Kemarin, setelah sesi tes STIFIn di sekolah, aku kembali ngobrol dengan satu keluarga yang menarik banget.
Ayahnya Thinking introvert, sementara golongan darahnya B — kombinasi yang jarang tapi unik banget secara psikologis.
Istrinya belum tes, tapi dari obrolan ringan, aku bisa lihat dinamika mereka udah seperti “proyek kolaborasi” antara logika dan intuisi.
1. Thinking Introvert: Si Pemikir Sunyi
Ayah tipe Thinking introvert (TI) itu tipikal “engineer of life”.
Semua harus punya struktur, data, dan logika yang nyambung.
Dia nggak banyak bicara, tapi ketika buka mulut — biasanya udah lewat proses analisis panjang di kepalanya.
Kalimat favoritnya kira-kira begini:
“Kita jangan ambil keputusan cuma karena perasaan, tapi karena masuk akal.”
Dan memang, itu yang bikin keluarga terasa stabil.
Ayah Thinking introvert jarang meledak-ledak. Kalau marah, ekspresinya lebih ke diam dan mengunci diri — bukan karena nggak peduli, tapi karena butuh waktu untuk mengurai logika di balik emosi.
2. Golongan Darah B: Lapisan Intuiting yang Spontan
Nah, di sinilah menariknya.
Menurut penelitian kecil dari Japan Blood Type Personality Study (2017), orang dengan golongan darah B cenderung:
-
Punya ide spontan,
-
Mudah beradaptasi,
-
Lebih fleksibel terhadap perubahan,
-
Dan sering mengikuti “feeling awal” sebelum logikanya menyusul.
Kalau disandingkan dengan STIFIn, golongan darah B sering menampakkan respon awal mirip Intuiting (I) — cepat tanggap, penuh ide, dan visionary dalam sekejap.
Jadi bayangin kombinasi: Thinking introvert + B.
Secara mesin, ia analitis dan sistematis, tapi di lapisan permukaannya muncul flash of ideas seperti Intuiting.
Hasilnya? Ayah yang logis, tapi kadang bikin keputusan out of the box — dan justru berhasil.
3. Dinamika di Rumah: Antara Struktur dan Spontanitas
Dalam keluarga ini, aku lihat pola khas:
-
Ayah jadi sumber arah — memastikan semua keputusan punya dasar rasional.
-
Tapi golongan darah B-nya bikin dia nggak terlalu kaku. Dia bisa tiba-tiba ngajak anak main di tengah malam cuma karena “mood-nya lagi bagus”. ð
Itulah kombinasi Thinking-B: logika yang punya rasa.
Nggak semua Thinking kaku, dan nggak semua Intuiting impulsif.
Tipe ini adalah contoh Thinking yang belajar menikmati hidup tanpa kehilangan arah.
4. Potensi Tantangan
Walau kombinasi ini keren, ada juga sisi tantangannya:
-
Saat stres, Thinking introvert bisa “terlalu mikir” sampai overanalisis.
-
Ditambah energi golongan darah B yang cepat berubah, bisa muncul pola: “semangat tinggi di awal, tapi cepat bosan di tengah.”
-
Butuh partner (mungkin nanti istrinya setelah tes STIFIn) yang bisa grounding dan jaga ritme — biar energi kreatifnya nggak cepat padam.
5. Insight: Antara Data dan Feeling, Semua Butuh Ruang
Dari sesi itu aku belajar lagi, bahwa STIFIn dan golongan darah bisa saling melengkapi.
STIFIn menjelaskan struktur mesin otak, sedangkan golongan darah menggambarkan “gaya kimia” reaksi awal kita terhadap dunia.
Thinking introvert itu engine dalam kepala, tapi darah B-nya adalah pelumas yang bikin mesin nggak seret.
Kombinasinya pas buat ayah modern yang mau tetap logis tapi nggak kehilangan sisi manusiawinya. Kalau Thinking introvert adalah jangkar logika, maka “darah B-nya” jadi layar intuisi yang bikin kapal tetap bergerak, bahkan saat arah angin berubah.
Dan mungkin, itu juga rahasianya kenapa anak-anak mereka tumbuh dalam suasana yang rasional tapi tetap penuh warna.