Cerita Perjalanan Mengikuti Jakarta Ecotourism Festival 2025

2025-10-27 12:50:17 | Diperbaharui: 2025-10-27 12:50:17
Cerita Perjalanan Mengikuti Jakarta Ecotourism Festival 2025
Poto bersama peserta Jakarta Ecotourism Festival 2025. Dokumen Jakarta Ecotourism Festival 2025.

Jakarta Ecotourism Festival 2025 ini diselenggarakan oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tujuannya adalah mempromosikan lokasi-lokasi ekowisata yang ada di Jakarta dan lebih mengenalkan tentang apa itu ekowisata dan pentingnya ekowisata di tengah ibu kota serta pentingnya pengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam kehidupan bermasayarakat.

Acara berlangsung dari tanggal 14 Oktober sampai 15 November 2025. Untuk Jakarta Selatan, peserta diajak mengunjungi Tebet Eco Park, Kebun Binatang Ragunan, dan Agro Edukasi Wisata Ragunan.

Mulai pukul tujuh pagi peserta sudah mulai berdatangan ke titik kumpul di Tebet Ecopark. Setelah registrasi dan pemberian lanyard, baju kaos serta topi saya dan perserta lain dibriefing terlebih dahulu. Ternyata selain masyarakat umum seperti saya, pesertanya juga melibatkan siswa SMA/SMK, mahasiswa, asosiasi pariwisata dan komunitas lainnya. Di hari itu ada 30 siswa Paskita Global Ciracas jurusan usaha perjalanan wisata dan perhotelan dan mahasiswa Universita Syahid yang di Grogol 9 orang. Selebihnya dari komunitas, pemotret, media dan masyarakat umum seperti saya.

Didampingi oleh Kak Rizki dan Kak Silvi sebagai pemandu tur, kami diajak berkeliling Tebet Eco Park. Oh iya, kebetulan di kesempatan Jakarta Ecotourism Festival 2025 ini, saya dapatnya di daerah Jakarta Selatan. Sepertinya pertimbangannya karena lebih dekat dengan daerah domisili.

Saya yang datang sendiri mewakili Jeko Hijau Kompasiana, akhirnya berkenalan dengan Kak Omi dan Kak Tintin. Hari itu, kami bersama hingga acara selesai.

Tebet Eco Park

Berdasarkan penjelasan dari Kak Rizki, hutan hijau di Jakarta sangat digalakkan. Sudah dimulai sejak tahun 1970-an dengan semangat berkelanjutan. Tebet Eco Park yang sebelumnya merupakan Taman Honda mulai direvitalisasi  menjadi taman hutan kota tahun 2022.  Dari yang awalnya hanya 2,5 hektar menjadi 7 hektar dengan koleksi pohonnya sekitar seribu pohon.

Di bawah rindangnya pohon leda, Kak Rizki juga menjelaskan tentang hutan kota di Jakarta secara keseluruhan. Jika diklasifikasikan. Pohon yang ada di Jakarta ada sekitar 20 jenis dari 4.000 jenis pohon yang ada di Indonesia. Dari 4.000 itu diklasifikasi lagi 400 untuk keperluan bisnis dan 200 lainnya untuk diperjual belikan. Di Tebet Eco Park sendiri ada sekitar 10-15 jenis pohon yang tumbuh rindang untuk kesejukan pengunjung dan warga sekitar.

Pohon leda yang ada di Tebet Eco Park ini misalnya bisa hidup hingga ratusan tahun dengan tinggi bisa mencapai 50-60 meter. Merupakan spesies Eucalyptus deglupa yang dijuluki pohon pelangi karena batangnya memiliki gradasi warna-warni cerah seperti oranye, hijau, merah, biru, dan kuning. Warna pelangi ini muncul karena kulit batangnya yang mengelupas secara tidak bersamaan.

Ada banyak sekali kenapa hutan kota atau sebuah kota perlu ditanami pepohonan. Salah satunya adalah untuk mempercepat penyerapan aliran air.

Dengan adanya masalah banjir dan sampah di Jakarta yang setiap tahun makin meningkat, diharapkan dengan keberadaan hutan kota dalam taman-taman hijau yang semakin digalakkan ini menjadi sedikit penyejuk. Apalagi Jakarta belum mempunyai sistem drainase yang bagus. Tidak heran kalau diperhatikan, rata-rata taman yang ada di Jakarta terjadi pengerukan. Jakarta Utara saja misalnya dari tahun 1954 sudah mengalami penurunan sedalam 5 meter.

Target pemerintah Jakarta adalah 30% daerah di Jakarta dijadikan taman dan hutan kota. Tidak salah jika mempunyai taman golf yang disulap menjadi taman kota. Mengingat target yang tercapai baru hanya 6%.

Selain itu masih menurut Kak Rizki, masyarakat yang misalnya mempunya taman di halaman rumahnya atau berhidroponik sudah sangat menyumbang terhadap sirkulasi udara Jakarta. Oleh sebab itu, peserta tur di akhir acara diberikan sebuah ikrar agar memulai untuk setidaknya membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon dan lain-lain.

Setelah menjelaskan panjang lebar seputar Tebet Eco Park dan hutan kota Jakarta, kemudian kami diajak berkeliling Tebet Eco Park. Tak lupa melewati jembatan ikoniknya serta berpoto atau membuat konten promosi tentunya.

