Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana dan Pesanggrahan Indonesia e.V sudah mengundang Susanti untuk menceritakan pengalamannya mendapatkan working and holiday visa (WHV) di Australia. Susanti adalah salah satu peserta Kotekatalk, yang sampai hari ia menjadi narsum, sudah diselenggarakan selama 194 kali!
Diaspora itu mengisahkan apa saja beberapa syarat untuk mengikuti jejaknya, mendapatkan WHV:
- Berusia 18-30 tahun
- Lulusan D3 atau sarjana.
- Memiliki kartu identitas yang diakui
- Mahir berbahasa Inggris dengan dibuktikan dengan sertifikat minimal PET 30, IELTS 4,5, IBT 32 dan Cambridge 147
- Tidak sedang dicekal sebuah negara
- Memiliki penyetaraan ijazah
Info itu ia dapatkan dari kementrian luar negeri Australia. Cari di internet, yuk! Untuk tahun pertama, peserta dimintai 650 AUD dengan masa tinggal 12 bulan. Tahun kedua dan ketiga bisa diperpanjang masing-masing 12 bulan. Asyik banget, ya. Mendapatkan visa kelas 462 bisa kerja di sektor mana aja.
Selain kerja bisa jalan-jalan, lho. Susanti yang tinggal di Brisbane, mengumbar dokumentasi jalan-jalannya ke:
- Brisbane clock tower
- Gold cost
- Arizac square
- Kunilpa bridge (di mana ada tulisan XXL "Brisbane")
- Jumper and jazz festival 2024
- PL Travers Park
- Allora Historical Museum
- St. Mary church
- Rotary Park
- Brisbane city hall
- Stanthorpe
Kata perempuan lulusan universitas Pajajaran, walau peserta Kotekatalk banyak yang nggak tahu tentang WHV, untuk mendapatkan program ini susah karena banyak yang melamar alias rebutan. Wah, selama ini kita ke mana, ya, sampai nggak ngerti info? Ini gunanya bergabung dengan Komunitas Traveler Kompasiana, ada banyak wacana.
Dari Australia, Mimin ajak ke Korea Selatan. Anyong Haseyo!
Adalah M. Khoiron Ferdiansyah. Dosen UPGRIS itu lulusan Universitas Brawijaya Jurusan Ilmu Pangan dan Teknologi. Kemudian, menempuh program master di UGM. Sekarang sedang menjadi mahasiswa S3 di universitas nasional Jeonbuk. Semoga bulan Februari tahun 2025 segera lulus dan wisuda.
Penerima GKS atau Global Korea Scholarship itu auditor halal dari BPJPH. Di sela-sela kesibukannya, pria yang pernah menjadi auditor halal di Korea Testing Certification itu menulis buku "Inspirasi Negeri PPalli-Ppalli, Ragam Rupa Kehidupan Korea Selatan."
Apa saja isinya? Bagaimana ia mengatur waktu belajar dan menulis buku? Mengapa ia menuliskan kehidupan Korsel? Apa inspirasi Korsel yang bisa diterapkan di Indonesia? Bagaimana ia bisa mendapatkan beasiswa di Korsel? Apakah keluarganya ikut ke Korsel? Bagaimana proses pencetakan buku tersebut? Bagaimana minat masyarakat terhadap buku itu? Mengapa Korsel sangat erat dengan image kimchi, ginseng dan film "Busan"?
Untuk tahu lebih banyak tentang jawabannya, Komunitas Traveler Kompasiana dan International Office UPGRIS Semarang mengundang kalian untuk hadir pada:
- Hari/Tanggal: Sabtu, 28 September 2024
- Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
- Link zoom: DI SINI
- Meeting ID: 876 7419 9882
- Passcode: 240929
Bedah buku bersama mas Khoiron ini Mimin yakin akan membuka wawasan dan cakrawala kalian akan dunia ini. Jangan seperti katak di dalam tempurung. Dunia itu luas. Jadi, jangan ketinggalan untuk bergabung, ya.
"Buah durian harum baunya. Buah manggis manis rasanya. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita keliling dunia" (KOTEKA)
Sampai jumpa Sabtu.
Salam Koteka. (GS)