua itu selalu dibawa kemana-mana, apakah kita akan mudah tersenyum?, menikmati setiap momen dalam hidup, sulit sekali merasa bahagia. Kita akan kelelahan dan terus tersiksa, inilah yang disebut dengan penjajahan di dalam diri, tidak merdeka dan tertekan dengan semua itu.
Memerdekakan diri dari kenangan buruk tidak mudah, tapi bermula dari kemauan, tentunya ada jalan. yang paling penting adalah praktik untuk bisa mendapatkan apa yang ingin dituju. Untuk keluar dari pikiran-pikiran yang membelenggu yang dibutuhkan adalah menerima bahwa kita memiliki takdir yang tidak selalu indah dengan ikhlas, memaksakan diri untuk bisa memaafkan orang yang menyakiti kita dengan memakluminya bahwa tidak ada manusia yang lepas dari kesalahan termasuk diri kita sendiri, kejadian dulu hanya sebagai pengantar untuk dirimu yang sekarang. Berkata kepada diri sendiri bahwa tidak ada yang bisa meninggalkanmu karena kamu sangat menyayangi dirimu melebihi siapapun di dunia ini.
Siapa yang Bisa Memerdekakan Diri Kita dan Bagaimana Prosesnya?
Penolong diri adalah Allah SWT dan diri sendiri. Untuk merdeka secara batin, kita perlu mengetahui apa yang kita inginkan, berani mengambil keputusan terbaik agar tidak lagi terjajah oleh pikiran-pikiran yang tidak perlu. Tapi faktanya manusia sering mengalami kesepian dengan jiwanya, akhirnya ia mencari-cari bahan untuk diulas oleh oleh pikirannya, jarang memanfaatkan waktunya dengan hal lain yang mungkin tidak pernah ia lakukan atau mencoba hal baru yang belum pernah dilakukan. Manusia lebih senang mengulang aktivitas dengan hal yang sama setiap hari.
Rutinitas yang melelahkan membuat kita terjajah di dalam batin. Memang, apa yang menjadi rutinitas tidak bisa dilepaskan begitu saja karena ada tanggung jawab disana, tetapi menyempatkan diri berbuat hal baru adalah momen indah atau pengalaman baru yang kita cetak di dalam cerita hidup. Melakukan banyak hal itu seru loh, tidak monoton dan jadi pengalaman baru.
Kecemasan itu datang ketika kita "menunggu" sensasi yang akan datang bila melakukan ini dan itu, atau membiarkan diri untuk dihantui oleh hal yang tidak ada. Saat kamu merasa kuat dari dalam dirimu maka kamu bisa melakukannya, perasaanmu adalah kekuatanmu. Ketika kamu merasa khawatir dengan banyak hal dan datangnya dari dalam dirimu, maka kamu menjadi takut, gemetar dan mengalami sensasi yang tidak menyenangkan lainnya.
Kalau sensasi datang lalu kamu berkata pada dirimu penuh dengan keyakinan bahwa itu hanya ketakutanmu saja, maka sensasi itu tidak terasa dan mulai mereda. Saya pernah mengalami sesak nafas ketika mengalami batuk-batuk dan akhirnya nafas memendek, saat itu saya sedang ada di kamar mandi dan tentunya saya khawatir kehilangan nafas, tapi saya istirahatkan sejenak pikiran saya dari rasa khawatir dengan berkata, "ini hanya batuk biasa dan tidak akan terjadi apa-apa dengan dirimu", kosongkan pikiran dari hal negatif yang bisa membahayakan, lalu tarik nafas dari hidung dan keluarkan lewat mulut (hindari bernafas dari mulut ketika mengalami sesak nafas, karena nafas semakin tersengal-sengal) sambil mengusap dada lalu nafas saya kembali normal.
Kecemasan sesaat seperti ini bila dibiarkan berlama-lama bisa membahayakan. Yakinkan pada diri sendiri bahwa cemas datang dari rasa takut, hanya ketenangan dari dalam diri yang bisa menyelesaikannya. Tidak ada yang bisa menolong sekalipun kamu dibawa kemanapun, alat hanya sebagai penopang saja tapi kekuatan yang ada dalam pikiran dan perasaanmulah yang bisa menolongmu, pikiran sebagai navigasimu dan perasaan sebagai penguatmu. Bebaskan ketakutanmu dengan cara melihat penyebab ketakutannya, bila takut karena ada di tempat ramai, ajak dirimu dialog bahwa semua orang yang ada disana sama sepertimu, hanya berbeda penampilan, mereka tidak akan memakanmu, mereka baik semua padamu dan kalimat menenangkan lainnya.
Bila kecemasanmu tentang masa depan, katakan pada dirimu bahwa setiap manusia membutuhkan proses dalam hidup, tidak ada yang datang tiba-tiba, kamu akan membuat perubahan yang signifikan di setiap langkahmu dan kemudahan setiap manusia tidak selalu sama. Lakukan apa yang mau kamu tuju satu demi satu, tidak harus secepat orang lain, rezeki tidak pernah tertukar, bila gagal ulangi lagi sampai berhasil. Kenali jenis kecemasanmu, terima dulu, lalu tenangkan dirimu dengan kalimat-kalimat yang positif agar air dalam tubuhmu merespon kalimatmu dan ulangi terus menerus dengan penuh keyakinan.
Setiap tindakan ada prosesnya, membutuhkan waktu tergantung dari intensitasmu untuk merubahnya dari A menjadi B. Nikmati setiap prosesnya, karena di dalam proses ada kebosanan, bila tidak dinikmati dengan baik, dalam proses itu ada kenangan, pembelajaran, ilmu dan pencerahan. Kita akan merasa terlahir kembali dari keterpurukan atau penjajahan pikiran dan merusak kehidupan pribadi, hidup ini indah bila kita mengalami kemerdekaan yang hakiki, terutama kemerdekaan dari dalam jiwa, tidak ada penjajah, tidak melekat dengan ketakutan, kesedihan dan kebencian, bebas merdeka dengan semua keinginan positif, menyembuhkan luka batin yang tersimpan menahun di memori tidak bisa dengan kalimat positif saja, tapi untuk menguatkan mental yang sedang down karena ketakutan atau kecemasan biasa bisa dikuatkan dengan kalimat positif dengan pengulangan dan keyakinan.