Berkah Cahaya Matic merupakan salah satu bengkel yang populer di kalangan pengguna motor Kymco. Kendati demikian, seiring popularitas brand motor asal Taiwan tersebut menurun ia lebih banyak menangani skutik Vespa Zip.
Rasa penasaran ingin tahu kualitas dan pelayanan di bengkel tersebut muncul ketika kawan seprofesi menceritakan dirinya servis motor di BMC. Sebenarnya sudah lama sering dengar nama bengkel dan ownernya.
Alhasil, Kymco KXCT 200cc mengalami keanehan pada akselerasi. Yang dirasa jalannya tersendat.
Dengan rasa penasaran dan pede (percaya diri) dibawalah KXCT ke bengkel yang berlokasi di Pondok Cabe tersebut.
Konsultasi dulu dengan menceritakan kendala yang ada. Kemudian sang mekanik langsung mengeksekusi.
Setelah dibongkar ternyata bagian kulit atas van belt terkelupas. Mekanik tersebut menyampaikan hal tersebut disebabkan kampas kopling sudah habis dan berdampak pada vanbelt. Selain itu rumah CVT pun kotor dengan serpihan vanbelt.
Sang mekanik langsung memberikan rekomendasi untuk menggunakan vanbelt Yamaha Xmax. Adapun kampas kopling ia sarankan menggunakan punya Honda PCX.
Selain kecocokan, faktor harga yang lebih murah daripada spare part Kymco pun ia lontarkan. Sebenarnya tidak terlalu masalah sih jika harus mengeluarkan kocek untuk onderdil asli dari Kymco. Cuma PR nya untuk mendapatkannya harus menunggu beberapa hari.
Dari kondisi yang ada sang mekanik menyampaikan meski tidak menggunakan sparepart original Kymco motor akan tetap aman. Bahkan disampaikan akselerasinya lebih tinggi.
"Bisa dong mas ini larinya tembus 150 km/jam,” ungkap saya.
“Bisa, Mas.” ungkap mekanik.
Mengingat beberapa teman bercerita bahwa KXCT mereka pernah tembus kecepatan 148 km/jam. Gokil juga sih, karena Downtown 250cc aja beberapa teman bilang cuma sanggup lari sampai 130 km/jam saja.
Nah, selain pemasangan spare part yang non brand Kymco. Mekanik melakukan modifikasi terhadap mangkok kopling. Awalnya cuma diganti dengan punya PCX juga.
Setelah dicoba dan saya komplain akhirnya mangkok kopling PCX dipasangkan ke mangkok kopling bawaan KXCT.
Hasilnya ternyata masih tidak memuaskan. Bahkan saat dibawa riding ke KM 0 Indonesia di Kota Sabang, Aceh motor hanya mampu lari maksimal 107 km/jam.
Weleh, weleh, weleh kalah sama Vario 125cc saya yang lama. Meski cc lebih kecil larinya bisa tembus 115 km/jam.
Bahkan KXCT tersebut saat perjalanan ke Aceh di hari kedua. Tepatnya di daerah Lampung jalannya ndut-ndutan. Gasnya cuma aman ditarik di 3500 rpm. Kalau lebih tinggi lagi mesin mati.
Saat itu rombongan sudah jauh di depan. Sambil ikhtiar, saya coba telepon ke mekanik tersebut. Sayang juga ia tidak menggunakan aplikasi Whatsapp, padahal bisa video call dan ia pun dapat melihat langsung kondisi motor saya.
Telepon sih nyambung, tapi karena tidak jelas suaranya akhirnya kondisi saya tidak tersampaikan. Baru setelah pulang dari KM 0 saya DM ke akun IG BMC.
Dalam percakapan tersebut disampaikan kondisi motor dan larinya tidak seperti yang ia sampaikan. Tidak banyak basa-basi, saya mengajukan untuk motor kembali diperbaiki dengan diganti beberapa sparepart dari BCM.
Tetapi untuk vanbelt original Kymco tidak masalah saya yang beli. Sedangkan yang lainnya free dari BCM.
Ternyata yang jawab DM tersebut hanya menjawab bahwa uji coba yang ia lakukan tersebut tokcer di Kymco Downtown dan SYM Joyride.
Ketika diminta nomor WA pemilik motor tersebut DM di IG tidak ada balasan. Maksudnya hanya untuk memastikan apakah mereka benar tidak ada masalah atau hanya tidak mau menyampaikan masalahnya.
Karena KXCT ini sudah 2x diperbaiki setelah pemasangan vanbelt, kampas kopling, dan mangkok kopling. Jadi untuk balik lagi ke bengkel rasanya hanya membuang waktu.
Tulisan ini keluar pun karena tidak ada respon lagi dari BCM. Bahkan, sebelumnya saya sudah bilang jika tidak ada solusi mau atau tidak terpaksa saya menuliskannya.
Akhirnya, sekarang motor KXCT akan dikembalikan menggunakan sparepart asli Kymco.
Sebelumnya juga tidak pernah ada masalah apapun dengan owner BCM apalagi mekaniknya. Untuk ke depannya pun gak ada niat yang tidak wajar.
Tulisan ini hanya konsekuensi dari keluhan yang tidak terselesaikan.***