Simak Perayaan Idul Adha di Jerman dalam Kotekatalk-181
Perayaan Idul Adha di Jerman (dok. Sattri/Siti/Gana)

Simak Perayaan Idul Adha di Jerman dalam Kotekatalk-181

Mulai : Sabtu, 22 Juni 2024 16:00 WIB
Selesai : Jumat, 21 Juni 2024 16:40 WIB
Zoom
00
00
00
00
Hari Jam Menit Detik
0 Peserta Mendaftar

Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.

Hari Minggu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana, Vlomaya dan Pesanggrahan Indonesia e.V, sudah mengajak kalian untuk berbincang tentang legenda Kopi Bogor yang disampaikan oleh admin Vlomaya, Kang Bugi. Pria bernama asli Bugi Sumirat itu kelahiran Jakarta tapi memang lama di Bogor, jadinya seru banget menceritakan kita pengalaman beliau mengenal kopi, mencintai kopi, koleksi kopi sampai meraciknya sendiri. 

Kang Bugi juga tiktoker. Ini akibat memenuhi style Kompasiana yang mulai memotivasi bloggernya untuk membuat video di youtube. Pria berusis 58 tahun itu mengatakan bahwa ia mulai menyukai kopi sejak berada di Australia, di mana ia sadar pembimbingnya memotivasi untuk menikmati kopi. Hidup satu kali nggak menyeduh kopi, rugi! Apalagi ada mesin kopi di kampus, hanya dengan membayar 50 sen sudah bisa seduh. Dosennya itu lebih memilih untuk pergi ke cafe walau mahal, untuk menghirup kopi karena kenikmatannya tiada dua. Mesin vs manusia? Manusia masih menang dalam meramu kelezatannya. Ia juga ingat bahwa kopi sebenarnya bisa menjadi aset wisata keren di tanah air. Misalnya, jika di Jambi, dulu dikenal mistik imagenya, sekarang karena ada kopi serampas, kalau orang dengar "Jambi" identik dengan serampas. 

Untuk meramu biji kopi yang selalu dibawa sebagai oleh-oleh dari perjalanan wisatanya atau perjalanan dinasnya, kang Bugi memiliki alat-alat khusus. Penggiling kopi, penyaring kopi dan tekonya diperlihatkan dalam layar. Penonton terkesima. Sampai segitunya, ya? Tekun sekali, contoh yang baik. Mimin tertegun dan segera mencari di dapur, apakah ada di antara lemari? Bisa ikut meracik sendiri.

Kopi adalah salah satu kekayaan Indonesia yang pantas menjadi komoditi ekspor dan tentu saja sebagai salah satu daya tarik wisata kuliner kita. Sambil jalan-jalan, bisa ngopi syantik. Apalagi di Bogor? Kota yang punya segudang kopi legendaris seperti cap teko yang muncul tahun 1950 oleh reseler, kopi cap Liong yang ada sejak 1945 dan dikenalkan oleh Linard Yap. Kopi cap sipit kacamata, yang rilis tahun 1925 oleh Yoe Hong dan cap oplet taun 1975 dari pemilik sabun cap oplet.

Menurut dalang si Otan itu, kopi di Bogor macam-macam, ada yang tanpa gula, dengan gula, kopi susu, kopi susu UHT, kopi nongki-nongi di cafe. Jadinya sebenarnya, kopi kita sudah wahid tapi yang kurang dari kopi kita adalah promosinya. Makanya, zoom kali itu termasuk salah satu upaya kembali menggaungkan kopi Bogor. Kalian sudah coba? Mimin sudah dapat kopi Liong! Kamu bagaimana, nih?

Dari Bogor, Indonesia, Mimin mau mengajak kalian ke Jerman. Kali ini ke Bonn, di mana artis kita Siti Asiyah akan menggambarkan bagaimana diaspora di Jerman berkumpul dan merayakan Idul Adha bersama-sama. Pasti beda ya, walaupun intinya sama, ibadah.

Untuk itu, Mimin mengundang kalian untuk hadir pada:

  • Hari/tanggal: Sabtu, 22 Juni 2024
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
  • Link: Di sini

"Buah durian harum baunya, buah Manggis manis rasanya. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita keliling dunia" (Mimin Koteka).

Jumpa Sabtu.

Salam Koteka. (GS)

0 Peserta Mendaftar


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar