Puisi Malam Lebaran Sitor Situmorang dan Selamat Idulfitri

2023-04-21 18:56:39 | Diperbaharui: 2023-04-21 18:58:52
Puisi Malam Lebaran Sitor Situmorang dan Selamat Idulfitri
Ilustrasi artikel Puisiana

Puisi-puisi yang bertema tentang Lebaran, Ramadan, atau Idulfitri telah banyak ditulis. Tentu oleh banyak penyair. Puisi-puisi itu tertoreh dalam larik-larik panjang maupun pendek.

Namun, ada satu puisi yang terhitung unik dan ikonik. Menarik banyak perhatian sekaligus perbincangan di kalangan sastrawan maupun peminat sastra.

Puisi itu berjudul "Malam Lebaran" karya Sitor Situmorang. Puisi ini teramat pendek, hanya selarik yang dibentuk dari empat kata. Namun, tidak mudah memaknainya.

Buat Anda yang belum tahu puisi ini, mari kita baca:

Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan

Keunikan lain, Sitor Situmorang selaku penoreh karya ini, bukanlah seorang Muslim. Bernama lengkap Raja Usu Sitor Situmorang, Sitor adalah seorang Batak yang sastrawan sekaligus wartawan.

Selain menulis puisi, Sitor juga menulis cerita pendek, esai, naskah drama, naskah film, telaah sejarah lembaga pemerintahan Batak Toba, dan menerjemahkan karya sastra mancanegara.

Dalam buku "Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang Jilid 1" (2009), penyair kelahiran kelahiran 2 Oktober 1924 di Harianboho (Sumatera Utara) ini menuturkan proses penulisan puisi tersebut.

Beberapa hari setelah Idulfitri (1954), Sitor ke rumah Pramoedya Ananta Toer untuk berhalal-bihalal. "Apa lacur, rumah (gubuk)-nya di daerah Kober sepi orang dan hari sudah malam ketika saya sampai. Kecewa amat rasanya!" ceritanya.

Dalam perjalanan pulang saat hari telah malam, Sitor tersasar di satu tempat yang dikelilingi rimbun pepohonan tua dan tembok. Ketika mendongak, di langit malam ada rembulan.

Sitor dilanda rasa penasaran akan sesuatu di balik tembok. Ia pun  berupaya untuk menjangkau ujung tembok. Dengan berjingkat di atas batu, ia pun melongok.

Apa yang dilihatnya? Di balik tembok itu terhampar pekuburan tua. Ia melihat berbagai bentuk nisan dan tanda salib, diterpa sinar bulan melalui sela-sela bayang dedaunan.

"Saya terpesona, sejenak saja, mungkin hanya beberapa detik, mengamati tamasya itu! Bahkan terpukau seperti tersihir. Saya lalu berpaling, turun dari onggokan batu. Rasa kecewa kini diharu biru oleh kesan," ujarnya.

Selebihnya telah menjadi sejarah, di mana puisi "Malam Lebaran" kemudian termuat dalam buku puisi berjudul "Dalam Sajak" (1955).

Puisi "Malam Lebaran" membawa banyak tafsir. Banyak telaah telah ditulis. Apa pun itu pemaknaannya, maka melalui artikel ini Puisiana hendak menyampaikan "Selamat Idulfitri 1 Syawal 1444 H".

Selamat Lebaran, selamat berkarya!

Minpus

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
22 Orang menyukai Artikel Ini
avatar
Saran kan cipta puisi tema: hari pancasila
2023-06-01 07:18:30
Apakah ada even?
2023-05-28 13:15:00
Boleh
2023-05-06 05:01:21
Terima kasih atas informasinya
2023-04-25 10:01:18