Simak "Legenda Kopi Van Bogor" dalam Kotekatalk-180 Bersama Kang Bugi
Sudah tahu legenda kopi Bogor? Ngobrol, yuk! (dok. Artive-studio/Letterhend Studio)

Simak "Legenda Kopi Van Bogor" dalam Kotekatalk-180 Bersama Kang Bugi

Mulai : Minggu, 16 Juni 2024 16:00 WIB
Selesai : Minggu, 16 Juni 2024 16:40 WIB
Zoom
00
00
00
00
Hari Jam Menit Detik
0 Peserta Mendaftar

Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia?

Minggu lalu, Mimin sudah mengajak kalian bergabung di Kotekatalk- 179. Narasumber, mbak Gana Stegmann sudah menceritakan pengalaman serunya naik kuda selama satu jam di Gedong Songo. Menyusuri candi-candi yang letaknya berjauhan satu sama lain itu memang sesuatu. Keindahannya pasti akan semakin mencorong jika cuaca mendukung; langit biru dan kuning emas sinar matahari yang merekah. Sayang, nggak semua manusia bisa jadi pawang hujan.

Gedongsongo yang merupakan peninggalan zaman Syailendra abad ke -7 merupakan destinasi yang cocok buat kalian yang suka tantangan. Selain perjalanan naik-turun yang sangat membutuhkan energi yang cukup dan kaki yang kuat, suhu udara dingin dan kabut akan menjadi hal yang kadang menyulitkan selama perjalanan. Belum lagi kalau hujan turun. Jika nggak bawa payung sebelum hujan, basahlah badan. Jika kalian lupa, ngga perlu khawatir karena di sana ada jasa pinjam payung Rp 5.000. Perjalanan dengan kuda merupakan tantangan yang bikin deg-deg an.  Menurut mbak Gana, mengendarainya harus mengikuti petunjuk pawang kudanya. "Saat jalan menurun, kedua kaki mengarah ke depan, ke arah kepala kuda. Maksudnya, supaya keseimbangan kuda terjaga." Hati kacau juga karena tetap saja, kuda hampir terpeleset menyusuri jalan paving dari satu candi ke candi satunya. 

Berjalan kaki mengelilingi candi pastinya sesuatu dan romantis banget. Jika nggak punya banyak waktu, kata mbak Gana, naik kuda betul-betul menjadi alternatif bagus. Maklum, hanya dengan waktu 40 menit - 1 jam, kita bisa melihat keindahan tempat demi memuja para Dewa-Dewi zaman dulu itu. Harganyapun terjangkau, Rp 120.000,00. Untuk yang ingin mendapatkan foto keren, bisa pinjem jasa fotografer yang akan membandrol angka RP 20.000 per candi. Tinggal mengalikan saja, jumlah candi ada berapa? Konon, ada kopi digitalnya. Ternyata, narsum beruntung, karena pawang kuda menawarkan jasa memotret gratis dengan kamera HP. Sebagai gantinya, mbak Gana memberikan tips sebanyak Rp 100.000 kepadanya karena kalau ada 7 candi yang difoto fotografer, sama saja dengan Rp 140.000. Ini gratis! Namun, tidak ada yang gratis di dunia ini, kata Esmeralda.

Selain bercerita tentang pengalaman seru kuda-kudaan itu, mbak Gana memulai dengan prolog tentang sejarah Gedongsongo, lokasi dengan batas wilayah yang ternyata membuat kita ngiler ingin mampir ke tempat bagus seperti Rawa Pening di Ambarawa, atau belanja sayur, bunga dan buah di Bandungan. Nggak jauh, kok!

Kemudian cara mencapai lokasi dari Semarang atas atau Semarang bawah, merupakan sebuah gambaran penting bagi kita para calon wisatawan. Jika nggak  pakai kendaraan pribadi, masih bisa kok, dengan transportasi umum yang murah-meriah. Tapi, pakai lama, sih.

Ya, sudah, kalian yang belum pernah ke sana, silakan mereka-reka rencana. Selain naik kuda tadi, melihat candi, wisata belerang, kulineran dan shopping hasil UMKM adalah hal-hal yang nggak boleh kalian lewatkan selama di sana. 

Baiklah, dari Semarang atas, Komunitas Traveler Kompasiana bekerjasama dengan Pesanggrahan Indonesia e.V menggandeng Komunitas VLOMAYA, Vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya. Ada Kang Bugi alias Bugi Sumirat selaku admin Vlomaya yang akan berbagi kisah tentang kehebatan legenda kopi dari Bogor, pada:

  • Hari/Tanggal: Minggu, 16 Juni 2024
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
  • Link: di sini

Bugi Sumirat adalah pria kelahiran Jakarta yang sekarang bermukim di Bogor. Kang Bugi adalah seorang peneliti di Badan Riset dan Inovasi Lingkungan. Nggak salah kalau dekat dengan kopi, bukan? Kang Bugi juga dikenal dengan penampilannya dalam Kompasianival. Sebagai dalang si Otan, ia tampil menawan. Kalian tahu siapa itu Otan? Nanti bisa tanya-tanya juga, deh.

Ok. Mimin tunggu kehadiran kalian, ya. Sebenarnya, apa sih kehebatan kopi Bogor dibanding kopi lain dari Indonesia? Mengapa Kang Bugi mencintai kopi? Mengapa narsum suka membeli biji kopi dalam setiap perjalanannya dan digiling sendiri? Apa tips dan trick menggiling kopi sendiri? Dari mana ia belajar menggiling kopi? Apa yang menjadi faktor penting untuk membuat kopi Indonesia sejajar dengan kopi luar negeri? Bisa nggak kopi kita go internasional? 

Untuk tahu banyak jawabannya, semua akan dikupas di Kotekatalk-180 bersama Kang Bugi. Ini pasti akan semakin membuat kalian bangga menjadi orang Indonesia. Kekayaan Indonesia yang semakin membuat kita yakin "Wonderful Indonesia."

"Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita bangkitkan pariwisata Indonesia" (menparekraf RI Sandiaga Uno dalam Kotekatalk-83, 2 April 2022).

Sampai jumpa Sabtu.

Salam Koteka. (GS)

 

0 Peserta Mendaftar


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar