Hi, Koteker dan Kompasianer.
Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana sudah mengajak kalian untuk mendengarkan admin baru Koteka, mbak Palupi Mustajab. Eks diplomat yang terakhir pernah menjabat sebagai staff pensosbud itu sekilas menceritakan keindahan Wina dan pengalamannya bekerja di sana. Pesannya, bagi para diplomat perempuan harus bisa membawa diri karena renta pelecehan seksual. Selain itu, bekal talenta berkesenian juga menjadi hal penting yang harus diingar. Nggak hanya soal kuliner tapi juga tarian. Makanya, mbak Palupi bilang bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar menari lagi. Kesibukannya pada masa pensiun sebelum bergabung dengan Koteka adalah belajar menari. Semangat banget, bukan. Kalian yang muda jangan sampai kalah.
Dalam zoom, moderator Gana Stegmann menampilkan salah satu video di mana mbak Palupi menari Roro Ngigel. Tarian kreasi modern itu menggambarkan seorang gadis yang sedang tumbuh dewasa. Asyik dan bangga banget melihat diaspora menari di luar negeri, ya. Kalian jangan kalah untuk tampil di panggung, walau di tingkat lokal, bukan internasional.
Dari Wina, Mimin ajak kalian ke Jakarta, di mana seorang dalang, Ki Eko Setyono, S.Pd dari Sendhang (Seniman Dhalang Ngayogjakarta) akan berbagi tentang pengalamannya mendalang. Selain itu, ada pecinta wayang kulit yang akan mendampingi pak dalang. Mengapa mereka mencintai dalang? Kapan pertama kali belajar mendalang? Mengapa belajar itu? Berapa koleksi wayang yang mereka punyai? Bagaimana perawatannya? Berapa dana yang harus dikeluarkan untuk memiliki koleksinya? Sinden luar negeri mana yang jadi favorit? Banyak dalang luar negeri yang pentas, ditanggapi positif atau negatif? Tokoh wayang favorit mereka apa, sih? Mimin yakin, banyak pertanyaan yang muncul di kepala kita. Mari bertanya. Makanya, kami undang kalian untuk hadir pada:
- Hari/Tanggal: Sabtu, 18 November 2023
- Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 10.00 CET Berlin
- Link zoom: DI SINI
Nah, kalian yang pernah menonton wayang, pernah membaca cerita tentang dunia pewayangan atau sekedar tertarik tahu mengapa ada orang bisa mencintai wayang dengan hati, apalagi di zaman now ini. Tahu kan kalau main wayang atau nonton wayang itu semalam suntuk? Kuat, kan? Sediakan kopi, sebelum ngantuk berlanjut.
Mimin berharap dengan obrolan online ini akan memotivasi generasi muda untuk melestarikan budaya bangsa. Generasi tua agar nggak sendirian dalam berupaya mencintai wayang kulit dari waktu ke waktu. Supaya nggak hanya orang asing yang belajar budaya kita dan melestarikannya, kan. Ini akan menjadi berita baik bagi negara kita tercinta, hingga budaya Indonesia makin luhur dan agung di kancah dunia. Kalian yang nanti bergabung dalam acara, sama saja dengan mendukung kelestarian budaya bangsa kita ini dan ikut aktif mempromosikan wisata budaya negara kita bersama-sama. Wayang kulit adalah aset budaya yang luar biasa dan unik bagi wisatawan yang berkunjung di seluruh pelosok tanah air. Tema ini dipilih juga demi memperingati hari Wayang nasional 9 November. Kalian sudah pernah nonton wayang kulit dalam hidup ini, bukan? Jika belum, nggak ada kata terlambat untuk mencari jadwal wayangan berikutnya di daerah kamu.
"Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita bangkitkan pariwisata Indonesia" (Menparekraf RI, Sandiaga Uno, Kotekatalk-83, 2 April 2022).
Jumpa Sabtu.
Salam Koteka. (GS)