Kebun Binatang Ragunan

Sebelum berada di Jakarta Selatan, dulunya kebun binatang berada di Daerah Cikini. Tahun 90 an, barulah pemerintah pusat memerintahkankebun binatang dipindahkan dari Cikini ke selatan seperti yang kita lihat sekarang. Dengan luas 147 hektar, kebun binatang Ragunan selain berfungsi untuk konservasi (salah satunya orang utan) juga berfungsi sebagai hutan kota.  Ragunan ditata sedemikian rupa dengan sebagiannya masih dikembangkan menjadi suatu kebun binatang yang modern sebagai identitas Kota Jakarta. Satwa yang ada di Ragunan lebih dari 2.281 ekor da nada 65.263 pohon yang membuat suasana lingkungannya sejuk dan nyaman.

Di Ragunan kegiatan yang kami lakukan adalah ecoprint yang dipandu oleh INA ecoprint. INA ecoprint merupakan komunitas atau UMKM yang didirikan oleh Bu Iyes, Nurul dan Aminah disingkat menjadi INA. Ecoprint adalah teknik membatik yang menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, bunga, dan batang untuk menciptakan motif langsung pada kain. Biasanya menggunakan bunga kenikir, tapak dara, daun kalpataru, jankis, jati dan lainnya.

Ecoprint adalah hal baru bagi saya. Sebeleumnya saya hanya tahu kalau daun dan bunga itu untuk pewarna alami saja. Ternyata bisa lho diaplikasikan langsung ke media kainnya.

Belajar ecoprint. Dokumentasi pribadi/Zar_Pit.

Setiap peserta sudah disediakan masing-masing satu palu dan talenan sebagai alat untuk ecoprint. Oh iya kali ini teknik ecoprint yang digunakan adalah teknik pukulan atau pounding yaitu daun dan bunga dipukul dengan palu kayu untuk memindahkan pigmen warna dan bentuk ke kain. Selain kain bisa juga menggunakan kertas tahan air. Kali ini kami memakai kain sebagai media.

Teknik ecoprint lainnya adalah teknik kukus atau steaming.  Yaitu kain yang sudah diberi motif digulung atau dilipat rapi, lalu dikukus selama beberapa jam untuk memperkuat warna dan motif. Setelah dikukus dan dingin, kain direndam dalam larutan tawas, cuka, atau kapur untuk mengunci warna agar tidak luntur saat dicuci.

Alasan kenapa menggunakan teknik pounding karena waktunya yang singkat dan langsung terlihat aplikasinya. Tidak mungkin kami menunggu seharian untuk aktifitas ecoprint saja bukan?

Seru sekali belajar ecoprint. Ketika semua peserta secara serentak memukul-mukulkan daun dan bunga ke atas kain, terdengar irama nada yang menyeruak ke sekitar sudut kebun binatang Ragunan. Bukan yang memekakkan telinga tapi terbentuk nada dan irama tersendiri menjadi melodi indah. Menjadi pengalaman tak terlupakan.

Selesai dengan ecoprint dan menyantap hidangan makanan siang serta snack, kami diajak bersepeda keliling Ragunan. Saya yang sudah lama tidak mengendarai sepeda, menjadi candu sekali. Menghirup segarnya udara di Ragunan dan melihat satwa-satwa di sekitarnya membuat hati menjadi hangat dan nyaman. Setengah jam lebih tidak terasa sepedaan keliling Ragunan.

Bersiap bersepeda keliling Ragunan. Dokumentasi pribadi/Zar_Pit.

Jangan khawatir, kalau tidak kuat bersepeda biasa juga ada tempat penyewaan sepeda listrik, scooter dan lainnya kok. Selain koleksi satwa dan faunanya yang lengkap, fasilitasnya juga memadai. Plus udaranya sejuk. Kapan terakhir kamu ke Rangunan?

Agro Edukasi Wisata Ragunan

Tempat terakhir ekowisata untuk Jakarta Selatan adalah agro edukasi wisata Ragunan. Berada tidak jauh dari kebun binatang Ragunan dan dekat dengan tol lingkar luar TB Simatupang. Di sini kami diajak belajar urban farming, melihat smart gren house serta melihat perikanan dan peternakan.

Saya yang memang hobi bercocok tanam, sangat senang diajak ke tempat seperti ini. Sejak kecil saya sudah hobi menanam. Bukan menanam bunga tapi menanam misalnya cabe, terong, kunyit ataupun tanaman lain yang kita butuhkan seharti-hari untuk keperluan dapur dan rumah tangga. Sekarang di rumah juga saya menanam beberapanya walau dengan lahan sempit dan menggunakan bahan dan peralatan seadanya seperti galon bekas, jirigen bekas. Dulu saya pernah menggunakan plastik bekas minyak goreng. Tidak ada alasan sebenarnya untuk tidak menanam di rumah.

Kami diajak berkeliling dan dijelaskan secara garis besar tentang apa saja yang ada di agro edukasi wisata ragunan. Melihat berbagai jenis sayuran dari kangkung, bayam dan lainnya, buah-buahan seperti manga, alpukat dan lainnya, ada juga tanaman hidroponik yang dibuat di dalam container bekas. Lalu diajak ke peternakan ayam dan sapi. Beberapa peserta diajarkan langsung teknik memerah susu sapi.

Terakhir sebelum pulang kami diberikan masing-masing satu pot tanaman. Ada cabe rawit dan terong. Saya memilih terong karena di rumah sudah punya cabe.

Bibit terong yang saya bawa pulang. Dokumentasi pribadi/Zar_Pit.

Setelah dari Agro Edukasi Wisata Ragunan, kami diajak terlebih dahulu makan malam. Seru sekali pengalaman sehari penuh tersebut.

Selain Jakarta Selatan, acara Jakarta Ecotourism Festival 2025 ini juga diselenggrakan di Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara serta Kepulauan Seribu.

 Salam admin.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
1 Orang menyukai Artikel Ini
avatar