Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.
Sabtu lalu, masih dalam suasana pertandingan sepak bola piala Eropa yang diadakan di Jerman, Komunitas Traveler Kompasiana dan Pesanggrahan Indonesia mengundang Kompasianer penggiat olah raga, Irfan Maulana untuk menceritakan keseruan menonton pertandingan tersebut ramai-ramai dengan menghirup kopi di desa Sukatani, Tangerang.
Desa Sukatani adalah salah satu desa di tanah air yang terkenal dengan produksi berasnya. Nggak heran jika masih ada pabrik beras yang sejak zaman kakek-nenek masih ada sampai hari ini. Bahkan pabrik itu yang menjadi tempat nobar di mana Irfan bersama 100-150 kawan-kawan lainnya menikmati piala Eropa. Senang sekali mendengar penuturan Irfan bahwa mayoritas penduduknya masih petani walaupun ada mata pencaharian lain dari penduduknya. Maklum, sudah banyak yang nggak mau panas-panas mengolah sawah atau ladang. Padahal negeri kita terkenal sebagai negeri agraris, bercocok tanam.
Kalian mau ke sana melihat sawah, ingin praktek merasakan jadi petani, ingin tahu bagaimana keseharian para petani? Bertandanglah segera. Untuk menuju desa berpenduduk 3000-5000 ini, Irfan mengatakan masih perlu renovasi jalan. Dari bandara, desa bisa ditempuh selama 1-2 jam perjalanan dengan mobil pribadi atau kendaraan umum. Lewatnya exit di Cikupa lalu ke pasar Kamis.
Lebih lanjut tentang nobar, Irfan mengungkapkan bahwa informasi kapan dan di mana nobar digelar disebarkan melalui whatsapp group. Sehingga panitia kampung Gandaria tahu berapa kapasitas yang bisa ditampung, berapa kursi yang harus disiapkan. Walaupun banyak juga yang duduk di tikar, sih. Namun, jika diorganisir dari awal, nampaknya lebih tertib. Ternyata ada juga yang taruhan, karena punya jago masing-masing. Biasanya hasil taruhan akan dibagi untuk makan bareng-bareng. Dari kita kembali ke kita. Lucunya, yang jagonya kalah tetap bisa melow. Siapa bilang laki-laki nggak boleh sedih? Diledekin jagonya kalah, sakitnya tuh, di sini.
Karena acara digelar di Eropa pada malam hari atau pagi-pagi sekali waktu Indonesia, pasti ngantuk ya? Kopi Indonesia menjadi penahan kantuk. Sehingga nonton bolanya nggak ketiduran. Untungnya, Irfan masuk kerja jam 9 pagi, makanya ia bisa tidur sehabis subuhan sebentar supaya nggak ngantuk karena harus seharian bekerja.
Demikian Kotekatalk-185 tentang desa Sukatani dan nobar di sana, sebagai bagian dari seri "Wonderful Indonesia."
Dari Indonesia, kita terbang ke Eropa. Kali ini ke Swiss. Adalah mbak Christiana Dessynta Siswijana. Perempuan kelahiran Semarang, 15 Desember 1972 itu kini tinggal di Swiss dan kebetulan sedang berada di Bali. Sejak tahun 2000 berada di Swiss dan sempat bekerja di advertisement company di Zuerich selama 2,5 tahun. Sejak 2013 aktif di berbagai organisasi sosial, politik, kerohanian dan kebudayaan. Pada tahun 2018 bergabung sebagai relawan kawal pemilu dan pengurus GWJ Swiss. Di Organisasi kerohanian, Perki sejak bergabung sampai sekarang menduduki posisi sebagai Badan Pengurus Harian dan Ketua Komunitas Katolik di Swiss. Pada tahun 2000, sebagai bendahara umum pada Perhimpunan Diaspora di Eropa, sampai dengan bulan Desember 2022.
Apresiasi yang diperoleh, karena kecintaan dan sebagai pemerhati budaya Indonesia, khususnya kebaya dan wastra Indonesia, pada tanggaö 4 April 2021 mendapatkan Anugerah Kebaya yang diselenggarakan oleh Kongres Nasional Berkebaya di Jakarta. Sesuai dengan amanah dari gerakan Perempuan Berkebaya Indonesia, membentuk organisasi PBI di Eropa yang memiliki 60 anggota dari 12 negara.
Mengapa mbak Chris mencintai kebaya? Ada berapa koleksinya? Di mana membelinya dan berapa harganya? Adakah cerita di balik setiap kebaya yang dikenakannya? Bagaimana cara merawat kebaya supaya awet? Bagaimana proses pendaftaran Kebaya goes to UNESCO? Apa itu PBI? Bagaimana pengalaman mengurusinya? Ada tips bagi teman-teman diaspora yang mungkin ingin mengikuti jejak perempuan pecinta kebaya?
Untuk tahu jawabannya, Mimin ajak kalian untuk hadir pada:
- Hari/Tanggal: Sabtu, 27 Juli 2024
- Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
- Link: di sini
"Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita bangkitkan pariwisata Indonesia." (Menparekraf RI, Sandiaga Uno dalam Kotekatalk- 83, 2 April 2022).
Salam Koteka.(GS)