LitKom Ikut Gelar 40 Hari Wafatnya Sastrawan Abdul Hadi WM

2024-01-30 08:27:07 | Diperbaharui: 2024-01-30 08:27:07
LitKom Ikut Gelar 40 Hari Wafatnya Sastrawan Abdul Hadi WM
Abdul Hadi WM. Foto: Kompas TV

Puluhan komunitas sastra di Jakarta dan sekitarnya akan menggelar acara 40 hari wafatnya sastrawan besar Abdul Hadi WM. Kegiatan yang didukung Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini, digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada 26 Februari 2024.

Sejumlah sastrawan dan penyair nasional seperti Sutardji Calzoum Bachri, Jose Rizal Manua, Remmy Novaris DM, Imam Ma’arif, Chavchay Saefullah, Reda Gaudiamo hingga Gayatri Widotami, putri Abdul Hadi WM, direncanakan menjadi pengisi acara bertajuk 40 Hari Abdul Hadi WM. 

Menurut Ketua Panitia, Nanang R Supriyatin, kegiatan 40 Hari Abdul Hadi WM akan diisi dengan doa bersama, pembacaan puisi, testimoni dari para sahabat, serta diskusi yang rencananya menghadirkan Nirwan Dewanto, Arief Joko Wicaksono, Maman S Mahayana, Jamal D Rahman, dan Mahwi Air Tawar.

“Acara ini dilandasi semangat untuk memberikan penghormatan atas kiprah dan karya Abdul Hadi WM yang telah mewarnai jagat kesusasteraan Indonesia. Kami berharap karya-karya beliau terus hidup, lintas zaman,” ujar Nanang usai memimpin rapat panitia, Senin (29/1/2024) di TIM. 

Nanang berharap, kegiatan 40 Hari Abdul Hadi WM bisa menjadi tradisi, baik bagi komunitas sastra maupun masyarakat secara umum. “Kematian seorang sastrawan adalah kehilangan bagi bangsanya,” tegas penyair senior itu.

Sementara menurut Moktavianus Masekha yang didapuk sebagai Koordinator Seksi Acara, kegiatan akan dibagi dalam beberapa sesi. “Diskusi akan kita bagi menjadi dua sesi, sementara testimoni dan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan tari sufi akan dipentaskan secara selang-seling,” kata Okta, sapaan akrab Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) itu.

Di tempat yang sama, anggota DKJ Imam Ma’arif mengatakan, kegiatan peringatan 40 hari wafatnya Abdul Hadi WM merupakan bentuk kepedulian para sastrawan, penyair dan seniman. Oleh karenanya DKJ memberikan support penuh pada kegiatan tersebut di mana Wakil Ketua DKJ Hasan Aspahani, bertindak sebagai pengarah acara. 

Komunitas yang terlibat dalam kegiatan 40 Hari Abdul Hadi WM antara lain TISI, Jagat Sastra Milenia (JSM), Komunitas Sastra Jakarta Timur (KSJT), Dapur Sastra Jakarta (DSJ), Komunitas Planet Senen (KoPS), Sastra Reboan, Istana Puisi, Forum Sastrawan Indonesia (FSI), Literasi Kompasiana (Litkom), SATARUPA Perempuan Pekerja Seni, Koloni Seniman Ngopi Semeja (KSENGSEM) Depok, Komunitas Seni Rupa, dll.

“Kami masih menunggu konfirmasi beberapa komunitas sastra yang akan ikut meramaikan,” ujar Sekretaris Panitia Rissa Churria.

Sebagai catatan, Abdul Hadi Widji Muthari lahir di Sumenep, Madura 24 Juni 1946 dan wafat pada Jumat, 19 Januari 2024 di Jatiasih, Bekasi. Tumbuh di lingkungan pesantren, Abdul Hadi WM menikah dengan Tejawati dan dikarunia 3 putri. 

Abdul Hadi WM menyelesaikan pendidikan dasar dan sekolah menengah pertama di kota kelahirannya, Sumenep, sebelum hijrah ke Surabaya hingga lulus SMA. 

Abdul Hadi WM sempat melanjutkan studi ke Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan meraih gelar sarjana muda (1965-1967). Kemudian, pindah ke Fakultas Filsafat di UGM hingga mencapai tingkat doktoral (1968-1971). 

Abdul Hadi WM juga sempat belajar antropologi budaya di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, namun tidak selesai. Saat menjadi penulis tamu dan dosen Sastra Islam di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universitas Sains Malaysia, Penang, Abdul Hadi WM menyelesaikan studinya hingga meraih gelar master. 

Pada 1997 ia memperoleh gelar doktor dengan disertasinya berjudul Estetika Sastra Sufistik: Kajian Hermeneutik terhadap Karya-Karya Shaykh Hamzah Fansuri. Disertasinya itu kemudian diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul Tasawuf yang Tertindas Kajian Hermeneutik terhadap Karya-Karya Hamzah Fansuri oleh Penerbit Paramadina pada 2001. 

Sebelum menjadi penulis dan dosen, Abdul Hadi WM pernah menjadi redaktur Gema Mahasiswa (UGM), Majalah Budaya Jaya, serta pengasuh rubrik budaya Harian Berita Buana. 

Abdul Hadi WM juga pernah menjadi Staf Ahli Bagian Pernaskahan Perusahaan Negara Balai Pustaka dan Ketua Harian Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta pada 1984 sampai 1990. Terakhir, Abdul Hadi WM tercatat sebagai dosen tetap Universitas Paramadina, Jakarta. 

Karya Abdul Hadi WM antara lain Laut Belum Pasang (1971), Meditasi (1976), Cermin (1975), Tergantung pada Angin (1977), Anak Laut Anak Angin (1984), At Last We Meet Again (1987), Madura: Luang Prabhang (2006), Pembawa Matahari (2002), Tuhan Kita Begitu Dekat (2012), dll.

Abdul Hadi WM juga menerjemahkan sastra sufi dan sastra dunia, terutama karya Iqbal, Rumi, Hafiz, dan Goethe.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
2 Orang menyukai Artikel Ini
avatar
Karya besar itu abadi, sementara pengaryanya fana. Namun yang fana mengabadi dalam karya.
2024-02-09 05:05:17