Kotekatalk-254: Serunya Sekolah Lagi di Jerman dan Jadi Guru
Jadi guru di Jerman, yuk! (dok. Gana/Siti)

Kotekatalk-254: Serunya Sekolah Lagi di Jerman dan Jadi Guru

Mulai : Sabtu, 15 November 2025 16:00 WIB
Selesai : Sabtu, 15 November 2025 16:40 WIB
zoom
0
12
53
13
Hari Jam Menit Detik
0 Peserta Mendaftar

Hi, Koteker dan Kompasianer, apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.

Minggu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana, Pesanggrahan Indonesia dan Ria Bavaria Akademie sudah menggelar Kotekatalk-253 dengan tema, Serunya Mengajar Tarian Indonesia di Kelheim. Ada narasumber, mbak Ria atau Maria Yusniar Giesen yang sudah berbagi cerita. Dia adalah seorang aktivis sosial dan penggerak komunitas MKM dan Migran Indonesia di Kelheim, Jerman. Aktif dalam kegiatan interkultural, sosial dan integrasi masyarakat, bekerja sama dengan Integration Kelheim dan Caritas Kelheim. Tujuan mulianya adlaah membantu membangun jembatan antara budaya Indonesia dan Jerman melalui kegiatan sosial, pendidikan dan kebudayaan. 

Bagaimana mbak Ria memulai hidup di Jerman? Ia datang ke Jerman pada tahun 2014. Mulai tahun 2017, perempuan yang besar di Yogyakarta itu mulai menari di acara ulang tahun teman, kerabat dan tetangga. Senang sekali bahwa apresiasi warga lokal luar biasa. Apalagi ada uang lelah sekali menari 180 euro atau Rp 3.240.000 an. Lumayan, ya.

Kok, bisa mbak Ria pandai menari? Ternyata, waktu di Yogya, yang notabene kota seni, ia belajar menari sejak kecil. Bapaknya dulu tentara dan eyang adalah abdi dalem. Di sanalah ia ikut menari di sanggar tari belakang keraton. Nggak heran kalau ia tahu betul makna tari Gambyong, yang nggak hanya tari penyambutan tamu tapi juga merupakan doa, misalnya saat mengibas selendang, ada panjatan puja-puji pada-Nya supaya acara lancar, nggak hujan dan seterusnya. Mana kalau mau menari Gambyong, katanya harus puasa, supaya doanya terkabul.  Waktu dewasa, mbak Ria jadi demen ngamen di Malioboro, menjadi seniman jalanan. 

Senang sekali bahwa dari tahun ke tahun, ada perhatian dari pemda setempat. Buktinya, mbak Ria bersama Pesanggrahan Indonesia, berhasil mendapatkan kesempatan mengikuti Interkurturelle Woche di Kelheim. Di sana, ia bersama tim termasuk Koteka, boleh unjuk gigi pada tanggal 4 Oktober dan 10 Oktober 2025. 

Nggak salah kalau mbak Ria memboyong barang-barang keindonesiaan seperti angklung, kulintang dan gamelan dalam kontainer dan dikirim ke Jerman untuk mendukung kegiatan soft diplomacy yang dilakukannya. Katanya lagi, ini ada hard selling berupa menjadi jembatan untuk para UMKM. Niatnya membantu para ibu rumah tangga atau golongan ekonomi lemah yang memiliki kemampuan menjual produk rumahannya di Jerman dan sekitarnya. 

Nah, kalian yang minat mengikuti pendidikan di Jerman, ada syaratnya; cakap berbahasa Jerman dan memiliki ketrampilan. Siap ke Jerman?

Dari Kelheim, kita ke Seitingen. Ada Kotekatalk-254 yang akan menggelar tema "Serunya Sekolah Lagi di Jerman dan Menjadi Guru." Gana Stegman akan berbagi pengalaman menempuh pendidikan Ausbildung PGTK di usia yang ke 45 dan menjadi guru kelas 1-6 di sekolah publik Jerman pada usia 50 tahun ini.

Simak perbincangannya pada:

  • Hari/Tanggal: Sabtu, 15 November 2025
  • Pukul: 16.00 WIB/ 10.00 CET Berlin
  • Link: DI SINI

Bagaimana caranya mendapatkan kesempatan Ausbildung, pendidikan khusus di Jerman? Apa tipsnya supaya lulus dengan aman? Fasilitas apa saja yang didapat selama Ausbildung? Bagaimana caranya melamar menjadi guru di sekolah Jerman?  Bagaimana rasanya menjadi guru di Jerman? Apa bedanya dengan mengajar di sekolah Indonesia? Berapa gajinya? 

Untuk tahu jawabannya, jangan lupa bergabung Sabtu sore.

"Buah durian harum baunya, buah manggis manis rasanya. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita keliling dunia."

Jumpa Sabtu sore.

Salam Koteka. (Gana Stegmann)

 

 

0 Peserta Mendaftar


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar