Keindahan Majas dalam Cerpen

2024-03-13 22:23:05 | Diperbaharui: 2024-03-13 22:23:05
Keindahan Majas dalam Cerpen
Pertemuan Pulpen XI

Kembali lagi Sabtu kemarin, 9 Maret 2024, acara rutin pertemuan Pulpen digelar. Menghadirkan Bapak Suprihadi sebagai pemateri yang merupakan penulis dan cerpenis asal Kalimantan Timur, tetapi berdarah Jawa. Materi yang dibahas Sabtu itu adalah seputar majas dan mengangkat tema "Keindahan Majas dalam Cerpen".

Pertemuan seharusnya dimoderatori oleh Bu Siska Artati seperti tertera pada poster yang telah disebar. Namun, karena Bu Siska sedang tidak enak badan, maka digantikan oleh admin Pulpen yaitu Zarna Fitri. Meskipun rata-rata hari itu di daerah semua peserta turun hujan, tidak sedikit pun mengurangi semangat dalam mengikuti acara sampai selesai.

Materi yang dibawakan oleh Pak Suprihadi mungkin akan terasa berat, tapi ternyata tidak sama sekali. Pak Suprihadi membawakannya dengan sangat santai, tapi masuk dan melebur dengan peserta. Padahal materi yang Beliau bawakan sangat banyak. Dengan melibatkan peserta dalam penyampaian materinya, hal itu menjadi terasa mengalir begitu saja.

Berbicara mengenai majas, siapa yang masih ingat dengan salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia ini saat di bangku sekolahan? Jika diingat kembali, rasanya sangat banyak jenis majas tersebut. Tetapi, biasanya kita lebih familiar dengan hiperbola, litotes, dan ironi.

Berikut materi yang dibawakan oleh Pak Suprihadi.

Perhatikan cuplikan kalimat berikut!

  1. “Gila kau!” kata Lena, ketika selesai membaca naskah cerita pendek yang baru selesai ditulis suaminya. “Masa, kisah kita mau dibeberkan pada orang banyak.“ (Cerita Pendek Indonesia 1, Satyagraha Hoerip, editor, halaman 188) Dalam cuplikan kalimat cerpen berjudul Jodoh karya AA Navis di atas, majas apa yang digunakan?
  2. Ketika garis fajar sebentar lagi memberkas di ufuk timur, Umairah sempat menyaksikan ada seorang pria muda, rambutnya legam ikal berkilau-kilau, jongkok dan membelai wajahnya. Lelaki itu mengucapkan sebaris kalimat lembut, semanis madu, sesejuk embun pagi, yang selama ini begitu didambakan Umairah. (Cerpen Pilihan Kompas 2001, halaman 29, Umairah karya Yanusa Nugroho) Dalam cuplikan kalimat cerpen di atas, majas apa yang digunakan?
  3. Angin bertiup kencang, sangat kencang, dan memang selalu kencang di pantai itu. Perahu Sukab yang juga bercadik melaju bersama cinta membara di atasnya. (Cerpen Kompas Pilihan 2007, halaman 3, Cinta di Atas Perahu Cadik, karya Seno Gumira Ajidarma) Dalam cuplikan kalimat cerpen di atas, majas apa yang digunakan? 

Pengertian Majas

Majas merupakan gaya bahasa perumpamaan atau biasa disebut bahasa kiasan. Umumnya, majas digunakan untuk memberikan suatu kalimat tertulis atau lisan yang bisa menimbulkan kesan imajinatif bagi para pembaca atau pendengarnya. Menurut KBBI, majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan.

Jenis-Jenis Majas

1. Majas Perbandingan

Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan atau menyandingkan antara satu objek dengan objek lainnya. Majas yang termasuk ke dalam majas perbandingan antara lain: alegori, personifikasi, metafora, metonimia, asosiasi, hiperbola, simile, antonomasia, pars pro toto, totem pro parte, dan eufimisme.

2. Majas Sindiran

Majas sindiran adalah majas yang ditujukan untuk menyatakan sesuatu dengan maksud menyindir. Untuk jenis majas sindiran yang paling sering muncul di buku sekolah seperti majas ironi, sarkasme, sinisme, satire, dan inuendo.

3. Majas Penegasan

Majas penegasan adalah majas yang digunakan untuk menyatakan suatu hal secara tegas. Nah, kalau untuk majas penegasan, diberikan contoh dari pleonasme, repetisi, retorika, aliterasi, simbolik, paralelisme, tautologi, dan kiasmus.

4. Majas Pertentangan

Majas pertentangan adalah majas yang digunakan untuk mengekspresikan suatu hal dengan cara mempertentangkan dengan hal yang lainnya.  Nah, majas pertentangan ini dibagi menjadi majas litotes, antitesis, paradoks, anakronisme, oksimoron, dan kontradiksi interminus.

Pemakaian Majas sebagai Paragraf Pembuka dalam Cerpen

Akhirnya bunda datang juga ke Jakarta, didampingi seorang cucu. Kami tidak bisa lagi menutup mata serta telinga beliau. Kasus dan sakitnya abangku, Palinggam, telah disiarkan koran dan televisi. Tak dapat lagi ditutup-tutupi dari bunda. (Cerpen Lampu Ibu karya Adek Alwi, dimuat dalam buku Cerpen Kompas Pilihan 2007, hal.11)

Begitu senja. Jalan setapak di batas Batu Licin yang sejak tadi kususuri semakin gelap. Pepohonan dan daun-daun melambai berharap mentari sudi mengintip sebentar saja lagi, mengiringi langkahku yang entah ke mana ini. (Cerpen Idis karya Helvy Tiana Rosa, dimuat dalam buku Cerpen Juragan Haji, hal.27)

Bersama dengan datangnya pagi maka air laut di tepi pantai itu segera menjadi hijau. Hayati yang biasa memikul air sejak subuh, sambil menuruni tebing bisa melihat bebatuan di dasar pantai yang tampak kabur di bawah permukaan air laut yang hijau itu. Cahaya keemasan matahari pagi menyapu pantai, membuat pasir yang basah berkilat keemasan setiap kali lidah ombak kembali surut ke laut. Onggokan batu karang yang kadang-kadang menyerupai perahu tetap teronggok sejak semalam, sejak bertahun, sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Bukankah memang perlu waktu jutaan tahun bagi angin untuk membentuk dinding karang menjadi onggokan batu yang mirip dengan sebuah perahu. (cerpen karya Seno Gumira Ajidarma berjudul Cinta di Atas Perahu Cadik yang dimuat dalam buku Cerpen Kompas Pilihan 2007 halaman 1)

Pemakaian Majas sebagai Paragraf Penutup dalam Cerpen

Mei masih tertawa, sepanjang jalan terdengar serupa gerimis yang sederhana. (Cerpen Gerimis yang Sederhana karya Eka Kurniawan, dimuat dalam buku Cerpen Kompas Pilihan 2007, hal.138)

Enam tahun sudah waktu bergulir. Sejak kemarin, di jari manis kanan saya telah melingkar cincin dengan Namanya terukir. Dalam kegelapan malam kedua mata ini menumpahkan air. Di atas pembaringan tanpa suami yang tetap tak akan hadir. (Cerpen Gerhana Mata karya Djenar Maesa Ayu, dimuat dalam buku Cerpen Kompas Pilihan 2007, hal.54)

Sudah mulai pusing membaca banyaknya majas di atas? Setelah mempelajari materi dari Bapak Suprihadi, yuk pergunakan majas dalam cerpen dengan baik agar cerpen yang ditulis bisa makin menarik minat pembaca. Apalagi yang sedang dalam tahap proses membuat cerpen untuk Pesta Pena, semangat. Sampai jumpa lagi di pertemuan Pulpen berikutnya. Terima kasih.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
5 Orang menyukai Artikel Ini
avatar